Seorang gadis keluar dari pagar rumahnya di daerah Gangnam. Dia baru saja masuk sekolah pada tahun ini. Dia bersemangat sekali karena dia telah diterima di SMK Hwalyeohan, Seocho, pinggir kota Seoul. Dia mendaftarkan sekolah itu via online dan diterima pun juga via online. Gadis itu bernama Kim Sojung, atau biasa dipanggil oleh Sowon. Dia mempunyai skill beladiri Taekwondo. Dia memiliki tinggi 172 cm dan cukup bagus untuk melakukan teknik beladiri. Usut punya usut, dia pernah juara di kejuaraan nasional tingkat SMP dan mewakili sekolahnya. Dia juga menjadi master di usia belia dengan mengenakan sabuk hitam. Setelah turun dari bus, dia melihat sekolah itu seperti kapal pecah. Tidak terawat, banyak kursi dan meja yang berserakan dan banyak bercak darah. Sekolah yang akan dimasukinya pun berbeda ketika mendaftar via online. Di depan gerbang sekolah sendiri, dia melihat tulisan "SMK Geomeun".
'Apa aku salah masuk sekolah ya? Perasaan alamatnya sama deh.' gumam Sowon dalam hati. Dengan sedikit keraguan, dia memutuskan untuk masuk ke dalam sekolah. Namun baru beberapa langkah, dia sudah dihadang oleh sekawanan geng yang berada di luar gedung itu. Dia mencoba memberanikan diri untuk bertanya kepada mereka.
"Maaf, apakah ini SMK Hwalyeohan?" tanya Sowon.
"Iya. Tapi itu dulu, sekarang udah ganti SMK Geomeun." jawab ketua geng itu.
"Oh begitu. Terima kasih." kata Sowon meninggalkan mereka. Ketua geng itu kebingungan menghadapi dia. Akhirnya dia memanggil Sowon.
"Tunggu!" teriak ketua geng itu. Sowon menghentikan langkahnya.
"Enak banget asal masuk sekolah aja. Lo pikir ini sekolah punya moyang lu apa!" seru ketua geng itu.
"Maaf, aku nggak punya urusan sama kalian." kata Sowon santai. Saat akan melangkah, tiba-tiba tangannya ditarik oleh ketua geng itu. Sontak saja Sowon langsung memuntirnya. Dia mengerang kesakitan. Merasa tidak terima, keempat anak buahnya maju dan mengitari dirinya sambil membawa balok kayu. Sowon melepaskan puntirannya dan ketua geng itu masih merasa kesakitan.
"Serang dia!!!!" teriak ketua geng itu. Keempat anak buahnya langsung menyerang dengan balok kayu. Sowon menangkis dan menendang balok kayu yang mereka pegang. Dia mulai menghajar mereka satu per satu. Namun, mereka tidak menyerah. Mereka tetap menyerang Sowon dengan memukul kaki dan tangannya. Sowon tidak berdaya menghadapi mereka. Akhirnya dia jatuh tersungkur dan melihat ketua geng itu tertawa puas.
"Hahaha. Lo mau jadi jagoan di sini hah? Lawan anak buah gue aja bisa kalah. Hahaha." ketua geng itu tertawa puas diikuti oleh anak buahnya.
'Sial! Kalau saja mereka nggak pake kayu, udah kuhabisi mereka!' gerutu Sowon sambil menahan kesakitan di tangan dan kakinya. Dia mulai bangkit dan bersiap untuk menghajar.
"Lo belum nyerah juga? Mau dihabisi sama anak buah gue? Hah?" kata ketua geng itu.
"Aku nggak takut sama kalian! Beraninya pakai balok kayu! Kalau berani pakai tangan kosong!" teriak Sowon.
"Tangan kosong? Hahaha! Itu udah nggak jaman, tolol!" ketua geng itu meremehkan Sowon.
"Siapa yang bilang tangan kosong nggak jaman?" teriak seorang gadis yang datang secara tiba-tiba tak tahu dari mana asalnya. Ketua geng dan anak buahnya menoleh ke arah gadis itu.
"Aku." jawab gadis itu.
"Lo mau jadi pahlawan kesiangan buat gadis ini? Hah?"
"Nggak. Buat apa coba. Justru aku heran sama kalian. Udah 1 lawan 4, pake balok kayu lagi. Cemen." kata gadis itu. "Kalau berani lawan aku dulu." Merasa geram, ketua geng itu menyuruh anak buahnya menyerang gadis itu. Gadis itu langsung menghajar mereka satu per satu hingga mereka terkapar. Sowon dan ketua geng itu tercengang melihat gadis itu menghajar empat orang sekaligus.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIVAL
Teen FictionSalah satu sekolah di pinggiran kota Seoul dahulu adalah sekolah favorit, unggulan dan berprestasi. SMK Hwalyeohan namanya, yang berarti "penuh warna" dan khusus perempuan. Namun semua berubah ketika ajaran baru yang menerapkan sistem zonasi, sekola...