'Kejutan dari Allah'

17.8K 806 40
                                    


Pov. Nabilah

[Bismillahirrahmanirrahim, happy reading 😊]
.
.

"Kenapa kau terus menangis, Sayang?"
Tanya Devan yang sedang mengemudi mobil.

Kami sedang dalam perjalanan pulang ke rumah, setelah mengantar kepergian Iren sampai Bandara.

Aku tak menyangka, sahabatku sangat mempunyai hati yang suci, ketulusan hatinya membuat ia ikhlas mengorbankan cintanya demi hati orang lain.

Itulah kuasa Allah, Allah Maha membolak-balikkan hati.
Meski demikian, aku masih sangat berharap agar Iren dapat berjodoh dengan Bagus suatu saat nanti.

"Sayang, aku mau tanya."

"Tanya apa?"

"Jika aku inginkan Iren menjadi adik maduku ... kau setuju?"

Ckiiiiiiiitttt...!!!
Mendadak Devan menginjak pedal rem.

"Lho, koq berhenti, Sayang?"

"Kamu tuh ... pertanyaannya ada-ada saja. Untung kita gak nabrak,"

"Ada-ada saja bagaimana? Kan aku tanya. Aku ingin tahu jawabanmu."

"Jangan menanyakan hal yang jawabannya sudah kau ketahui, Nabil."

Aku terdiam sesaat.

"Tapi Iren kan wanita yang sangat baik, sahabatku pula. Dia rela membagi hatinya kepada wanita lain, dia wanita luar biasa, Devan."

"Apa kau juga ikhlas, berbagi?"

Pertanyaan itu menusuk.

"Entahlah, tapi jika wanitanya Iren, kurasa aku bisa, Devan."

"Apa alasanmu memintaku untuk menikahi Iren?"

"Dia sahabat sejatiku, dan kau adalah cinta sejatiku, aku tak ingin kehilangan keduanya. Kasihan Iren, ia harus pergi jauh demi mengubur semua impiannya bersama Bagus."

Terdengar Devan menghela nafas panjang.

"Apapun alasanmu, aku tetap tak ingin berpoligami. Titik. Sudah ya, Sayang ... Kita lanjutkan perjalanan pulang."
Devan mengusap dan mencium lembut keningku, kemudian kembali mengemudi.

***

Pukul 06:27 WIB
JAKARTA

"Sayaaaaang ... cepat hadir diantara Ayah dan Ibu, ya!"

Devan mengusap-usap perutku yang sampai saat ini belum mendapatkan tanda-tanda kehamilan.

Sedih memang, setengah tahun lebih kami menjalani pernikahan ini, belum juga Allah mempercayai kami, memberikan sang buah hati.

"Sabar ya, Sayang. Jangan patah semangat. Aku juga sedang ikhtiar mengkonsumsi buah dzuriat, dan vitamin perangsang kehamilan yang diberi dokter Lisa."

"Iya, Sayang. Aku akan selalu menunggu saat-saat itu. Saat dimana perutmu membuncit, mengandung anak hasil buah cinta kita."

Aku hanya bisa tersenyum, sebenarnya banyak kesempatan ku mendapatkan garis dua itu.
Karena beberapa bulan terakhir ini, siklus menstruasiku sangatlah kacau.
Terkadang, sebulan lebih aku tidak datang bulan. Namun garis dua itu tak kunjung didapatkan.
Seperti saat ini, hampir dua bulan aku belum datang bulan, namun keinginanku untuk periksa kehamilan sangatlah kecil.
Aku takut kecewa kesekian kalinya.

"Hari ini sekretaris baruku masuk, aku akan pergi ke kantor, Sayang."

"Sekretaris ... pengganti Iren?"

"Iya, Sayang."

"Memangnya sudah dapat? Cepat sekali,"

"Iya Sayang, sudah."

Pacaran setelah MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang