Kehidupan Pencuri Kecil

47 6 0
                                    

Di sudut krisisnya makanan, orang akan memperebutkan kehidupan. Dan tentu saja mereka yang berdiri di atas itu, memikirkan hal yang lebih menarik, uang. Menipu, mengolah sumber daya dengan anak buahnya. Pria dewasa, wanita, bahkan anak-anak diperalat untuk membesarkan kantongnya. Seperti itulah busuknya tempat ini sebagai tempat bersaing.

Di lorong pasar yang tidak jauh beda dengan tempat pembuangan sampah. Anak kecil dikejar beramai-ramai oleh preman berbadan besar. Anak itu sangat lincah meloncati gerobak dan melewati ramainya pasar. Dengan tubuh kecilnya, ia berbelok dari jalan ke gang. Sesaat dia gembira karena berhasil mengamankan buruan dompetnya. Tetapi menyadari tempatnya saat ini berada di ujung kebuntuan senyumnya menghilang.

Suara di ujung lorong sangat keras berteriak “pencuri“, dia tidak memiliki jalan untuk kembali. Meringkuk dalam tong sampah, dia bersembunyi. Yang dilihat preman-preman dari situ hanyalah tempat sampah yang agak berserakan, tidak sedikitpun terlihat anak kecil. Akhirnya bisa lolos, itu melegakan hati.

Ambuhi mengecek dalam dompetnya, tidak banyak koin yang didapat. Kalau saja dia tidak berhasil menghindar dari pemalak hariannya, dia tidak makan hari ini. Selain lari dari orang yang dicuri, juga lari dari preman, rasanya musuh Ambuhi sangat banyak di sudut distrik kumuh ini.

Tempatnya tidak besar dan tidak ada yang menarik. Yang ada hanyalah tempat ini dekat dengan dermaga. Perdagangan dilangsungkan atau setidaknya berharap ada pelaut yang mau menjual dagangannya di sini. Untuk para pelaut dan nelayan, ini berada di daftar terakhir mereka untuk bersinggah. Intinya, tempat ini ingin sekali dijauhi tetapi masih terasa ramai.

Ambuhi berjalan melamun setelah membuang dompet di tempat sampah tadi. Uang hasilnya belum dikantongi dan ini terjatuh saat dia menabrak kaki. Di depannya pemalak harian sedang berkeliling. Tanpa basa-basi langsugn menyambar uang Ambuhi dan menendangnya ke tembok. Dalam sekejap habis sudah, Ambuhi tidak memiliki kesempatan untuk makan lagi.

Korban dan pelaku terus berputar. Sudah menjadi salah satu siklus di pasar ini, tidak, mungkin di dunia ini. Orang yang mencuri, akan jadi dicuri. Orang yang membunuh, akan jadi yang dibunuh. Orang yang ditipu, suatu saat akan menipu juga. Dan ketika semua sadar, korban tidak akan ada lagi, yang ada hanyalah persaiangan dua pelaku.

Berjalan sempoyongan, setidaknya sudah dua hari tidak makan. Keberuntungannya menurun akhir-akhir ini, di lain hal tubuhnya terasa sakit-sakitan. Itu yang Ambuhi rasakan saat menemukan kesempatan dompet yang mengintip dari saku celana pelaut. Menurunkan pandangannya, Ambuhi tidak ingin targetnya merasa curiga dengannya.

Pelaut itu sedang bersama teman-temannya bernegoisasi perdagangan. Saat sedang sibuk-sibuknya, Ambuhi berniat mencomot dengan cepat lalu pergi tanpa dirasa. Mengeluarkan tangannya dari saku, Ambuhi bergegas ke saku lainnya untuk mencuri. Memindah satu barang ke tempat lain ….

Tangannya dipegang. Aksi Ambuhi ketahuan, bahkan oleh targetnya sendiri. Dia merasa mati kutu. Entah apa yang akan dilakukkan pelaut ini. Apa dia akan dihajar habis-habisan atau dilempar ke laut. Hal yang menyakitkan melintas di pikiran Ambuhi.

“Terja, ada apa?“ panggil teman pelautnya.

“Tidak ... kalian duluan saja. Aku akan menyusul.“

“Baiklah. Tapi jangan lama, kita akan berangkat sebentar lagi.“

Pelaut bernama Terja ini tidak sedikitpun melemahkan cengkraman tangannya. Dia menatap dalam-dalam mata Ambuhi, terasa sangat tajam. Ambuhi tidak segera melepaskan diri pada momen membeku ini.

“Apa yang kau lakukan?“ tanya Terja santai.

Ambuhi tidak menjawab dan menggeleng.

“Begitu. Jadi kau tidak perlu apa-apa padaku?“

Ambuhi menggeleng lagi.

“Baiklah. Aku akan pergi.“

“Huh?“ desah Ambuhi tidak percaya. Ambuhi menghentikannya ketika pelaut itu mencoba pergi. “Kau percaya padaku?“

“Apa ada hal lain yang ingin kau sampaikan?“

“Aku jelas-jelas ingin mencuri darimu. Tidakkah kau sadar akan hal itu.“

Mata Terja menajam lagi. Dia bukan orang bodoh yang tidak sadar akan hal itu. Melihat dalam-dalam mata seseorang akan memperlihatkan karakternya. Tanpa terkejut akan hal itu, Terja menarik tangan Ambuhi.

Diculik, itu pikir Ambuhi. Berkali-kali dia bilang “lepaskan“ dan menggoyang tangannya. Hal yang lebih buruk akan terjadi jika dia terlalu menurut. Setelah itu, mereka berdua menaiki kapal yang akan berlaut entah ke mana. Ambuhi tetap tidak bisa lari.

“Terja, siapa yang kau bawa itu?“

“Keponakanku. Aku tidak sengaja menemukannya. Dia akan melaut bersama kita dan akan menjadi pengepel kabin. Tidak keberatan, kan?“

“Tidak masalah. Selama dia bekerja dengan baik dan tidak menimbulkan masalah. Jangan lupa untuk selalu mengurus dia, kapten. Baik, ayo berangkat.“

Kapten? Apa dia bilang kapten?

Yang ingin dompetnya Ambuhi curi adalah kapten kapal ini. Kekejaman di atas kapal mungkin akan berlalu lama karena tidak bisa lari. Tetapi saat dibilang keponakan dan melaut, itu merasa terbebas dari tempatnya sebelumnya. Itu tidak terlalu buruk untuk keluar dari pembuangan sampah, pikir Ambuhi.

Hari-hari baik berlangsung saat Ambuhi berada di atas kapal atas panutan Terja. Pagi setelah megepel dek, mereka sarapan bersama di dalam kapal. Mengecek layar dan melihat arah angin, itu hal yang tidak pernah diajarkan Ayah Ambuhi. Ketika kehidupannya di daratan berganti ke lautan, Ambuhi merasa bergeser untuk menjelajahi dua pertiga dari bumi.

Siang hari mereka mendarat ke beberapa pulau. Kapal mereka adalah kapal pedagang yang bertugas untuk menyalurkan barang antar pulau. Tidak jarang kapal lain berhenti dan mengadakan perdagangan di atas laut. Dalam era ini, tidak ada illegal fishing, karena itu jika kekurangan bahan makanan dapat menjaring langsung di laut.

Berguru terlalu banyak, tentu saja Ambuhi bukan keponakan sebenarnya. Itu hanyalah alasan supaya Terja bisa mengadopsinya. Hanya dengan melihat mata dan sikapnya, Terja tahu Ambuhi memiliki jiwa keberanian, yang bahkan membuatnya tidak takut menggenggam bara api.

Suku yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang