12.bubur bayi

239 25 1
                                    

Mina tidak berkutik cuman anggota badanya aja yang bergerak, mulutnya terkunci rapat enggak mau ngomong apa-apa.

Awalnya Jaemin diem aja enggak mempersalahkan sikap Mina yang berubah dingin kayak gini, tapi hatinya terlalu memaksanya untuk bertanya.

"Kamu kenapa Min? "

Terdengar suara helaan nafas berat, mata Mina melihat kearah Jaemin dengan tajamnya bersiap untuk mengungkapkan semua unek-unek dalam dirinya.

"Aku bilang juga apa, harusnya kemaren kamu pulang aja! " kesal Mina.

Jaemin tersentak karena Mina berteriak didepan mukanya, semua penghuni kelas memerhatikan dua sejoli itu dengan tatapan kurang enak.

"Tapi kenapa? " ucap Jaemin lembut berusaha agar Mina tidak kembali meninggikan suara.

"Pake nanya kenapa, ck. "

Mina buang muka terus berdiri bersiap minggat dari kelas Jaemin. Renjun, Haechan, sama Jisung yang daritadi ada dibelakang Jaemin sama Mina juga ikutan kaget dan melongo nonton mereka.

"Gara-gara kamu! Aku habis dikecengin sama satu keluarga, dan jengkelnya lagi mereka malah bangga-banggain lo terus ngejelekin gue seakan gue ini manusia terberuntung udah dapetin lo! "

Jaemin mengerjap beberapa kali, tadi Mina memakai embel-embel apa? Gue-lo. Semarah itukah Mina pada Jaemin hingga Mina lupa daratan seperti itu.

Mina mendengus kesal dan keluar dari kelas Jaemin tanpa lambaian tangan juga ucapan semangat atau sekedar salam perpisahan.

"Jaem, kalian ken—

"DIAM! "

Rahang Jaemin mengeras dan tanganya menggebrak meja dengan keras, ia berdiri dan berlari keluar padahal jam pelajaran akan segera dimulai.

Jaemin menyeka cairan bening yang mengalir dipipinya, sudah dua kali dia menangis karena Mina dan sudah sering kali menahan tangis karena kecewa.

Mina menghela nafas lalu terduduk dikursinya, menghiraukan beberapa pandangan yang mencoba mengajaknya gabung.

"Kenapa rasanya nyiksa banget sih, apa gue keterlaluan sama Jaemin. Tapi Jaeminya juga biasa aja, enggak pernah respon apa-apa. Datar, " tungkas Mina dalam hati.

Namun tetap saja diotaknya kini berputar-putar kata-kata nya tadi, yang terlontarkan lantang ke Jaemin.

"Apa gue minta maaf aja? " gumam Mina dan beralih melihat ambang pintu kelasnya yang masih terbuka.

Segera Mina menggeleng tidak mau melakukan itu, baru saja dia berhasil mengeluarkan semua kekesalanya sekarang minta maaf.

Tidak, Mina gengsi.

Berbeda dengan Jaemin yang kini memilih menelpon Lami, biasanya Lami selalu siap sedia ketika Jaemin butuhkan seperti kali ini.

"Sudahlah Jaem, Mina kan orangnya memang seperti itu. " kata Lami sedikit menenangkan Jaemin yang sesegukan mengingat kejadian tadi.

Lami menyodorkan semangkuk bubur bayi yang Lami bawa dari rumah, awalnya akan dia makan sendiri tapi melihat Jaemin yang seperti ini Lami memutuskan untuk memberikanya.

"Ini makan, siapa tahu jadi enakkan. " tawar Lami.

Jaemin mengangguk pelan, dadanya sesak berbicarapun rasanya kelu yang bisa ia lakukan sekarang hanya menangis melepaskan semua beban.

Lami melirik memandang Jaemin sepihak, sepintas namun pasti Lami tersenyum berharap Jaemin bisa melihat kearahnya dan berpaling.

Namun rasanya tidak mungkin, Jaemin terlalu menyangi sosok Mina.

"Terkadang yang kita lihat bukanlah hal yang sebenarnya, " ucap Lami lalu memandang lurus ke depan, melihat hamparan gedung dan bangunan-bangunan kecil.

"Mina memang terlihat sangat mencintai kamu depan semu murid termasuk aku, tapi jika dibelakang. Apa dia masih seperti itu? "

Jaemin menengok menatap Lami dengan tatapan bingung, ada rasa mengganjal yang Jaemin rasakan seperti hasutan kecil yang bisa menjerumuskan.

"Maksudnya? " tanya Jaemin agak ragu.

Lami terkekeh lalu menatap Jaemin dengan lekat, ia meraih tangan Jaemin dan menggengamnya erat.

"Aku suka sama kamu, Jaem. "




TBC

Pacaran tak dianggap 「Jaemin X Mina 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang