Part 29

235 16 2
                                    

"Kantin yuk!" ajak Abila saat bel istirahat berbunyi.

Kira menggeleng. "Nggak laper. Kamu bareng Devan aja, ya! Aku mau ke perpus."

"Eh, Neng Kira!" Devan mencolek pundak Kira. "Sedih boleh, tapi urusan perut tetep nomer satu. Kita-kita juga sama kayak lo, ngerasa kehilangan."

"Ini bukan masalah Krisna. Cuma aku lagi nggak nafsu makan aja. Duluan ya, Bil." Kira melambaikan tangan. Langkahnya semakin cepat, tidak ingin dicecar lebih jauh oleh teman-temannya.

Siang itu, perpustakaan terlihat sepi. Hanya ada beberapa siswa yang sedang membaca buku. Kira berjalan menuju rak berisi novel teenlit. Tujuan utama ia datang ke tempat itu, sekadar untuk menenangkan diri.

"Kira!" Bu Aya, menghampiri gadis berambut panjang itu. "Nama kamu Kira, benar 'kan?"

"Eh, iya, Bu!"

"Kamu yang biasanya bareng sama Krisna, 'kan?"

Kira mengangguk. Rupanya, kedekatannya dengan Krisna sudah diketahui oleh banyak orang. Tentu saja, Ketua Osis yang selalu menarik diri dari pergaulan, akhirnya berhasil dekat dengan seorang gadis. Hal itu sangat menarik perhatian umum.

"Kasihan Krisna. Dia anak yang sangat baik dan cerdas," lanjut wanita berumur 25 tahun itu.

Kira tidak menanggapi ucapan Bu Aya. Ya Tuhan, kenapa hampir di segala penjuru semua orang selalu membicarakan Ketua Osis itu. Kira pergi ke perpus untuk menghindar dari teman-temannya yang pasti akan berbincang tentang hal itu. Ternyata keputusan gadis itu kurang tepat. Penjaga perpus bahkan tertarik pada berita kecelakaan ini.

"Kamu pernah nyangka nggak sih kalau nasib Krisna setragis ini? Setahu saya, dia itu type orang yang selalu penuh perhitungan dan berhati-hati dalam bertindak. Lah ini, nabrak jembatan sampai motor hancur, terus tubuhnya nyebur dan hanyut di sungai. Ya ampun, saya sih nggak bisa bayangin kejadian itu." Bu Aya kembali berceloteh.

"Yah, namanya nasib, Bu. Nggak ada yang tau."

"Menurut berita, ini kecelakaan tunggal, 'kan? Apa Krisna lagi ngantuk sampai dia nggak bisa fokus naik motor?"

"Bisa jadi," sahut Kira singkat. "Permisi, Bu. Saya mau baca novel dulu."

"Oh, silakan!"

Cewek itu bergegas mengambil salah satu novel bergenre teenlit. Mengangguk sebentar pada Bu Aya, lantas duduk di kursi paling ujung. Perlahan, dibukanya halaman pertama. Bayangan Krisna tiba-tiba melintas ke dalam benaknya.

Masih teringat jelas saat ia melihat tatapan dingin Krisna untuk pertama kali. Ah, bukankah waktu itu ia pernah mengobrol tentang Ketua Osis yang dingin itu bersama Abila? Lalu tahu-tahu cowok itu sudah berdiri di dekat mereka.

Kira juga tidak pernah bisa melupakan saat Krisna beberapa kali menjemputnya di rumah, dan Panca mengira bahwa ia kedatangan paranormal. Penampilan Krisna yang misterius dengan accessories aneh, sampai akhirnya cowok itu berubah demi Kira.

"Demi aku ... " lirih Kira.

Mata cokelat itu kembali berkaca-kaca. Ia tidak pernah membayangkan jika ada seseorang yang rela berubah demi dirinya. Tetapi, kenapa harus secepat ini cowok itu pergi meninggalkannya?

Kira menutup novel, percuma berpura-pura membaca. Rasa gelisah tidak pernah mau pergi dari benaknya. Tiba-tiba, cewek itu merasakan ada sesuatu yang janggal. Menarik napas panjang, lantas berusaha menyatukan potongan puzzle.

Potongan puzzle pertama, siang hari sebelum kecelakaan pada malam harinya, Krisna mengucapkan sebuah kalimat aneh. Ucapannya mengandung kata perpisahan, seolah tahu bahwa dia akan pergi untuk selamanya. Potongan puzzle kedua, Bu Aya mengatakan jika cowok itu selalu berhati-hati dalam bertindak. Aneh bukan, jika ia menabrak jembatan tanpa sebab? Mengantuk? Ada masalah dengan keluarga?

Love The PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang