CHAPTER 3 : Memulai kembali ?

45 7 1
                                    

Enjoy, sobat...

🍂

Wanita itu gampang bahagia sekaligus terluka...

"Kamu tadi pulang naik apa sayang?". Tanya Dimas yang kini ikut bergabung bersama Biru menonton televisi.

"Naik Ojek Online, Pa. Kata Bang Sakti gak boleh naik angkut dan Bis".

"Benar apa kata abangmu, sekarang angkutan umum lagi bahaya banyak kejahatan. Kalau ojek online kan kamu bisa teriak kalau ada apa-apa".

"Padahal aku mau diantar Samudra, tapi katanya dia harus latihan volly". Ujar Biru mencibir kesal dengan tanganya yang sibuk menggonta ganti chenel tv.

"Kamu harus mengerti Samudra sayang, kini samudra sudah menjadi laki-laki dewasa yang sibuk dengan dunianya. Bukan Samudra tiga tahun lalu yang baru kamu kenal, yang selalu dengan senang tiasa bermain dengan kamu. Samudra punya kehidupannya sendiri selain kamu, dan kamu harus memahaminya, agar samudra tidak terganggu akan keberadaanmu yang selalu merengek padanya".

Kata-kata terakhir dari Dimas membuat Biru memanyunkan bibirnya." Tata gak ngerengek kok, pa".

"Benarkah?". Goda Dimas pada putrinya ini, selama dua tahun ini saat-saat bercanda seperti ini dengan sang anak yang paling Dimas rindukan.

"Tapi apa samudra sudah kelewatan, pa. seharusnya samudra bisa juga meluangkan waktunya bersama Biru. Bertemu jarang, mengirim pesan jarang, apalagi menelphone. Bagaimana Biru bisa begitu saja mengerti Samudra". Kata Biru sedih, kini wajahnya menunduk tidak lagi menatap layar tv yang ada didepannya.

"Kalau begitu kamu harus bicarakan semua ini pada samudra". Nasihat Dimas dengan lembut pada putrinya ini.

Biru tidak menjawab ia hanya mengangguk tanda mengerti. Pikirannya kini tidak bisa lepas dari SAMUDRA, semua kejadian yang tadi siang ia alami selalu membuat hatinya seakan sakit.

Apa samudra semudah itu melupakan segala sesuatu tentangnya?

Dan apa samudra masih menganggapnya sebagai pacar?

"Pasti, aku yakin samudra pasti masih menganggpku pacar". Kata Biru bermonolog dengan yakin.

"Aku harus yakin, dan membuat samudra jadi terbiasa kembali. Ya, harus". Biru menatap kesampingnya dimana ayahnya tadi duduk, namun sekarang ayahnya sudah tidak ada lagi disana. Biru menaikan aliasnya lalu mendengar suara dari dapur lantas ia berdiri berjalan kearah sumber suara.

Dimas ternyata tengah sibuk membuat sesuatu dengan mengambil sebuah gelas." Papa ngapain?".

"Buat kopi". Jawab Dimas sambil menuangkan kopi yang ada dalam toples kaca. Lalu mengalirinya dengan air panas dari denspenser.

"Emang mama kemana?". Tanya Biru yang sudah mengambil tempat duduk didepan Dimas yang sudah menyeruput kopinya dengan sesekali meniupnya agar mengurangi panasnya.

Dimas mengangkat bahunya pertanda ia juga tidak mengetahui kemana istri tercintanya itu. Karna ia jugakan baru sampai di rumah dan sang istri sudah tidak ada di rumah.

Lalu Dimas menatap putrinya." Seharusnya kamu tau sayang dimana mamamu, kan kamu yang pertama datang ke rumah". Tanya Dimas.

"Ketika Biru sampai rumah mama sudah gak ada, pa. Apa mama gak ada ngabari papa?".

Dimas berpikir, mengingat sesuatu. Dalam keterdiaman mereka itu bel rumah pun berbunyi. Biru lantas berdiri dan sedikit berlari kearah pintu depan. Pintu depan dibuka Biru dengan pelan, terlihat siapa yang tadi menekan bel rumahnya.

Samudra Biru ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang