SELAMAT MEMBACA!
MAKASIH...
😊😊
Perlahan langkah kaki ramping itu memasuki rumah yang keliahatan sepi dengan muka yang terlihat sangat lesu ia menaiki tangga menuju kamarnya. Setelah membersihkan badan dan merapikan kopernya ia lalu keluar dari kamar. Sama seperti ia baru datang tadi, rumah ini masih sepi. Tidak ada tanda-tanda keberadaan kedua orangtuanya juga kakaknya. Perlahan kaki Biru melangkah menuju dapur, diatas meja makan terdapat gelas berisi air es yang masih terlihat segar dan belum diminum. Matanya memperhatikan kesemua penjuru ruangan dan ke halaman kalau-kalau ada ayah atau ibunya. Namun sama seperti tadi, tidak ada siapa-siapa. Setelah ia membuka lemari es lalu menuangkan air es kedalam kelas lantas meminumnya, Biru lalu melangkahkan kakinya menuju kamar kedua orangtuanya.
Langkahnya terhenti tepat didepan pintu kamar bercatkan putih karena mendengar suara dua orang saling berdebat. Itu adalah Dimas dan Diana. Biru lalu mendekati pintu dan berdiri disamping pintu untuk mendengarkan lebih jelas kenapa kedua orangtuanya yang selalu terlihat harmonis itu kini bertengkar.
Mungkinkah?
Biru menggeleng, tidak mungkin. Tidak mungkin kedua orangtuanya bertengkar karena ada orang ketiga. Tidak mungkin, kedua orangtuanya saling cinta dan tidak akan pernah saling menghianati satu sama lain bahkan keluarga mereka. Ia sangat tahu!
Tapi...
Namun ketika mendengar nama seseorang disebuat dari mulut ayahnya, praduga itu langsung hangus seperti api membakar kertas lalu debunya tersapu bersih oleh angin.
"Aku tidak ingin melihat Tata kembali drop, Dim." Dengan suara yang bergetar.
"Tapi tidak seperti ini, kamu seperti merendahkan harga dirimu. Kenapa kamu tidak pernah bilang!"
Diana terisak, dan Biru mendengar itu semua. Mamanya menangis, kenapa? Kenapa ayahnya begitu marah karena mamanya hanya kerumah Samudra?.
"Apa setiap kali kamu kerumah keluarga Mahardika, kamu melakukan itu?" Tanya Dimas. Diana masih diam dengan terisak, kediaman istrinya itu membuat dugaan Dimas semakin yakin." Jawab Diana!"
Biru kaget, malah sangat kaget. Tidak pernah ia mendengar bentakan keluar dari mulut ayahnya apalagi dengan nada tinggi seperti ini. Tubuh Biru bergetar hebat kakinya lemas, namun ia masih bisa menupang tubuhnya.
"Aku paham kamu sangat menyayangi Tata, tapi apa kamu tau akibatnya nanti. Kalau Tata tahu dia akan lebih terpukul, kenapa mamanya seakan selalu menutupi kebenaran ini darinya."
Kebenaran apa?.
"Aku tidak ingin melihat Tata masuk rumah sakit lagi!"
"Dia dari kecil selalu berada dirumah sakit, tidak bisa bermain seperti layaknya anak seusiaya. Mana mungkin aku akan merenggut kebahagiaanya sekarang, yang sangat bahagia menjalani masa remajanya. Aku tidak ingin melihatnya kembali terbaring dikasur rumah sakit. hatiku sangat sakit, bahkan aku berdoa kepada Allah. Andai saja semua penyakitnya biar aku yang mengalaminya, tidak denganya." Diana semakin menangis, Dimas memeluk istrinya dengan kuat.
Dan kondisi Biru, kakinya sekarang tidak dapat lagi menupang tubuhnya. Ia kini terduduk dengan lemas dan menangis tidak bersuara mendengar kesedihan ibunya. Ia sangat marah kenapa ia dilahirkan dengan kondisi seperti ini. kondisi yang membuat kedua orangtuanya bersedih.
"Aku berharap kamu tidak akan memohon lagi seperti tadi dengan Samudra."
Memohon? Dengan Samudra?
KAMU SEDANG MEMBACA
Samudra Biru ✓
Dla nastolatkówCukup kau berada disampingku, itu sudah cukup membuat ku bertahan dari sakit yang selama ini ku alami... Alasan Biru bertahan hidup dan menjalani berbagai pengobatan yang sangat membosankan baginya itu semua karena seorang pria bernama Samudra... Ra...