CHAPTER 12.2 : Memori 2

24 4 0
                                    

SOREE,

VOTE, KOMEN & SHARE

TYPO Bertebaran..

TERIMAKASIH..

☺️☺️

Sudah hampir dua tahun sejak pertemuan pertama mereka dirumah sakit, kini status mereka bukan lagi sebagai teman, teman dekat, atau sahabat. Melainkan sudah menjadi sepasang kekasih yang dimabuk cinta. Cinta monyet kata orang menyebutnya. Setelah kunjungan mereka ke kebun raya bogor satu tahun lalu untuk menepati janji Samudra terhadap Biru untuk mengajaknya melihat bunga Sakura yang sedang mekar. Saat itulah ia mengatakan kepada Biru bahwa ia ingin Biru menjadi kekasihnya.

Kini hari senin hingga sabtu mereka tidak pernah terpisah, setelah keluar dari rumah sakit. Biru diperbolehkan kembali sekolah normal. Begitu juga Samudra setelah beberapa hari Biru meninggalkan rumah sakit ia pun keluar juga tentunya dengan seizin Dokter bahwa keadaanya saat itu cukup baik untuk dirawat jalan. Karna kondisinya tidak memungkinkan untuk meninggalkan perawatan. Tapi ia sangat bersyukur karna biarpun ia harus dirawat jalan dengan itu ia bisa bersekolah ditempat Biru bersekolah juga.

Teman Biru selain Samudra?

Tidak ada, sama sekali tidak ada. Entah Biru yang tidak mau berteman sama teman sekelasnya atau karna sifat Biru yang sangat manja dan selalu menempel pada Samudra yang membuat teman-temannya pada menjauh. Bahkan teman sekelasnya terang terangan membenci Biru perihal kedekatan dirinya dengan Samudra.

Memang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, namun aura populer dari Samudra tidak dapat dibohongi. Mereka para wanita sangat iri melihat Biru bisa bercengkrama dengan Samudra semaunya, makan bersama mengobrol berdua, duduk satu meja, dan pulang kadang-kadang bersama.

Biru biasa saja, ia hendak ada teman atau pun tidak baginya tidak apa-apa. Tuh yang penting ada Samudra. Faktanya Biru sangat bergantung pada Samudra.

Sejak pertemuan mereka dirumah sakit, dua keluarga yang dulunya tidak saling mengenal bila berselisih pun dikoridor rumah sakit hanya memberikan senyum tanda sopan santun dan ramah tamah. Kini kedua keluarga itu tidak segan-segan lagi untuk saling bantu. Karna bagi mereka, mereka layaknya sudah menjadi keluarga walau bukan keluarga sedarah namun mereka sangat dekat melebihi keluarga sedarah.

Sehabis pulang sekolah Biru selalu berkunjung ke rumah Samudra hingga sore menjelang malam yang juga bertepatan waktu puang kerja Dimas selaku ayahnya Biru. Beruntung jalna pulang dari kantornya harus melewati perumahan keluarga Mahardika, yaitu rumah Samudra. Jadilah Dimas selalu mampir setiao harinya untuk menjemput Biru.

"Biru pulang dulu ya, sampai besok". Kata Biru melambaikan tanganya lalu naik ke dalam mobil. Setelah masuk kedalam mobil ia langusng menurunkan kaca jendela mopbil untuk melihat senyum Samudra terakhir kalinya pada hari ini. Biru sangat menikmati suasana itu.

Tiiiiin...Tiiiii...

Dimas membunyikan klakson mobilnya lalu menjalankan mobilnya dengan pelan sebelum memasuki jalan raya.

"Naikan kaca jendelanya sayang, angin sore ini kencang nanti kamu masuk angin". Perintah Dimas dengan nada lembut.

Biru menuruti perintah sang Ayah, lalu memutar tuas pada pintu mobil." Besok pagi anterin Biru kerumah Samudra ya, Pa!".

Dimas mengerutkan keningnya, setiap senin hingga sabtu anaknya ini selalu berada di rumah kelaurga william. Minggu pun sama namun pada siang hari saja ia akan mengunjungi Samudra, tetapi kenapa kali ini anaknya memintanya untuk mengantarnya pagi." Tumben, biasanya anak papa siang ke rumah Samudra, kenapa besok pagi sayang?".

Samudra Biru ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang