Taeyeon masuk ke dalam ruang OSIS. Dengan santainya, dia berjalan berada di tengah-tengah anak buahnya. Dia berhenti di depan singgasananya. Dia berbalik ke arah anak buahnya, namun dia tidak duduk."Lho bos, kok nggak duduk? Lagi encok?" tanya Tiffany.
"Encok muke lu! Gua mau cari suasana baru aja." jawab Taeyeon.
"Terus kondisi anak baru itu gimana, bos?" tanya Yoona.
"Nggak apa-apa. Dia baik-baik aja." jawab Taeyeon. "Oh ya gue mau ngomong sama kalian."
"Tumben tumbenan si bos mau ngomong ke kita. Biasanya cuma nguap terus mager." ledek Hyoyeon.
"Emang nggak boleh?" kata Taeyeon.
"Ya boleh sih. Sok atuh." kata Hyoyeon.
"Jadi gini, karna tahun depan ada pemilihan OSIS lagi, gue udah ngajuin kandidat buat gantiin gue dan geng kita. Kandidatnya ya yang tadi gue duel sama dia terus temennya yang satunya." kata Taeyeon. Tiffany mendekati Taeyeon dan memegang keningnya.
"Lo lagi waras kan bos?" kata Tiffany.
"Gua masih waras kali. Ngapain lu pegang kening gue." kata Taeyeon menyingkirkan tangan Tiffany.
"Bentar bentar, situ bilang kandidatnya dua cewek tadi, lo lagi nggak mabok kan?" kata Hyoyeon.
"Ngapain juga gue mabok, Gue tuh ngomong beneran tau!" kata Taeyeon.
"Kalau kandidatnya dia, gue sama adik gue setuju aja sih. Secara dia lebih kuat." kata Jessica.
"Bener tuh bos. Apalagi kita pernah dikalahin sama dia." sahut Krystal.
"Ye lu aja yang lemah ngadepin dia." kata Amber.
"Lemah apanya, situ tadi udah liat kan waktu si bos duel sama dia." kata Krystal.
"Hmm iya juga sih." pikir Amber.
"Jadi kalian setuju kalau mereka berdua kandidatnya?" kata Taeyeon. Semua mengangguk setuju, kecuali Hyoyeon.
"Gue nggak setuju dia jadi kandidatnya. Gue masih dendam sama dia." kata Hyoyeon.
"Ya udah kalau lu nggak setuju. Kalau situ masih punya dendam ya tuntaskan aja." kata Taeyeon.
"Terus abis tuntas, ikut lo? Enak banget ngomongnya." cibir Hyoyeon.
"Yang bilang suruh ngikut gue siape njir. Gue cuma bebasin lu buat bales dendam. Udah gitu aja. Karna gue tau lu masih dendam sama seseorang bukan dendam antar geng." kata Taeyeon. Hyoyeon terdiam sejenak sembari meresapi kata-kata Taeyeon.
"Gue ingetin sekali lagi. Kalau lu punya dendam sama seseorang, selesaikan secara duel bukan ngajak temen." kata Taeyeon.
"Oke, it's fine. Gue bakal lawan dia." kata Hyoyeon.
"Nah gitu dong." kata Taeyeon.
"Tapi gue yang mutusin sendiri buat milih setuju apa enggaknya." kata Hyoyeon.
"Iye gue tau. Lo berhak buat mutusin sendiri." kata Taeyeon.
"Ribet amat ngomong sama tukang somay. Bilang aja 'gue nanti yang mutusin sendiri' gitu. Aaa gue kepret juga lu." gerutu Yoona.
"Ye suka-suka gue lah. Kok lu yang sewot." kata Hyoyeon.
"Udah, udah. Malah ribut soal ginian. Udah ya berarti yang nggak setuju cuma Hyoyeon. Gue mau keluar lagi." kata Taeyeon.
"Ngapain bu, mau ngelem?" ledek Luna.
"Kaga. Mau ngeganja dulu." kata Taeyeon. "Ya mau keliling sekolah lah." Taeyeon langsung bergegas meninggalkan ruang OSIS.
![](https://img.wattpad.com/cover/192666702-288-k742501.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RIVAL
Teen FictionSalah satu sekolah di pinggiran kota Seoul dahulu adalah sekolah favorit, unggulan dan berprestasi. SMK Hwalyeohan namanya, yang berarti "penuh warna" dan khusus perempuan. Namun semua berubah ketika ajaran baru yang menerapkan sistem zonasi, sekola...