CHAPTER 5 : Seperti Roller Coaster

43 7 0
                                    

Sifatmu saat ini membuatku kebingungan...

Hari ini Biru akan menemani Samudra latihan Volly dengan membawakannya beberapa minuman ion juga cemilan yang ia beli dari koprasi sekolah. Dengan sumringah Biru membawa sekantung plastik memasuki kelas, baru saja Biru selangkah melewati pintu dari belakangnya terdengar sebuah siulan. Siulan itu semakin keras karna sudah tepat berada di samping telinganya.

"Kamu sengaja!". Kata Biru kesal menatap Nando.

Nando tersenyum tanpa bersalah lalu meraih kantung plastik yang dibawa Biru." Wow, eh semuanya Biru ultah nih, dia membelikan kita makanan".

Teriak Nando hingga semua murid mendekat kearah mereka.

"wah makan gratis nih kita". Teriak anak laki-laki yang mulai mendekat.

"banyak banget lo belinya".

"Stop!". Teriak Biru dengan lantang, lalu dengan cepat meraih kembali kantung plastik dan memeluknya didepan dada." Aku gak ultah dan juga gak bagi-bagi makanan".

"Yahhh". Kata mereka mendesah kecewa.

Sebelum menjauh dari gerombolan murid mata Biru menatap tajam Nando yang telah mengerjainya. Nando hanya tersenyum menanggapinya dan mengajak para murid yang notabenya adalah cowok keluar untuk meneraktirnya.

"Lo suka Tata, Do?". Tanya Angga disela-sela mereka berjalan.

Nando hanya menaikan bahunya dan senyum misterius terukir dari bibirnya.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi dari sepuluh menit lalu dan Biru kini sudah duduk di pinggir lapangan Volly menunggu eskul Volly dimulai karna kini lapangan masih kosong hanya ia-lah sendiri yang ada. Dari arah pintu masuk terdengar suara ramai pria berbicara, lalu kemudian satu demi satu cowok memasuki area lapangan hingga cowok terakhir. Biru gelisah karna dari semua yang sudah memasuki lapangan indoor ini ia tidak ada melihat Samudra.

Biru semakin menajamkan penglihatanya, kini ia mulai berdiri dan semakin mendekatkan diri pada pembatas lapangan. Namun tidak ada batang hidung Samudra. Apakah samudra tidak latihan hari ini? Biru lalu menatap makanan yang sangat banyak itu. ia sungguh bodoh, karna tidak bertanya lebih dahulu dengan Samudra tadi.

Seorang cowok perlahan berjalan kearah tempat Biru berada, dibahu kirinya tergantung sebuah tas dan ditangan kanannya memegang sebuah kotak bekal.

"Kotak bekal itukan?".

"Lo nungguin siapa?". Tanya cowok itu sambil meletakan kotak bekal dan tasnya.

"Mmm, kamu tau Samudra?".

"Oh, lo lagi nugguin Elang". Riko mengambil handuk dari dalam tasnya." Bentar lagi juga kesini, lagi melayani para fansnya dia".

"Elang? Fans?". Kata Biru pelan seperti berbisik.

Riko menjulurkan tanganya." Riko Hermawan panggil saja Riko, teman satu kelasnya Elang".

"Shinta Permata Biru, panggil saja Tata. Pacaranya Samudra". Kata Biru yang membuat Riko menatapnya intens seolah-oleh mencari kebenaran dari perkataan Biru.

"Gue baru tau Elang punya seorang pacar". Kali ini perkataan Riko yang datar dan seperti meremehkan Biru itu membuat hatinya seakan teriris kembali. " lo sudah lama pacaran sama Elang?".

"Sudah hampir empat tahun". Jawab Biru yang hanya diberi anggukan oleh Riko dan dengan wajah yang lagi-lagi datar." Kenapa kamu memanggilnya Elang?".

"Kamu tidak tau nama pa—".

"Kenapa lo disini?". Ucap suara dari arah belakang Riko, dia Samudra." Buat lo semua".

Riko mengambil kotak bekal dan beberapa makanan dari tangan Samudra, Biru sudah mengerti makanan pemberian dari wanita-wanita itu tidak dimakan oleh Samudra melainkan dibagikan pada teman-temannya. Biru tersenyum sumringah, ternyata dugaannya salah.

"Lo belum jawab gue, kenapa lo kesini".

"Itu aku,.. ". Biru berbalik lalu megambil makanan yang sudah ia belikan tadi." Aku mau kasih kamu makanan dan nemenin kamu latihan".

"Sebaiknya lo pulang. Gue bakalan lama".

"Aku akan nungguin kamu kok, sampai kamu selesai latihannya". Kata Biru yakin.

Riko menaikan alisnya memandang bergantian kearah Samudra dan Biru.

"Terserah lo deh!".

Samudra berbalik dan diikuti oleh Riko. Selang beberapa menit kemudian pelatih membuyiakan peluitnya pertanda latihan akan dimulai, semunya berbaris dan melakukan serangkaian pemanasan sebelum keinti latihannya. Senyum Biru tidak pernah hilang menghiasi wajah letihnya, ia sungguh sangat senang bisa memperhatikan Samudra walau dengan jarak beberapa meter. Sesekali juga ia terpesona akan ketampanan samudra kini, dan pikirannya kembali pada perkataan Riko tadi yang menyebutkan Samudra sedang melayani para fansnya, apakah Samudra seterkenal itu? dan ia tidak mengetahui apa-apa tentang pacaranya itu. sungguh menyedihkan.

"Ayo gue antar pulang". Kata Samudra yang tiab-tiba menghampiri Biru dengan masih menyeka keringatnya mengunakan handuk kecil berwarna putih.

Biru tentu saja terkejut karna kedatangan Samudra yang tepat berdiri dihadapnnya dan dengan kegiataanya yang menyeka keringatnya itu mempu membuat pipi Biru memanas dan jantungnya berdetak semakin cepat.

"Ayo! Malah bengong".

Biru memperhatikan para siswa yang lain." Apakah sudah diperbolehkan pulang?, kamu baru saja latihan tidak sempat satu jam. Dan mereka tidak pulang".

"Gue udah izin untuk ngantar lo bentar, buruan".

"Tapi apakah tidak apa-apa, aku bisa nunguin kamu sampai selesai kok". Kata Biru tesenyum.

Samudra terlihat kesal." Lo cerewet, gue latihan sampai malam. Gue tunggu lo di parkiran jangan lama!".

Samudra berbalik dan berjalan kearah tempat dimana tasnya berada, dan biru berbalik badan juga untuk mengambil tasnya. Biru terdiam ketika melihat kantongan yang isinya adalah makanan dan minuman itu tidak tersentuh sama sekali. Dengan cepat ia meraih kantongan itu dan membawanya.

Ketika kaki biru sudah menginjak parkiran, disitu juga Samudra tengah duduk dengan gagah di atas motornya.

"Samudra, apa kamu mau makan dulu. Aku tadi sudah beliin kamu makanan". Diangkat Biru kantongannya." Sayang kalo gak dimakan, kan".

Samudra memperhatikan isi kantongan itu." siniin minumannya". Biru mengambil dua botol minuman ion itu dan memberikannya pada Samudra." Gue ambil minumannya, dan makannya buat lo aja".

"Tapi aku beli ini untukmu".

"Ya udah siniin kantonganya!".

"Tapi kamu gak ngasihiin ke teman-temanmu kan?".

"Lo maunya apa, ha!". Kesabaran Samudra kini sudah hilang dan ia turun dari kendaraannya." Gue gak pernah minta beliin ini semua".

Bentakan samudra itu membuat Biru menegang dan matanya berair, benar saja selang beberapa detik satu tetes air matanya itu jatuh ke pipi mulus nan chubbynya. Samudra semakin frustasi ketika melihat Biru menunduk dan bahunya bergetar. Keterdiaman melanda mereka berdua, Biru yang berusaha mengentikan tangisannya dan Samudra yang bingung ingin mengatakan apa. Satu tangan Biru bergerak ke pipinya lalu menghapus jejak-jejak air mata itu ketika merasa sudah tidak ada bekas lagi, ia lalu kembali mengangkat kepalanya untuk menatap Samudra. Samudra yang kini membelakanginya.

"Samudra ak—".

Belum selesai Biru berbicara omongnnya sudah dipotong lebih dahulu oleh Samudra." Udah selesai nangisnya kan? Ayo gue antar lo pulang".

Samudra langsung naik kemotornya lalu memberikan helm yang ia pinjam dari salah satu temanya kepada Biru, setelah itu ia menghidupan mesin motornya ketika sudah merasa siap walau tidak bertanya lebih dulu pada Biru Samudra menancap gasnya.









Cinta itu seperti bunga mawar

Indah akan warna merahnya

Namun sakit ketika terkena durinya



Terimakasih atas vote serta komentarnya...

02-November-2019

J.U.M.I

Samudra Biru ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang