CHAPTER 2.2 : DIA SAMUDRA?

59 7 0
                                    

Istirahat ke dua di jam dua siang, masih setengah jam lagi dan perut Biru semakin nyaring berbunyi oleh cacing-acing yang belum ia beri makan. Tadi pagi ketika berangkat sekolah memang ia tidak sarapan dikarenakan ia tidak terbiasa dengan itu, sejak duduk di bangku kelas 6 SD ia tidak pernah sarapan pagi lagi palingan ia hanya meminum segelas susu atau teh hangat, dan baru di jam istirahat ia akan makan. Kalau di rumah pun ia begitu, di hari libur ia akan makan di jam sepuluhan. Memang itu semua tidak baik untuk kesehatan apalagi untuk usia sepertinya ini yang masih dalam masa pertumbuhan. Maka dari itu ketika ia tinggal bersama Bibinya di Surabaya, Bibi Lili setiap pagi akan memasakannya masakan yang berkuah. Karna masakan yang berkuah lebih menggugah selera.

Dalam keterdiaman menahan rasa laparnya, sebuah kotak bekal berwarna hijau merek terkenal tiba-tiba ditaruh diatas mejanya. Biru menaikan alisnya bingung menatap wanita berkuncir satu itu tengah membuka kotak bekalnya. Dan setelah kotak bekal terbuka lalu wanita itu berkata.

"Makanlah, aku dengar perutmu dan mulutmu sangat kompak berisiknya". Ucap wanita yang ternyata namanya adalah Nanda, terlihat dari name tagnya.

"Tidak terimakasih". Tolak Biru, yang sedikit tersinggung akan ucapan Nanda.

"Benarkah, kalau begitu buatku saja". Kata seorang pria tiba-tiba dari arah belakang Biru dan langsung mengambil makanan Nanda.

"Nando, lo gak sopan!".

"Biarin, wek".

"Kata ketua kelas hari ini para guru sedang rapat, jadi mungkin tidak akan belajar sampai pulangan". Kata Nanda.

"Apa!?". Kata Biru tidak percaya sekaligus terkejut." Kenapa harus ada peraturan dilarang keluar kelas waktu pelajaran meski guru pengajarnya tidak ada". Lirihnya dengan memegang perutnya.

"Lo ada apa dengan samudra, kelihatanya kalian sangat akrab?". Tanya Nanda dengan nada terdengar sinisnya.

"Buat apa kamu tau, aku ada hubungan apa dengan samudra". Jawab Biru dengan tidak kalah sinisnya.

Nanda terkekeh lalu mengulurkan tangannya." Gue Nanda Vitrossa Adiyaksa, dan itu". Tunjuk Nanda pada laki-laki yang tadi merampas makanannya." Itu kembaran gue, Nando Febrian Adiyaksa. Dan masalah lo dengan Samudra tadi, ya gue cuman nanya aja. Kalau masalah lo mau jawab atau enggaknya ya terserah lo".

Setelah perkenalan antara mereka berdua, ucapan yang keluar dari mulut Nanda tidak sesinis sebelumnya lagi.

"Katanya lo pindahan dari Surabaya ya, kenapa jadi pindah?". Tanya Nando tiba-tiba, yang ternyata sudah duduk di meja samping Biru.

"Dulu aku tinggal di Surabaya, lalu ketika kelas Sembilan SMP kedua orangtuaku pindah ke Bandung. Dan aku memutuskan untuk tinggal bersama bibi di Surabaya".

"Kenapa tidak menyelesaikan SMA lo di Surabaya aja, lalu setelah lulus baru pindah?". Tanya Nando kembali.

"Itu karna—". Biru merasakan pipinya terasa memanas ketika ia akan berkata alasnya adalah ingin bertemu Samudra setiap harinya, jawaban itu ia urungkan dan menatap balik Nando." Kenapa kamu seperti mengintrogasiku?".

Nando terkekeh mendengar pertanyaan dari Biru." itu adalah latihan sebelum Bu Suk nanyai lo". Jawab Nando.

"Busuk?". Tanya Biru bingung.

Bel Istirahat berbunyi, sebuah notifikasi terdengar dari ponselnya. Biru membuka kunci ponselya, dan tersenyum ketika membaca pesan dari Samudra.

SAMUDRA :

Gue hanya punya waktu setengah jam, jadi cepat lo ke kantin!.

"Kalian bisa beritau aku kantin dimana?". Tanya Biru pada Nanda dan Nando.

Tidak seperti jam istirahat pertama yang tidak terlalu ramai, di jam istirahat kedua ini kantin terasa penuh oleh para siswa yang sedang duduk-duduk menikmati minuman dan makananya. Hari ini memang matahari bersinar sangat teriknya dan minum minuman dingin sambil mengobrol bersama teman memang sangat menyenangkan.

Biru memperhatikan seluruh penjuru kantin, namun nihil ia tidak bisa menemukan dimana Samudra berada. Sebuah pesan kembali masuk ke ponselnya.

SAMUDRA :

Lo dimana? Gue udah nunggu lo lama nih!

Mata Biru kembali memperhatikan sekelilingnya, namun nihil ia masih tidak bisa menemukan Samudra. Lalu Biru mengetikan sebuah pesan pada Samudra.

Kamu dimana, aku gak melihatmu. Kamu bisa menghampiriku?.

Biru masih berdiri memperhatikan sekitarnya, dengan kepala yang sudah mulai pusing akibat menahan lapar sangat lama.

SAMUDRA :

Sebelah kiri lo, ada penjual Baksokan nah lo jalan kesampingnya. Gue duduk gak jauh dari sana!

Setelah membaca pesan dari Samudra Biru berjalan kearah yang Samudra bilang. Ternyata Samudra tidak jauh dari tempatnya berdiri tadi, dan Biru sedikit menyesali karna mempunyai tubuh mungil sehingga ia tidak bisa melihat Samudra dari tempatnya berdiri tadi karna terlindung oleh siswa yang sedang duduk.

"Maaf ya lama". Kata Biru pada Samudra yang tengah asik dengan ponselnya.

"Gue gak tau lo suka apa, jadi gue pesanin lo Ketoprak biar cepat". Kata Samudra berbicara dengan matanya yang masih pada ponsel pintarnya.

"Kamu lupa, ketoprak juga salah satu makanan kesukaanku".

"Kalau begitu cepat makan, lo banyak bicara".

Dengan menahan air matanyan Biru memakan makananya, dari pertama kali suapan hingga dipiring tidak menyisakana apa-apa lagi mereka berdua tidak saling bicara. Biru meminum air yang ada digelas hingga tandas sebelum berbicara pada Samudra.

Sedikit saja lagi tadi ia akan mengeluarkan suaranya, ketika dua orang siswi menghampiri meja mereka dan meletakan sebuah kotak bekal berbentuk hati. HATI? Biru menatap dua wanita itu dengan nyalang, tanganya mengepal tidak terima.

Lalu matanya kembali menatap kearah Samudra berharap Samudra tidak akan menerimanya. Namun malah sebaliknya Samudra menerimanya dan berkata terimakasih yang membuat para wanita itu makin terpesona.

"Kalau sudah selesai makannya, gue mau kembali latihan".

"Tunggu!". Cegat Biru." Aku mau tanya sekali lagi, kenapa sikap kamu berubah kayak gini!?".

"Berubah bagaimana?". Tanya balik Samudra.

"Bersikap dingin padaku!".

"Itu hanya perasaan lo". Jawab Samudra.

"Tapi dulu kamu selalu bersikap manis padaku, dan tidak berelo-gue". Biru menatap mata Samudra.

"Itu dulu waktu kita SMP, dan kita sudah dua tahun tidak bertemu. Gue belum terbiasa manggil lo begitu lagi".

"Aku paham, dan aku mohon dari sekarang kita memulainya dari awal lagi ya. Aku akan mencoba terbiasa dengan sikapmu sekarang, dan kamu harus terbiasa kembali manggil aku dengan kamu bukan lo". Kata Biru panjang lebar dengan kembali memberikan senyum manisnya.

Samudra berdiri dari duduknya dengan membawa kotak bekal tadi ditanganya." Sudahkan? Kalau gitu gue pergi".

"Tunggu!". Cegat Biru kembali lagi.

Samudra menahan amarahnya." Ada apa lagi!".

"Kamu bisa antar aku pulang nanti?". Tanya Biru dengan mengelurkan poppy eyesnya.

"Gue ada latihan, jadi lo pulang sendiri aja. Sudah gue mau latihan dulu, lo sudah banyak buang waktu gue".

Biru menatap punggung Samudra yang semakin menjauh. Dulu ketika ia mengelurkan poppy eyesnya, Samudra akan luluh dan bersedia melakukan yang ia perintahkan walau sekalipun Samudra marah terhadapnya dan samudra tidak akan tahan untuk marah lama-lama ketika ia sudah melakukan itu. Dan kini, Samudra biasa saja melihat itu semua dan malah tidak berefek apa-apa.

Ada apa dengan semua ini?










Terimakasih sudah berkunjung ke karya saya...

31-Oktober-2019
J.U.M.I

Samudra Biru ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang