Mina memalingkan wajahnya ketika ia menangkap kehadiran Jaemin diujung lorong sana, ia berbalik dan berputar arah. Sengaja. Sengaja menjauhi Jaemin.
Dengan langkah seribu Jaemin menyusul Mina, otaknya mengatakan jika ia harus menjelaskan dan memberitahukan semuanya pada Mina.
"Mina tunggu! " tungkas Jaemin sambil menggenggam erat lengan Mina.
Keadaannya pagi ini sudah mulai ramai, banyak di antara mereka yang memerhatikan Jaemin dan Mina yang sepertinya sedang mempunyai masalah.
Tapi, ini bukan Jaemin yang biasanya.
"Ih, itu Jaemin kenapa dah. Padahal kalau Mina nya udah mau mundur ya udah biarin, ada gue kok yang bisa sama dia. "
"Hush, apaansih lo. Mana mau dia sama lo, "
"Pasti bakalan ada drama lagi nih. "
"Mereka kenapa lagi sih? "
"Ah, biasa! Cuman cari sensasi doang, biar famous. "
"Harusnya Jaemin itu sama gue aja. "Sebenarnya mereka yang menonton sedang berbisik, namun bisikkan mereka terlalu keras. Hingga Mina dapat mendengar semua celotehan para netizen.
"Kita ke tempat sepi. " ucap Jaemin dan menarik paksa Mina menuju perpustakaan.
Jaemin sengaja memilih sudut yang paling pojok dan nyaman, terlebih hanya harus Jaemin dan Mina yang berada disana.
"Tolong yah kalian pindah ke sebelah sana. " kata Jaemin yang melihat ada banyak para gadis yang sedang iseng membaca novel dipojokkan.
Akhirnya disudut ini hanya ada Mina dan Jaemin. Mina sengaja tidak membuka suara sejak awal, karena ia ingin tahu usaha Jaemin sejauh mana untuk mencoba mengembalikan Mina ke semula.
"Aku ceritain ya, " Jaemin menatap Mina. "Jadi gini. "
Rasanya badan Jaemin remuk, tapi tidak sesakit sebelumnya. Ia sudah menjalani kemo terapi dan terakhir pemulihan tulang belakangnya, ia hanya berharap jika nanti nanti ia–Jaemin–tidak akan pergi lagi keluar negeri dan meninggalkan sesuatu yang tidak seharusnya ia tinggalkan.
Langkah Jaemin berhenti didepan pintu, kepalanya menengok melihat mobil yang menurutnya asing itu terparkir dihalaman rumahnya.
"Bunda! Jaemin pulang, " ucap Jaemin, tadi ia dijemput oleh supir papanya di bandara.
Sebelum nya Jaemin sudah tahu kalau Bundanya itu tidak bisa menjemput karena ada urusan, Jaemin tidak tahu urusan apa.
Sampai akhirnya Jaemin disambut oleh wajah sembab Bundanya, Jaemin bingung dan langsung melontarkan banyak pertanyaan.
Didalam sudah ada banyak orang, tidak biasanya.
Jaemin kira ini ada acara makan-makan arisan biasa, tapi kenapa Bundanya harus menangis? Mungkin mendapati bulan pertama dalam pembagian arisan.
Tapi, ternyata itu salah. Keluarga Jaemin sedang ada masalah, hampir semua sahamnya jatuh ketangan rekan kerja papa Jaemin yang sekarang malah mencoba menjatuhkan perusahan yang papa Jaemin rintis dari nol.
Dan papa Eunbi adalah penyelamat bagi keluarga Jaemin saat itu, dengan harapan dibaliknya. Harapan untuk menjodohkan Eunbi dengan Jaemin.
Bunda menangis karena Bunda tahu kalau Jaemin sudah punya seorang gadis yang Jaemin sukai dan cintai. Bunda juga suka dengan pilihan Jaemin, maka dari itu Bunda sempat menolak sampai papa Jaemin sendiri yang melarang Bundanya untuk menolak perjodohan.
Sebenarnya tidak apa-apa jika perjodohan ini tidak dilanjutkan, toh keluarga Eunbi juga hanya ingin bisnis mereka semakin erat saja tidak lebih. Kalaupun tidak juga tidak masalah.
Hanya mungkin itu harapan mereka.
"Papa kok main jodohin Jaemin sih pa, papa kan tahu kalau Jaemin udah punya pacar. " ucap Jaemin tepat didepan keluarganya dan keluarga Eunbi.
Papa Eunbi tertawa lalu menatap Papa Jaemin.
"Yah, anakmu sepertinya sudah punya pilihan sendiri. Tidak apa-apa, tidak usah dilanjutkan juga tidak apa-apa. " kata Papa Eunbi dengan kekehan khasnya Papa Eunbi juga tidak enak jika memaksa.
"Tidak kok Pak, Jaemin akan bersedia dijodohkan dengan Eunbi. Lagipula Eunbi dan pacarnya lebih baik Eunbi, bukan begitu Bi? "
Jaemin mendelik, jengah. Kenapa papanya bisa jadi seperti ini, Jaemin melirik Eunbi yang terduduk sembari memeluk lengan ayahnya.
"Eunbi juga udah punya pacar kok pah, Jeno."
Eunbi mendongak melihat Jaemin dengan tatapan manisnya, ia menggeleng dan melihat papanya.
"Eunbi enggak punya pacar kok pa, lagian Jaemin tahu dari mana coba aku punya pacar. "
"Jaemin. " desis Papa Jaemin, ia menatap anaknya sangar dan menyuruh Jaemin untuk keluar bersama Eunbi.
Awalnya Jaemin menolak dan berlindung dibalik punggung Bundanya, namun ketika Bundanya sendiri yang menyuruhnya menurut akhirnya Jaemin keluar bersama Eunbi.
"Kamu tahu kan Papa aku kayak gimana? " tanya Jaemin pada Mina.
Mina mengangguk tahu. Sekarang ia tahu apa yang terjadi, dan mengapa Jaemin kemarin bisa menggandeng Eunbi di mall. Ternyata itu bukan kemauan Jaemin.
Jaemin bahkan berusaha menolak perjodohan karena sudah memiliki seorang pacar, Mina.
"Kamu masih marah ya? " tanya Jaemin yang mulai putus asa karena raut wajah Mina masih sama seperti sebelumnya, diam tanpa ekspresi dan tatapannya bukan tatapan berbinar penuh cinta.
Jaemin merunduk, ia bingung bagaimana caranya membuat Mina percaya padanya dan tidak salah paham.
Namun seketika Jaemin terdiam, ia merasakan kehangatan di punggungnya. Ada tangan yang melingkar di perutnya.
"Makasih Jaem, makasih. Makasih udah mau pertahanin aku. Aku enggak bisa marah sama kamu, kalau kamunya kayak gini. "
Senyuman merekah terpampang, Jaemin tidak bisa menahan kedua sudut bibirnya untuk tidak terangkat.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacaran tak dianggap 「Jaemin X Mina 」
Historia Corta[ emang pacaran itu ngapain sih? ] "gue enggak yakin dia anggap gue pacarnya."-Mina. "gue enggak yakin dia anggap gue pacarnya." -Jaemin. ☑non baku ☑typo maafkan ☑up kadang Start: End: