CHAPTER 19 : Sunrice dan Sebuah pertanyaan?

20 4 0
                                    

Selamat Membaca...

🌼🌼🌼

"Aku tunggu dibawah!"

Biru tersenyum ketika membaca pesan dari Samudra, kemarin malam sebelum tidur ia mengajak Samudra untuk jalan-jalan pagi seperti dulu sewaktu di Surabaya. Pertama-tama Samudra menolak karena alasan katanya udara puncak sangat dingin itu bisa membuat aku kembali sakit. Sungguh romantis bukan? Samudraku kembali lagi, mengkhawatirkan aku seperti dulu. Dan untuk soal ekspresi Samudra ketika api unggun itu sudah tidak aku hiraukan lagi, aku berpikir mungkin ia sangat lelah.

Selesai sholat subuh aku langsung mengeledah tas yang memuat beberapa stel pakaian olahraga, dan pakaian biasa untuk jalan-jalan bersuah foto.

Terdengar kembali notifikasi dan itu pesan dari Samudra.

"Jangan lupa memakai pakaian tebal!"

Sungguh bibirku tidak bisa dicegah untuk kembali melengkung ke atas, dan semburan merah muda pada pipiku tidak bisa aku halangi untuk bertambah pekat warnanya. Samudra sungguh hebat, dia mampu membuat diriku seperti ini.

Biru menatap dirinya dicermin dari kepala hingga ujung kaki. Sepatu converst, jaket tebal, syal serta tudung kepala.

"Lo mau kemana?" Tanya Nanda yang rupanya baru saja terbangun dari tidur cantiknya.

"Aku mau jalan-jalan sama Samudra." Kata Biru dengan tersenyum indah kepada Nanda melalui cermin.

Nanda melihat jam yang melekat pas di dinding, beberapa kali ia mengedipkan kedua belah matanya untuk memastikan apakah penglihatanya tidak bermasalah. Namun hasilnya sama saja, angka yang ditunjukan jarum pendek tidak berubah yaitu jam 05.40." Lo beneran mau jalan-jalan jam segini?"

Biru menganggukan kepalanya sangat cepat." Aku ingin melihat matahari terbit bersamanya."

"Nanti gue dan Anna nyusul lo." Kata Nanda yang kini sudah turun dari kasur dan berjalan kearah kamar mandi.

"Jangan!" Cegah Biru.

Nanda menatap Biru dengan tajam," bukan itu maksud aku," pipi Biru merona kembali." Aku ingin menghabisakan waktu berdua saja sama Samudra." Biru memelintir jaketnya.

"Lo gak macam-macam kan?"

Biru menggeleng.

"Udah minta izin sama pak Bambang?" Kata Nanda.

Biru mengangguk." Udah."

"Hati-hati." Ucap Nanda sebelum menutup pintu kamar mandi.

Biru terdiam bingung dengan sikap Nanda, ini adalah kejadian langka seorang Nanda Vitrossa Adiyaksa sangat cerewet." Mungkin salah makan."

Biru berjalan kearah ruang tamu, disana ia bisa melihat Samudra tengah duduk melihat berita pagi. Dan disamping Samudra terdapat Pak Bambang tengah serius juga mendengarkan berita. Biru mengedarkan pandanganya ke tempat para anak cowok sedang tidur.

Kemarin malam sebelum mereka memulai acara api unggun Pak Bambang mengumpulkan mereka diruang tamu dan sudah memutuskan bahwa anak perempuan akan tidur di kamar lantai atas dan anak laki-laki akan tidur diruang tamu menggunakan kasur lipat bersamanya. Pak Bambang memutuskan itu agar ia dapat mengawasi mereka dan kejadian yang tidak diinginkan tidak terjadi. Atas pemberitahuan itu tentu saja kaum pria protes , mereka tidak mau tidur diruang tamu dengan alasan banyak nyamuk, dingin dan kasurnya keras tidak enak. Sekeras apapun mereka menolak tetap saja semua keputusan ada ditangan pak Bambang dan sekeras apapun mereka menolak perasaan lelah pada tubuh mereka akhirnya mau tidak mau mereka tertidur juga dikasur lipat yang terasa sangat enak sewaktu lelah.

Samudra Biru ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang