Masih bertahan? Atau kali ini akan menyerah?
****
"Dia belum tau?". Tanya Ayumi dengan nada khas jepang yang masih kental, walau ia sudah fasih berbicara bahasa indonesia. Elang mengangkat alisnya dengan menatap Ayumi. Ayumi kembali berkata." Dia-Biru!".
Elang menyandarkan punggungnya. Kini matanya memandang datar gedung-gedung pencakar langit. Tidak ada satu kata-pun yang keluar dari bibir tipisnya. Dan itu sudah mampu membuat Ayumi mengerti.
"Terlalu lama bersamanya akan membuatnya lebih sakit lagi, kamu pasti tau itu. Kenapa tidak kamu katakan saja yang sebenarnya. Atau apakah aku saja yang akan—"
"Jangan ikut campur!"
"Tapi dia sudah mengambil banyak waktumu, dan yang lebih penting waktu untuk menjadi dirimu sendiri." Kini Ayumi mulai emosi, ia ingin sekali bertemu dengan seseorang yang bernama Biru itu. Namun Elang selalu saja mencegahnya dengan mengancamnya." Apakah ?" Ayumi Menatap Elang dengan penuh makna. Tidak, tidak mungkin Elang punya persaan terhadap dia-kan. Entah kenapa pikiran itu membuat hatinya sakit. Dengan segenap kekuatan yang ada dalam dirinya, ia mencoba untuk bertanya.
"Apakah kamu mulai jatuh cinta padanya?" Keluar sudah pertanyaan itu dari mulut Ayumi, namun tidak ada reaksi apa-apa dari Elang." Elang apa—"
"Aku mau pulang!"
"Kamu belum jawab, Lang!" Ayumi menggapai lengan Elang. Elang yang sudah berdiri hendak beranjak dari tempat tersebut kini menatap Ayumi dengan datar.
"Tidak, aku tidak pernah menaruh perasaan yang sekarang ada dipikiranmu itu". Jawaban Elang itu membuat pegangan tangan Ayumi dilengannya terlepas."Sebaiknya kita kembali ke rumah, waktunya makan siang".
Namun, Ayumi masih saja terdiam ditempatnya. Kepalanya menengadah keatas memandang langit cerah siang ini." Watashi ni taisuru anata no kimochi ni tsuite wa?" (Soal perasaanmu terhadapku?)
"Ayumi, watashi—". (Ayumi, aku--).
"Ne..Ne..Ne.." Sanggah Ayumi langsung." Kamu duluan saja kembali ke rumah, aku akan menikmati suasana disini dulu."
Elang menatap Ayumi sekali lagi. Ayumi menghembuskan nafas kasar, ketika ia sadar bahwa Elang menatapnya dengan tatapan seperti itu. Sebuah tatapan penuh dengan tanda tanya.
"Aku tidak akan tersesat kalau kau mau memastikan dengan tatapan menyebalkanmu seperti itu." Ayumi tersenyum cantik, senyuman yang sedikit ia paksakan."Aku sudah hafal jalan disekitar sini, kamu pulang duluan saja!"
"Apakah kau yakin?" Tanya Elang memastikan.
Ayumi memberikan senyuman nya kembali.
"Selalu aktifkan ponselmu, kalau ada apa-apa cepat hubungi aku. Dan sebentar lagi Kenta akan sampai jadi jangan terlalu lama, kita sudah janji akan menjemputnya di Bandara."
"Iya, kau sangat cerewet. Aku akan baik-baik saja."
Sebelum Elang pergi ia mengacak rambut Ayumi dengan gemas." Hati-hati Sister."
"Sister!" Ayumi tersenyum miris.
Satu tetes air mata jatuh dipipi tirus Ayumi.
"Aku tidak baik-baik saja, bahkan memilikimu ataupun tidak sama sakitnya bagiku. Hatimu tidak untuknya ataupun aku."
"Mengapa rasa ini harus untukmu!?"
Ayumi menyapukan telapak tanganya ke pipi, berupaya menghilangkan bekas air mata. Ia tahu, walau ia sapu bersih wajahnya dan nampak hilang bekas air mata, namun ia masih merasakan lembabnya. Dan walau lembabnya sudah hilang juga, ia masih merasakan keringnya. Juga, setelah hari-hari berlalu, ia masih bisa merasakan air mata pernah jatuh kepipinya itu. Sebuah ingatan tidak bisa kau lupakan begitu saja, apalagi ingatan itu sebuah rasa sakit yang sudah ia rasakan dan ia tidak juga melepaskannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Samudra Biru ✓
Novela JuvenilCukup kau berada disampingku, itu sudah cukup membuat ku bertahan dari sakit yang selama ini ku alami... Alasan Biru bertahan hidup dan menjalani berbagai pengobatan yang sangat membosankan baginya itu semua karena seorang pria bernama Samudra... Ra...