12

61 3 0
                                    


"Sowon!!!" teriak Irene. Dia melihat Sowon baru saja terjatuh setelah berjalan beberapa langkah dari pagar. Dia langsung menolongnya.

"Arrrghh!!!" Sowon meraung kesakitan. Dia memegang betisnya yang masih terluka.

"Aku bantu kamu sampai masuk ke dalam rumah." kata Irene.

"Nggak usah, Ren. Aku masih kuat kok." kata Sowon berusaha berdiri.

"Nggak! Kamu jangan gitu! Perasaanku nggak enak kalau aku pergi dari sini!" kata Irene.

"Tapi Ren, aku...."

"Udahlah. Kamu jangan maksain dirimu. Aku bakal nginep di sini dan jagain kamu." kata Irene. Sowon memandang mata Irene yang sedang meyakinkan pendiriannya.

"Tolong.... Ini demi kesembuhanmu.... Badanmu masih lemah karna diikat seharian.... Aku nggak bakal ngebiarin kamu ngelakuin diri sendiri...." Irene memohon kepada Sowon.

"Hmm....." Sowon membuang muka. Irene merangkulkan kembali tangan Sowon ke bahunya. Kemudian mereka membuka pintu rumah. Irene mendudukkan Sowon di sofa terlebih dahulu.

"Aku mau mandi, Ren..." kata Sowon.

"Terus gimana betismu?" tanya Irene.

"Nanti aja abis mandi." jawab Sowon. Dia segera mengambil handuk di tempat jemuran dan langsung masuk ke dalam kamar mandi. Irene memandang sekitar isi rumah Sowon. Dia kembali melamun saat pandangannya tertuju pada foto Sowon yang menjuarai Taekwondo beberapa tahun yang lalu.

'Entah kenapa aku ini selalu mikirin dia. Aku sebenarnya suka sama dia semenjak kita saling berciuman. Tapi sayang, gender kita sama, perempuan. Coba kalau aku cowok, udah ku pacari dari kemarin.' gumam Irene dalam hati. Beberapa menit kemudian, Sowon telah selesai mandi.

"Kalau kamu ke kamarku, pintu depan kamu kunci aja." kata Sowon. Dia langsung masuk ke dalam kamarnya. Irene mulai gemetaran dan jantungnya berdegup kencang.

'Plis, jangan deg-degan lah. Gara-gara aku sering ciuman sama dia jadi gini....' Irene mencoba menetralkan perasaannya terlebih dahulu. Setelah dia mengunci pintunya, dia langsung masuk ke dalam kamar Sowon. Di dalam kamar itu, Sowon telah berganti baju dan memakai piyama.

"Won, aku obatin ya betismu. Punya obat merah sama plesternya kan?" kata Irene.

"Punya. Di meja itu." tunjuk Sowon. Irene mengambil kotak P3K. Dia mulai membersihkan luka di bagian betis Sowon.

"Aarrgghhh!!" Sowon mengerang kesakitan.

"Tahan dulu. Aku kasih obat merahnya." kata Irene.

"Pelan-pelan, Ren...." kata Sowon masih meringis. Irene mengoleskan obat merah di betisnya. Sowon menutup matanya sambil menahan sakitnya. Kemudian Irene menutupnya dengan memberi plester.

"Dah. Selesai." kata Irene.

"Makasih." kata Sowon tersenyum.

"Kamu mau tidur?" tanya Irene.

"Nggak. Aku belum ngantuk." jawab Sowon.

"Oh ya udah." kata Irene. Dia segera meninggalkan kamar Sowon. Namun, Sowon menahan tangannya.

"Mau kemana?" tanya Sowon.

"Aku mau duduk di sofa. Kamu di sini aja." jawab Irene.

"Kamu nggak bakal pulang kan?" tanya Sowon lagi.

"Entahlah, Won. Aku belum ganti baju dari pulang sekolah tadi." jawab Irene.

"Pulang dulu aja, Ren... Aku nggak apa-apa kok." kata Sowon tersenyum.

RIVALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang