Rantai Kegilaan

37 8 0
                                    

Ambuhi sadar sedang terikat di gedek. Berontak ke sana kemari, tali anyamnya cukup kuat bagi anak untuk mencoba melarikan diri. Di atas ranjang tertidur ayah Ambuhi. Sedangkan di atas kursi kayu sederhana, nenek sedang membuat ramuan.

“Kau sudah sadar. Nyamukku memang memiliki penyakit yang mengerikan. Kau sudah tertidur hampir setengah hari.“

“Kau yang membuatku tertidur seperti ini.“

Posisinya tidak seperti tidur. Mungkin bisa disebut tidur berdiri. Tapi sebelum itu, nyamuk yang hinggap di tangan Ambuhi bukan sebuah kebetulan. Aroma yang ditempelkan nenek ke tubuh Ambuhi membuat nyamuk datang untuk mengigitnya.

“Kau sangat pintar untuk seukuran bocah.”

Pujian itu memang benar adanya. Ambuhi cerdas untuk bisa menyadari apa yang tidak disadari orang dewasa. Tapi kepolosannya menyebutkan hal yang seharusnya tidak dikatakan membuat ia dibenci anak lain. Gejala tahu terlali banyak. Karena itu Ambuhi lebih sering di rumah bersama dengan buku ayahnya.

“Kemampuanmu yang seperti itu memang berpotensi. Tetapi penyakitku akan membunuhmu sebelum beranjak menjadi tua. Hahaha ....“ Tertawanya sungguh megerikan. “Jangan khawatir, jangan khawatir. Aku dan ayahmu berhasil membuat obat tentang penyakit itu. Ini adalah versi pekat yang kuciptakan sendiri. Mungkin efeknya akan lebih cepat, tapi aku tidak mau ambil resiko. Karena itu kau yang megambilnya.“

Nenek mengangkat gelas yang tadi diramunya. Mangkuk dan barang lainnya di meja jatuh, tapi dia tidak menghiraukan. Tatapan matanya seperti ilmuan gila yang akan melakukan percobaan gila. Tentu saja, di saat seperti ini, orang yang paling tegang otaknya adalah tikus percobaannya.

“Wwwaaaahh...!!!“ Teriak Ambuhi menggila.

Semua cairan rasa busuk itu dimasukkan ke mulutnya dengan paksa. Dengan mulut yang dibuka lebar dan mata menangis, Ambuhi kehilangan kendali tubuhnya. Seluruh tubuhnya terasa terbakar. Perut, dada, dan lehernya mengejang. Kepalanya memerah sampai melintas darah dari hidung dan telinganya.

Tali pengikatnya terlepas. Jika sebelumnya gerakannya tertahan, kini dia dengan liar bergerak merusak bangunan rumah. Dia merobek gedek di sampingnya, dilanjutkan dengan kuda-kuda rumah, empat tiang. Rumah itu seketika roboh. Atapnya yang terbuat dari bambu yang disusun menikam tajam ke bawah.

Tiga orang di dalam tidak diketahui keadaanya. Memang dari awal tempat ini dijauhi oleh warga sekitar. Ketika tempat ini roboh, mayat di dalamnya sudah tidak perlu dikubur dalam tanah.

Suku yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang