Dua Puluh Dua

422 78 5
                                    

Belom diedit eh kepencet gengs hehe



red strings





Sebenarnya Jihoon tidak benar-benar tahu apakah Hyunsuk menyukai Byounggon atau tidak. Juga dia tidak benar-benar tahu mengenai isi diary Hyunsuk.






Jihoon hanya tidak sengaja melihat lembar yang belum selesai ditulis Hyunsuk malam itu, ketika Hyunsuk ketiduran di atas meja belajarnya.







Hyunsuk hanya menuliskan cerita singkat ia hari itu. Menghabiskan waktu kosongnya dengan bersih-bersih bersama Jihoon. Tapi di bawahnya, Jihoon melihat...







Sungguh. Jihoon tidak berniat sama sekali. Tapi dia dengan jelas membacanya...







'sudah lama Byounggon Hyung tidak mengirimiku pesan juga tidak menemaniku di kafe. Byounggon Hyung ke mana ya? Apa bersama kekasihnya? Kenapa rasanya sangat aneh? Rasanya seperti waktu itu, ketika aku bersama Raesung..'


'aneh kenapa aku rindu Byounggon Hyung?'









Cemburu? Sakit hati? Jangan ditanya.







Tapi Jihoon tidak bisa apa-apa. Entah kenapa.







.
.
.






Byounggon menekan bel apartemen dengan khawatir. Dia tidak bisa berpikir jernih. Apakah rasa gelisahnya sedari tadi adalah ini?






Sebenarnya apa yang terjadi dengan Hyunsuk dan Jihoon? Masa putus? Karena apa?







Byounggon memutar otak. Menelpon dan menekan bel sama sekali tidak dipedulikan oleh Hyunsuk.







Ia mencoba mengingat password apartemen Hyunsuk. Karena pada dasarnya Byounggon adalah saksi ketika Hyunsuk menyewa apartemen ini.








"semoga belum di ganti," ucap Byounggon.






pip






Byounggon menaikan alis. Hyunsuk tidak merubah passwordnya?







040398






Byounggon ingat saat itu Hyunsuk hanya tertawa cengengesan saat mengucapkan password apartemennya kepada Byounggon.








"kenapa 040398?" tanya Byounggon waktu itu





Hyunsuk terkekeh, "04 bulan lahirku, 03 bulan lahir Hyung, 9 untuk 99 dan 8 untuk 98. Tahun lahir kita berdua," jawabnya dengan riang






Byounggon tidak bertanya lebih saat itu. Takut salah paham. Tapi, suka-suka Hyunsuk, toh, dia juga bilang agar mudah diingat. Tidak disangka Hyunsuk tidak menggantinya bahkan setelah tinggal satu tahun bersama Jihoon.







Byounggon masuk ke dalam apartemen. Suara isakan secara perlahan ia dengar. Byounggon mendekatkan diri ke arah kamar Hyunsuk. Memutar kenop pintu, dan menemukan sosok kecil rapuh di sudut tempat tidur. Meringkuk dengan isakan yang memilukan hati.







Byounggon mendekat tanpa suara. Memeluk yang lebih muda. Menepuk punggungnya dengan lembut.









"tidak apa-apa. Aku di sini,"






.
.
.





Seunghun menggaruk kepala setelah Jihoon menceritakan semua kejadian hari ini kepadanya. Mau menyalahkan siapa? Seunghun tidak tahu, mungkin menyalahkan dirinya sendiri kenapa dari awal dengan bodohnya mengakui bahwa Byounggon menyukai Hyunsuk.






"sudah. Bagaimana kalau menikmati sekaleng bir bersamaku? Aku juga sedang kalut omong-omong," ucap Seunghun kemudian tersadar akan suatu hal






"ha? Siapa yang kalut? Tidak tidak, aku tidak kalut," racaunya sambil menyibak angin di depan wajah





Jihoon tertawa. Menertawakan sifat absurd kakak kelasnya itu.






"ah, akhirnya kau tertawa juga," Seunghun terkekeh lalu mengusak gemas pucuk kepala Jihoon.







Lalu mereka saling diam. Jihoon menunggu Seunghun berbicara, sebab ia bisa melihat gelagat kakak kelasnya itu hendak membicarakan sesuatu.






Seunghun mendengus, tertawa.





"Hoon, kadang kita harus merelakan sesuatu agar mendapatkan sesuatu yang lebih baik untuk diri kita sendiri," ucap Seunghun kemudian beranjak ke dapur untuk mengambil dua kaleng bir.







"ayo minum, demi Seunghun dan Jihoon yang baru!"





.
.
.





"Midam, kau mau menginap?" tanya Woong kepada Midam yang sedang menonton tv






Midam menoleh. Woong sedang fokus mengetikan sesuatu di layar ponselnya.






"kenapa?" tanya Midam







"Byounggon tidak pulang malam ini, Hyunsuk membutuhkannya. Katanya, sepertinya Hyunsuk dan Jihoon putus,"






Midam menegakan tubuhnya, menatap Woong dengan ekspresi kagetnya.







"Woong, aku tidak menyumpahi mereka putus, loh!"






Woong terkekeh, "hei, lihatlah apa yang kau lakukan. Tuhan mengabulkan ucapanmu, makanya orang-orang bilang ucapan itu adalah doa,"







"oh, astaga! Tidak lagi-lagi deh aku,"




.
.
.





"Hyung, tidak mengajak Junkyu Hyung?" Tanya Doyoung begitu keluar dari kamarnya, menatap Yedam yang mengeluarkan bungkus makanan cepat saji di depan ruang tv.







"biasa, kencan bersama Shiho Hyung," jawab Yedam lalu menatap Doyoung yang hanya menatapnya





"segitu tidak maunya menghabiskan waktu denganku saja?" tanya Yedam sedikit ngambek






Doyoung terkekeh lalu melangkahkan kakinya untuk duduk di samping Yedam.





"kalau ngambek, Hyung lucu,"



.
.
.



"Noa!"





"Sebentar! Lima menit lagi!"






Raesung menghela napas, "dua menit atau aku kunci pintunya!"





"hei! Sebentar! Raesung! Hei! Jangan ditutup ini bahkan belum dua menit! Hei! Kau sudah janji akan memelukku semalaman! Choi Raesung!"



.
.
.



"mau ke kedai udon di sana?" Tanya Junkyu




"mie lagi? Aku mau nasi, Kyu!" protes Mashiho





Junkyu terkekeh. Ia menarik tangan mungil Mashiho lalu menariknya menjauh dari kedai udon.




"mau sushi?"




Mashiho menoleh cepat. Matanya berbinar dan mengangguk denga semangat.




"mau!"







red strings

tbc







Bau bau tamat ges, hehe

[✔️] red strings ; silverboysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang