[✔️] red strings ; silverboys

Dua Puluh Tiga

red strings

Jihoon menatap kosong ke depan, entah ke mana. Tangan kirinya memegang kaleng bir, tangan kanannya ia taruh di atas kakinya yang dilipat.

Seunghun yang tadinya asik menonton tv mulai sadar dengan keadaan Jihoon yang masih suram. Ia menghela napas pelan lalu memelankan suara tv.

"kau baik?" tanya Seunghun.

Jihoon mendengus, "mana bisa, Hyung,"

Ups, Seunghun yang bodoh. Tentu saja dia tidak baik-baik saja. Tiga jam yang lalu dia putus dengan orang yang ia sukai selama dua tahun, tentu saja menyakitkan.

Jihoon tidak akan menyalahkan Byounggon. Dia tahu Byounggon itu sangat berarti dalam kehidupan Hyunsuk. Dia pun tidak akan menyalahkan Hyunsuk yang tidak menyadari perasaannya dengan Byounggon sejak awal.

Dia menyalahkan dirinya sendiri yang tidak sadar dengan keadaan.

Dia datang ke dalam kehidupan Hyunsuk ketika pemuda Choi itu masih bersama dengan Raesung. Memanfaatkan keadaan Hyunsuk yang saat itu sedang tidak dalam keadaan baik dengan Raesung.

Pun sebenarnya tidak hanya Jihoon..

Byounggon juga di sana. Bahkan datang lebih awal. Bahkan jauh sebelum Raesung bersama Byounggon.

Hanya Jihoon tidak tahu, siapa Byounggon saat itu.

"mungkin aku memang brengsek, Hyung. Seharusnya Raesung marah padaku karena telah merebut Hyunsuk saat itu,"

Seunghun mengangkat satu alis, lalu mengangguk kecil yang tidak dilihat oleh Jihoon.

"juga seharusnya aku sadar orang yang selama ini Hyunsuk ceritakan bukan hanya Raesung.."

"tapi juga Byounggon Hyung.."

Seunghun menyesap birnya dengan pelan. Menatap bingkai foto di samping tv. Foto ia, Byounggon, dan Hyunsuk.

"lalu apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanya Seunghun.

Jihoon diam.

"...tidak tahu,"

.
.
.

Byounggon memperhatikan Hyunsuk yang tertidur karena lelah menangis. Hatinya nyeri.

Terakhir kali ia melihat Hyunsuk menangis seperti ini ketika ia berkelahi dengan Raesung sebelum putus.

Byounggon selalu tidak bisa melihat Hyunsuk menangis, terlebih karena mantan pacarnya.

"tidak apa-apa, aku di sini," bisik Byounggon ketika raut wajah Hyunsuk berubah, mengerut ketakutan dalam tidurnya.

Tangannya terulur memeluk tubuh kecil Hyunsuk. Ia rapatkan hingga kepala Hyunsuk terbenam di dalam tubuhnya.

Surai lembut Hyunsuk ia elus dengan teratur. Mengucapkan kata-kata penenang, lalu ikut tertidur, masuk ke dalam mimpi yang entah bagaimana kisahnya.