CHAPTER 18 : Truth Or Dare!

25 4 0
                                    

HOLA

VOTE, KOMEN & SHARE

ENJOY

🌼

Suara riuh para remaja memenuhi halaman belakang Villa yang luas suasana sunyinya malam tidak terasakan oleh mereka walau lampu Villa sudah dimatikan untuk menambah kesan sakral acara malam ini. Api unggung berkobar dengan gagahnya, meliuk-liuk diterpa angin dingin malam ini. Suara gesekan dedaunan dan ranting pohon hanya sebagai pengiring sausana malam ini.

Semua siswa duduk melingkari Api Unggun, tidak jauh dari Api unggun Pak Bambang berdiri dengan memegang sebuah gitar akustik bersiap-siap akan membawakan sebuah lagu. Khususnya para siswi yang sangat antusias terbukti dengan mereka tidak lagi bersuara dan fokus memandang wajah rupawan pak Bambang yang kini sudah memetik senar gitar dan terciptalah alunan melodi yang merdu.

Ketika mimpimu yang begitu indah
Tak pernah terwujud
Ya sudahlah
Saat kau berlari mengejar anganmu
Dan tak pernah sampai
Ya sudahlah

Hm-hm-hm ...

Apa pun yang terjadi
'Ku 'kan selalu ada untukmu
Janganlah kau bersedih
'Coz everything's gonna be okay

Yo, yo ...
Satu dari sekian kemungkinan
Kau jatuh tanpa ada harapan
Saat itu raga kupersembahkan
Bersama jiwa, cita, cinta, dan harapan
Kita sambung satu per satu sebab-akibat
Tapi tenanglah mata hati kita 'kan lihat
Menuntun ke arah mata angin bahagia
Kau dan aku tahu jalan selalu ada
Juga kutahu lagi problema 'kan terus menerjang
Bagai deras ombak yang menabrak karang
Namun kutahu, kutahu kau mampu 'tuk tetap tenang
Hadapi ini bersamaku hingga ajal datang

Saat kau berharap keramahan cinta
Tak pernah kau dapat
Ya sudahlah

Yeah ...
Dengar kubernyanyi
La la la la la la la
A ya ya ya ya ya
De du de da de du du di dam
Semua ini belum berakhir

Apa pun yang terjadi
'Ku 'kan selalu ada untukmu
Janganlah kau bersedih
'Coz everything's gonna be okay

Suara tepuk tangan pertanda berakhirnya lagu yang dinyanyikan oleh Pak Bambang menyebar keseluruh halaman. Pak Bambang menatap masing-masing siswa dan menunjuk Nando. Nando yang semenjak tadi rupanya tidak memperhatikan jalannya acara dan hanya fokus pada satu titik yaitu Biru langsung kaget ketika Bayu menyenggol bahunya.

"Ada apa? Napa lo nyenggol bahu gue?"

"Cepat banget naik darah." Desis Bayu." Tuh lo disuruh nanyi sama Pak Bambang. Emeng-emeng emang lo bisa nanyi?" Nando lalu menatap Pak Bambang, kemudian menatap semua orang yang rupanya mereka juga sedang menatapnya. Biru pun juga, dan kakaknya -Nanda- menatapnya seperti berkata Mampus lo.

"Gue gak bisa nanyi." Kata Nando dan membuang mukanya ke arah lain.

"Bukannya kamu mau mengatakan perasaanmu pada seseorang?" Kata Pak Bambang membuat semua orang bersurak.

"Nando jombloh, pak." Jawaban Bayu yang jujur itu membuat semua orang malah tertawa lepas.

Kesal dengan kata-kata Bayu, jiwa laki pada diri Nando membuatnya tanpa sadar berdiri dan berjalan menghadap Pak Bambang lalu merebut gitar berwarna kecoklatan itu dari tangan Pak Bambang. Dengan sangat percaya diri Nando memetik gitar dengan pelan seperti orang yang sudah profesional, semua orang terdiam dan fokus untuk mendengarkan. Terutama Bayu, ia sangat fokus untuk mengetahui kesalahan dari Nando dan nantinya akan menertawakan Nando dengan kerasnya.

Samudra Biru ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang