LTP-26

236 15 1
                                    

“Kamu ngomong apa, Krisna?” Kira mengerutkan dahi.

Krisna tersenyum singkat lalu mengibaskan tangan di depan wajah. “Udah, nggak usah dipikirin. Lupain aja. Cepet pulang, Papa lo udah nungguin, ‘kan?”

“Oke, bye!” Kira melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda. Tetapi bukan berarti ia melupakan kalimat Krisna begitu saja. Krisna seorang cowok pendiam, dan dia hanya akan berbicara saat ada hal penting saja. Jadi Kira menyimpulkan bahwa apa yang dikatakan Krisna tadi bukan sekedar main-main.

Ya Tuhan, kenapa tiba-tiba Kira merasa gelisah seperti ini? Semoga saja tidak ada hal buruk yang akan terjadi dengan Krisna. Sembari melangkah, cewek itu memijit keningnya. Ayolah Kira, jangan berpikiran yang tidak-tidak, positive thinking! Kira menenangkan diri sendiri.

Jatuh cinta memang rumit. Terlebih jika harus menaruh hati pada cowok aneh seperti Krisna. Ditambah lagi, Kira belum lama mengenal cowok itu. Kenapa harus secepat ini? Sayangnya, jatuh cinta memang tidak bisa memilih, karena perasaan itu akan datang tanpa diundang.

Namun, seharusnya Kira mengenal orang yang dicintainya lebih jauh. Dia bahkan tidak tahu dari keluarga mana Krisna berasal. Cowok itu terlalu irit bicara, sampai-sampai tidak pernah bercerita tentang keluarganya pada siapa pun. Krisna, pribadi yang tertutup dan misterius.

Kira menggigit ujung telunjuknya perlahan, teringat beberapa hari lalu. Saat pria bersetelan jas hitam mencari Krisna sepulang sekolah. Apa pria itu adalah salah satu keluarganya? Ah, bodoh! Seharusnya Kira menanyakan langsung pada Krisna. Jangan-jangan orang asing itu ada hubungannya dengan kalimat aneh Krisna tadi.

Tunggu dulu! Waktu itu Kira juga melihat Ara ada di sana. Mungkin cewek itu tahu sesuatu tentang Krisna. Kira mendesah, matanya membelalak saat Ara berjalan mendahuluinya. Kebetulan sekali, ini waktu yang tepat untuk menginterogasi si Cewek Bulan.

“Hei, kamu!” Kira berseru panik, ia hampir saja lupa nama cewek yang dipanggilnya. “Ara!” Ah, untung saja ia segera ingat.

Ara menghentikan langkah, lalu berbalik menghadap Kira. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas, membentuk sebuah senyuman lebar. Beberapa saat lalu, ia sengaja berjalan cepat untuk menghindari Kira. Tetapi, sekarang ia tidak berdaya ketika cewek Krisna memanggilnya.

“Lo manggil gue? Gue … gue bener-bener nggak punya hubungan apa-apa sama cowok lo. Suer!” Ara mengacungkan dua jari membentuk huruf ‘V’.

“Iya, aku nggak mau ngomong soal itu kok. Lagian Krisna juga udah ngejelasin semua. Aku cuma mau nanya sesuatu tentang Krisna.”

“Tentang Krisna?”

Kira mengangguk, sementara dahi Ara berkerut. Hei, Ara saja hanya beberapa kali bertemu Krisna secara tidak sengaja, lalu sekarang Kira ingin bertanya sesuatu? Seharusnya sebagai cewek Krisna, Kira lebih tahu semua hal tentang cowok itu.

“Apa lo kenal keluarga Krisna?” tanya Kira.

“Oh my God, gue aja ketemu Krisna bisa diitung pake jari. Terus gimana gue bisa kenal sama keluarganya? Lagian lo tau ‘kan Krisna itu orangnya pendiem, mana mungkin dia mau cerita sesuatu sama cewek yang baru dikenal kayak gue?”

“Serius?”

“Harusnya lo yang tau, secara lo kan ceweknya.”

“Eh … aku sama Krisna … belum pacaran kok.” Kira tergagap.

“Tapi lo suka sama dia, ‘kan? Keliatan kok. Udah, santai aja, nggak usah gugup gitu. Gue bukan admin lambe turah yang suka nyebar gosip kok.”

Angin berembus cukup kencang, menerbangkan rambut Kira yang dibiarkan tergerai. Jemari lentik itu pun bergegas merapikan poninya. Matanya kembali bertatapan dengan Ara. Kira masih punya satu pertanyaan.

Love The PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang