'Hadiah terindah'

17.1K 782 25
                                    


Pov Devan.

Malam semakin larut, sedang aku masih saja berada di tengah-tengah hiruk pikuk kemacetan Jakarta.
Ya, hari ini aku pulang telat, karena pekerjaanku di kantor menumpuk, dan baru sempat kuselesaikan.
Beruntung sekarang ada bi Inah, asisten rumah tangga yang selalu menemani Nabil jika aku lembur, pulang telat, atau pergi ke luar kota.

Pukul 22.23 WIB, waktu yang tertuju di arlojiku.
Seperti biasa, aku tak sabar ingin segera pulang, dan memeluk tubuh istriku.
Rindu rasanya jika seharian tak menatap senyum cantiknya.

'Nabil ... kau malaikat tak bersayap yang selalu aku rindukan'

Tok! Tok! Tok!
Tingnong! Tingnong!
Tok! Tok! Tok!

'Seperti tak ada orang? Kemana perginya Nabil dan Bi Inah?

Ku ketuk pintu dan kupencet bel berkali-kali, berharap ada seseorang yang membukakan.

"Maaf, Pak. Apakah ada masalah?"
Tanya pak Budi, satpam di rumahku.

"Bapak lihat istri saya dan Bi Inah pergi? Koq tumben saya ketuk-ketuk tak ada yang menjawab."

"Sepengetahuan saya ... tadi siang bu Nabil dan bi Inah pergi, Pak. Katanya mau nyalon."

"Nyalon?"

"Iya, Pak."

"Kenapa sampai saat ini belum pulang ya, Pak? Saya lihat, mobilnya pun tak ada di garasi."

"Wah, kalau itu saya tidak tahu Pak. Bapak sudah coba menelpon bu Nabil atau bi Inah?"

"Sudah, tapi tak ada jawaban satupun. Malah nomer bi Inah gak aktif."

Cemas mulai melanda perasaanku.
Aku masih berdiri, sambil memegangi ponsel, mencoba beberapa kali menghubungi Nabil. Namun sama sekali tak ada jawaban.
Terpaksa aku memasuki rumah dengan kunci cadangan yang selalu kubawa di kantung tasku.

"Pak Budi, saya izin masuk dulu,"

"Silakan, silakan, Pak Devan. Sayapun izin kembali berjaga di pos."

"Terimakasih banyak, Pak."

Ceklek..!
Pintu rumah terbuka.

'Gelap sekali. Itu artinya mereka berdua memang belum pulang ke rumah. Kemana perginya?
Nabil ... kau buat aku khawatir saja'

Kucoba kembali menelpon Nabil dan bi Inah, hasilnya nihil.

'Apa Nabil pulang ke rumah Ibu, ya? Sebaiknya aku coba telpon Ibu'
Lagi, ponsel Ibu dan telpon rumahnya tidak bisa dihubungi.

'Mengapa mendadak semua orang tidak bisa kuhubungi???'
Gelisah melanda, aku mencoba menenangkan diri, duduk di sofa ruang tamu. Berfikir sejenak ... dan ....

'Surat apa, ini?'
Aku menemukan sepucuk surat yang tergeletak di atas meja, tepat di hadapanku.

(Assalamualaikum, Dev. Saat kau membaca surat ini ... mungkin aku telah pergi jauh dari hadapanmu, dan entah kapan aku akan kembali.
Aku telah kecewa kepadamu, aku sedih, aku marah, hilang semua kepercayaanku terhadapmu.
Kau nodai cinta suci kita, kau hancurkan istana rumah tangga kita, aku pergi ... biarkan aku sendiri ....
Jangan kau tanyakan aku kepada semua keluargaku,  karena merekapun tak tahu apa-apa.
Apa kesalahanmu?
Pasti kau bertanya demikian, kan?
Entah harus kujawab bagaimana, karena aku tak kuasa menulis kebenaran yang baru saja ku ketahui dalam secarik kertas ini.
Pergilah ke kamar kita, bisakah kau menjelaskan bagaimana hal menjijikan itu terjadi?
Siapakah wanita itu?
Sejak kapan kau berhubungan dengan dia?

Dari aku, wanita yang salah karena telah mencintaimu)

Bergegas aku pergi ke lantai atas, untuk mengecek sesuatu yang menyebabkan perpecahan rumah tangga kami.

Pacaran setelah MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang