17. Fragile Prince

1.3K 230 119
                                    

Jungkook, pangeran kecil itu diam. Mengerucutkan bibirnya sambil melipat kedua tangannya. Berdiri di depan pintu dengan sorot tanjam layaknya singa membidik buruannya. Ya, siapa lagi kalau bukan Jiseo. Gadis itu duduk di tempat tidur Jungkook, menggerutu sebal karena sedari tadi Jungkook terus saja mengawasinya.

"Aku tidak pergi!" kesal Jiseo.

"Kalau kau pergi, bagaimana?!" tanya Jungkook.

"Kau masih bisa melihatku di tempat ini, 'kan?" jawab Jiseo.

"Tidak bukan berarti tidak akan terjadi, perkataanmu tidak bisa ku jadikan jaminan, noona," Jungkook berkata. "Pokoknya aku mau mengawasimu!" ujarnya keras kepala.

Jiseo berdecih, memilih memainkan ponselnya sebelum ponsel itu direbut oleh Jungkook.

"Kirim pesan ke siapa? Taehyung, ya?!" katanya. Ia meninggikan ponselnya agar Jiseo tidak bisa merebutnya.

"Kembalikan, Jungkook!" kata Jiseo sambil berjinjit sesekali melompat berusaha mendapatkan ponselnya kembali.

"Tidak boleh!" balas Jungkook. "Kau tau, sangat tidak sopan kalau kau bermain ponsel dan mengacuhkan pacarmu!" kata Jungkook.

"Kau bukan pacarku!"

"Memang, tapi kau milikku!" Jungkook lantas mencium kening Jiseo. "Lihat! aku sudah menandainya!" ujarnya. "Itu seperti stempel pribadi milik Jeon Jungkook!" ucapnya senang.

"Kau tidak bisa berbuat seenaknya, Jungkook!" Jiseo melancarkan protes.

"Lalu apa? kau mau lagi?" tanya Jungkook. Belum sempat Jiseo menjawab, Jungkook sudah mencium wajah Jiseo berkali-kali. "Suka, ya?" tanyanya licik.

"Si—siapa bilang?!"

"Wajah noona seperti tomat matang," kata Jungkook. "Itu artinya suka!" lanjutnya bersikeras.

"Kau tidak boleh seenaknya mencium gadis yang tidak memiliki perasaan yang sama denganmu, Jungkook," lirih Jiseo.

"Apa? aku boleh menciummu lagi?" tanya si kelinci.

"Jungkook!"

Jiseo tidak sempat mengungkapkan bagaimana sebalnya ia denga pria tinggi di hadapannya. Jungkook memeluknya, menjatuhkan ponselnya setelah anak kurang ajar itu mematikannya. Ia menciumi leher Jiseo, mengusap halus punggung sempit kesukaanya sambil bergumam.

"Jangan acuhkan aku," katanya lembut. "Kau tidak tau bagaimana sakitnya melihat pacarku digandeng lelaki lain?" komentarnya.

"Aku—"

"Setelah aku bangun, aku tidak menemukanmu," Jungkook mengeratkan pelukannya. "Aku takut kau hilang atau Ibuku mengambilmu," katanya. "Aku tidak mau, pokoknya kau milikku!" Jungkook berkata tegas.

"Lepas—"

"Aku tidak mau minum obat itu lagi, aku tidak mau tertidur lagi, pokoknya aku tidak mau!"

"Kalau kau tidak minum obat, bagaimana kau bisa sembuh?!"

"Tidak apa-apa sakit, bukan?" Jungkook bertanya. Menyasap harus aroma tubuh Jiseo di balik rambut pendeknya. "Asalkan noona bersamaku terus, aku tidak apa-apa," sambungnya.

Jiseo mendengus, pelukan Jungkook yang hangat dengan tubuh yang gemetar masih bisa Jiseo rasakan dengan jelas. Anak ini pernah kelihalangan sosok ibu yang tidak pernah mencintainya hingga meninggalkan luka yang terlalu dalam untuk bisa pulih. Dengan ragu, Jiseo mengusap punggung Jungkook. Ia akhirnya pasrah dengan apa yang bos kecilnya inginkan. Lagipula, Jiseo sudah berjanji akan menyelamatkan Jungkook dengan cara apapun.

PRINCE JUNGOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang