8. Koo In Luv

2.5K 422 266
                                    

Siang itu, Jiseo baru saja kembali dari restoran dekat kantornya setelah makan siang bersama dengan Jaehee. Kedua gadis tersebut nampak bercanda, membicarakan kimbab dan sup ikan yang tadi mereka makan.

"Kau harus coba jjajangmyeon mereka, Jiseo-ya!" ujar Jaehee.

"Ah, sial sekali mengapa jjajangmyeon habis disaat aku penasaran dengan rayuanmu," katanya.

"Sudahlah, jjajangmyeon mereka memang terbaik. Mungkin lain kali mereka akan menambah jumlahnya ketika pelanggan sudah melayangkan protes... ." Jaehee terkikik.

Jiseo dan Jaehee terus berbincang. Berjalan beriringan dan tertawa membicarakan banyak hal termasuk pekerjaan. Hari ini bos besar mereka sedang pergi ke Jepang, jadi mereka sedikit memiliki waktu bersantai. Jiseo juga tidak mendapat panggilan dari kelinci gendut sialan itu dari pagi. Mungkin, dia telah mandiri dan mengurus dirinya sendiri di rumah dengan asisten yang begitu banyak. Tapi untuk sekarang, dugaan Jiseo benar-benar salah. Saat ia berpisah dengan Jaehee karena perbedaan divisi, ia melihat seorang sedang duduk di kursinya. Menunduk sambil memainkan stabilo warna-warni di atas meja seperti menggambar sesuatu.

"Oh, apakah aku bisa tenang sedikit hari ini?" Jiseo mendadak lemas. Seorang yang Jiseo maksud sedang duduk di kursinya adalah—

"Darimana saja kau? tidak bekerja, ya? dasar malas!"

Jeon Jungkook. Kelinci berandal yang berbicara sinis tanpa melihatnya. Seolah ia memiliki antena yang terpasang dan peka jika Jiseo berada di dekatnya.

"Kau pikir dengan ayah ke Jepang, kau bisa seenaknya pergi dan meninggalkan kertas-kertas tak bergunamu ini?" Jungkook bertanya, menegakkan tubuhnya kemudian memutar kursi lalu menatap Jiseo.

"Aku hanya makan sia—"

"Jam makan siang sudah berakhir 15 menit yang lalu," Jungkook melihat arlojinya, "kau makan siang di mana? Kanada?" Jungkook terlihat kesal.

"A—"

"Lalu mengapa kau tidak datang ke rumah tadi pagi?"

"Kau tidak memintaku—"

"Jadi kau harus diminta terlebih dahulu baru kau akan datang?" potong Jungkook. Anak itu lantas berdiri, berjalan mendekati Jiseo dan berhenti tepat di depannya. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku jaketnya lalu sedikit menunduk menatap Jiseo yang lebih pendek darinya.

"Kook—"

"Apa? kau tidak ingat kalau kau sudah jadi milikku?!" kata Jungkook.

"Tapi—"

"Membantah lagi?"

"Tidak... ,"

"Noona harus datang ke rumah setiap pagi! aku ingin bangun tidur dan melihat Noona setiap hari?! apakah itu sulit?"

Anak ini benar-benar tak memberi kesempatan Jiseo untuk berbicara. Ia terus mengomel, mengatakan bahwa Jiseo tidak bertanggung jawab dengan perkerjaannya dan akan mengadukannya pada Yoongi. Jiseo diam, ia tak bisa melawan Jungkook kali ini. Jika saja Jungkook bukan putra tunggal atasannya, mungkin Jiseo sudah menjerat lehernya dengan kabel telepon atau menyumpal mulut kecil si kelinci agar diam dan tak banyak mengeluarkan protesan yang dapat membuat Jiseo tuli mendadak.

Melihat Jiseo yang semakin tertunduk, Jungkook mencengkeram rahang Jiseo dengan tangannya. Ia memaksa Jiseo untuk terus menatap matanya.

"Jangan menghindariku, aku tidak suka... ."

"U—uh?"

Tiba-tiba, Jungkook mencengkeram lengan Jiseo setelah ia melepas tangannya di rahang kurus gadis di hadapannya. Sepertinya, Jungkook memegangnya cukup keras karena Jiseo terdengar mengerang.

PRINCE JUNGOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang