9. Angry Koo

2.7K 438 129
                                        

Jungkook menghentak-hentakkan kakinya sebal sambil berjalan pulang ke rumah. Ia memilih rute lain agar tidak bertemu dengan Jiseo dan pria yang bersamanya. Bibirnya ia kerucutkan, tangannya juga tidak bisa diam. Ia mencabut daun, membuangnya lalu menggeram marah sambil menendang kaleng di depannya. Jungkook benar-benar tidak suka jika Jiseo dekat dengan laki-laki lain.

"Pokoknya Noona milikku!" katanya.

Ia membuka pagar rumah setelah menekan beberapa nomor yang terpasang di tembok pagar. Jungkook bahkan mendorong pagar kokoh rumahnya itu dengan kaki sembari terus menggerutu.

"Tuan—"

"Lupakan! aku tidak mau les!" kata Jungkook.

Ia melewati Sihan begitu saja. Lagipula, siapa yang akan menawarinya les. Jam sudah menunjukkan angka 10. Guru les Jungkook sudah pulang karena menunggu murid nakalnya ini terlalu lama kembali. Anak itu lantas duduk di tangga. Menyangga dagunya kemudian mendesah keras. Terdengar gusar sebelum ia memukul-mukul pegangan tangga dengan tangan kosongnya.

"Tuan muda—,"

"Apa?!"

Sihan bungkam. Kalau Jungkook sudah diam saja dan ketus jika disapa, itu berarti majikan kecilnya ini tengah marah besar. Wanita paruh baya itu hanya menunduk mundur perlahan setelah meminta maaf. Sementara Jungkook tidak peduli. Ia masih saja duduk di tangga sambil memicingkan matanya menatap ke arah pintu utama rumahnya.

"Lihat saja dia!"

Jungkook mendengus kesal, apalagi saat pintu utama rumahnya terbuka menampakkan Jiseo yang terlihat terus tersenyum senang. Rona wajahnya pun nampak kentara sekali seperti orang baru saja pulang berkencan. Bibir Jungkook semakin mengerucut sebal. Ia diam, tidak mau menatap Jiseo yang menghampirinya.

"Sudah selesai lesnya, 'kan?" Jiseo bertanya seperti tak terjadi apa-apa, "Kalau begitu aku... ,"

"Pulang saja sana!" kata Jungkook dengan nada rendahnya.

Jiseo mengangguk. Ia senang sekali bisa pulang dan terlepas dari belenggu kelinci menyebalkan yang terlihat terus mengerucutkan bibirnya. Jiseo lantas pergi, melangkahkan kakinya ke pintu utama setelah bersiap pulang. Namun ketika ia ingin menyentuh gagang pintu rumah besar tersebut, Bibi Sihan mencegahnya.

"Sebaiknya kau tetap disini, Nona," pintanya.

"Kenapa? Bukankah Jungkook sudah selesai les?" Jiseo heran.

"I-iya... tapi Tuan Muda... ,"

Jiseo berbalik, memandang tak suka pada Sihan yang mencegahnya untuk pulang. Melipat kedua tangannya di depan dada menunggu alasan yang tepat.

"Tu—"

"Sihan-ssi, aku bukan baby sitter Jungkook. Aku hanya diminta Jeon sajangnim untuk menemaninya jika dia membutuhkanku. Tapi kau dengar sendiri, dia memintaku pulang. Jadi percuma bukan jika aku disini?" potong Jiseo.

"Tapi, Nona—"

"Aku lelah, aku ingin tidur. Selamat malam, Sihan-ssi," kata Jiseo.

"O—oh, jweosonghamnida … ." Sihan membungkuk sedikit, "selamat malam, Nona. Selamat beristirahat," lanjutnya.

Jiseo mendengus sebentar, menggerutu sebelum kembali membuka pintu dan pulang. Sementara Jungkook masih saja duduk di tangga tanpa merubah posisi awalnya.

"Tuan Muda… ,"

"Mood ku sedang tidak bagus," katanya.

"Bagaimana kalau aku buatkan susu coklat hangat, aku pikir perasaanmu akan jauh lebih baik setelah meminumnya?" Sihan menawari majikannya dengan sangat lembut.

PRINCE JUNGOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang