'Anniversary'

14.5K 695 24
                                    

Pov: Nabila

29 Juni, pukul 20:09 WIB
Cafe tulip

Akhirnya ... Devan mengajakku pergi keluar untuk makan malam, setelah seharian aku berlagak manja kepadanya, hihi. Maafkan istrimu yang jail ini, sayang.
Aku sengaja menguji kesabaranmu.

Cafe tulip, adalah cafe pilihanku untuk makan malam saat ini.
Tempatnya yang outdoor menciptakan keromantisan yang alami, mengingatkanku akan makan malam pertamaku dengan Devan, saat bulan madu di Bali, setahun yang silam.

Sesekali ... semilir angin malam menyapa cadarku.

"Dingin ya, Sayang." ucap Devan, seraya berdiri, melepaskan jas yang sedang ia pakai, dan memakaikannya kepadaku, kemudian, ia duduk kembali dan meraih lengan kananku yang terletak di hadapannya.

Aku melengkapi genggaman tangan Devan dengan lengan kiri ku, kuusap jemari lengannya ....

"Malam yang dingin terasa begitu hangat jika kau yang ada di sampingku.
Terimakasih, sayang.
Atas semua kebahagiaan yang telah kau beri kepadaku.
Biar ... membesarnya perut ini, menjadi saksi membesar pula rasa cintaku kepadamu.
Aku tak sabar, ingin segera melihat peri kecil itu datang dipangkuan kita.
Akupun tak sabar, melihat jemari-jemari kecil itu menggenggam erat telunjuk kita.
Dengan cinta ... dan kasih sayang.
Sebenarnya aku gundah, bisakah aku menahan sakit dan perihnya?
Aku sangat takut, tapi karena kau selalu ada bersamaku ... semua resah dan gundah ku perlahan memudar, dan hilang.
Bahkan aku sangat menantikan saat-saat itu, berjuang dengan teriak dan keringat yang mengucur di tubuhku ....

Meski satu tahun telah berlalu, tapi ucapan 'SAH'  itu masih terngiang jelas di dalam benakku.
Dengan gagah kau halalkan aku, memutuskan untuk beribadah bersamaku.
Ibadah yang paling panjang ... adalah pernikahan.

Happy anniversary, suamiku sayang."

Devan tersenyum sumringah kepadaku.

"Happy anniversary juga, Sayang. Terimakasih banyak, aku sangat beruntung mempunyai istri sepertimu, kamu bagaikan detak jantung dalam hidupku. Tak ada kamu, akupun mati.
Aku tak pernah menyangka sebelumnya, dibalik hitam cadarmu, ternyata terpancar suatu cinta yang besar untukku. Cinta yang sempat ingin kumusnahkan, karena aku tak tahu, ternyata namakulah yang terukir di hatimu.
Satu tahun telah berlalu ... kini aku akan menjadi seorang Ayah.
Terimakasih, Sayang. Karena kau telah menjaga calon buah hati kita dengan ikhlas dan hati yang tulus.
Aku berjanji, akan terus mendampingimu sampai Allah berkata cukup, waktunya aku pulang."

Devan menarik kedua lenganku dan menciumnya.

"Kau ... tidak lupa?" tanyaku.

"Lupa? Tak ada alasan untukku melupakan hari bahagia ini, Sayang. Maaf, karena akhir-akhir ini ... aku benar-benar sedang sibuk di kantor."

"Gak pa-pa, Sayang. Kamu ajak aku makan malam di sini pun aku sudah sangat senang. Maafkan aku, hari ini aku sengaja membuatmu kesal."

"Kau sengaja mengerjaiku?" ekspresi Devan mulai berubah.

"Y--ya, aku sengaja. Ada apa, Devan? Kau marah?"

"Yaasalaaaaaam ... Nabil ...! Jelas aku marah, apa kau tahu bagaimana capeknya aku kerja, dan berusaha pulang diawal waktu karena permintaanmu?  Kau tahu bagaimana aku penuh perjuangan antre di kasir ayam goreng pesananmu dengan keringat yang mengalir di dahiku? Jika kau jadi aku, bagaimana perasaanmu jika semua pengorbanan yang telah kau lakukan, kau justru disalahkan? Bagaimana?"

Aku terhenyak, sedikit shock, mendengar perkataan Devan.
Pria berhati lembut itu kini marah kepadaku.

"Maaf, Devan."

Pacaran setelah MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang