LTP-25

272 20 0
                                    

Kira menghela napas kasar. Matanya memanas, cairan bening mengambang di pelupuk mata. Ya, lagi-lagi ia melihat Krisna bersama Ara. Kira tidak tahu, apakah ini suatu kebetulan, atau memang di antara keduanya memiliki hubungan khusus?

Apa kata Elang? Krisna merubah penampilan demi Kira? Omong kosong! Kenyataannya Krisna justru sering diam-diam menemui Ara.

Krisna menatap Ara dan Kira bergantian. Ini tidak benar, Kira pasti salah sangka lagi. Lihatlah mata Kira yang kini berkaca-kaca.

"Sorry, gue ... gue nggak sengaja ketemu sama cowok lo di perpus." Ara memecah keheningan di antara mereka, merasa bersalah. Bagaimanapun juga, ia bisa mengerti apa yang sedang dirasakan oleh Kira. Cewek itu cemburu, atau mungkin kecewa.

"Nggak masalah, aku baik-baik aja!" tegas Kira. Ia menggandeng tangan Abila dan bergegas menuju kelas, diikuti oleh Devan, Angga dan Elang.

Sementara itu, Krisna masih mematung di samping Ara. Perasaannya mulai kacau, antara ingin mengejar Kira atau membiarkannya.

"Kenapa diem aja, Bodoh? Kejar cewek lo sebelum dia beneran ngambek. Astaga, gue heran kenapa kita selalu aja ketemu di saat yang tidak tepat." Ara menggeleng-gelengkan kepala. Oke, dia tidak ingin dicap sebagai cewek pengganggu hubungan orang.

Krisna hanya melirik Ara sekilas, tanpa mengucap apapun. Detik selanjutnya, ia berlari mengejar Kira yang sudah sampai di kelas. Ia harus meluruskan masalah ini. Tapi sayang, tak lama sesudah semua siwa masuk kelas, Pak Gugun sudah bersiap mengajar Matematika.

"Jangan salah paham, Kira! Gue sama Ara cuma kebetulan ketemu." Krisna mencolek punggung Kira yang duduk tepat di depannya.

Kira tidak menggubris kalimat Krisna. Cewek itu hanya menggerutu dalam hati. Ia sudah cukup kecewa pada Krisna. Rupanya, di mana-mana cowok itu sama saja, senang membuat cewek patah hati. Setelah Abila dibuat kecewa oleh Angga, sekarang giliran Kira merasakan hal yang sama.

"Gue bisa ngertiin perasaan lo," ujar Abila lirih. Jemarinya menyusut sisa air mata. "Rasa sakit ketika cowok yang kita suka, deket sama cewek lain."

"Mungkin ... aku yang terlalu berharap sama Krisna."

"Ada baiknya lo minta penjelasan sama Krisna, biar semuanya clear. Bukan malah lari dari masalah."

Kira mencerna kalimat Abila. Cewek itu benar, selama ini Krisna belum pernah menjelaskan ada hubungan apa dengan Ara. Baiklah, sepulang sekolah nanti ia akan membicarakan masalah ini.

Rumit, dan Kira bosan jika harus dalam posisi ini terus menerus. Tidak ada kejelasan, membuat Kira kehilangan semangat belajar. Bagaimana bisa ia bisa fokus, sementara otaknya selalu berkutat memikirkan Krisna. Oh, astaga! Ternyata jatuh cinta serumit ini.

Bukan hanya kehilangan fokus terhadap pelajaran Matematika yang sedang dijelaskan oleh Pak Gugun. Setiap malam, Kira hampir tidak bisa memejamkan mata. Hatinya gelisah saat teringat Krisna berduaan dengan Ara. Ia ingin semuanya selesai hari ini juga.

Kira mengetuk-ngetukkan ujung pensil di atas meja. Tatapannya kosong. Ia bisa mendengar suara Pak Gugun dengan jelas, tetapi sama sekali tidak bisa mencerna pelajaran kali ini dengan baik. Ia berjengit saat Abila menyikut rusuknya perlahan.

"Jangan ngelamun, nanti ketauan Pak Gugun. Lo mau dimarahin?" Abila berbisik. Meski perasaannya sama galaunya dengan Kira, tetapi ia masih cukup sadar bahwa tidak boleh main-main dalam pelajaran Matematika. Salah-salah Pak Gugun memberikan hukuman untuk berdiri di sudut ruangan sampai bel pulang berbunyi.

"Eh ... iya ... " Kira tergagap, menegakkan punggung serta melipat kedua tangan di atas meja. Memperhatikan white board, di mana rumus Matematika sudah tertulis rapi di sana. Bertingkah seolah tenang, padahal hatinya resah.

Love The PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang