3

1K 84 9
                                    

Pelajaran olahraga adalah pelajaran yang paling aku benci. Beneran. Aku nggak suka bawa-bawa bola besar kayak bola basket yang berat atau bola abal-abal yang dibuat dari plastik. Aku selalu punya pengalaman buruk tentang mereka. Entah kena kepala, kaki, atau hidung. Nggak pernah ada pengalaman baik.

Belum lagi kalau disuruh renang yang dilakukan tiga bulan sekali. Aku selalu tenggelam setiap masuk ke kolam setinggi lebih dari tinggiku. Lalu, bulu tangkis. Katanya, ini olahraga favorit para ciwi-ciwi. Tapi aku lagi-lagi harus masukkan olahraga itu pada hal yang kubenci. Soalnya aku sama sekali nggak bisa servis, mengenakan kok-nya ke raket. Volli? Aku takut bola ketika doi melayang ke arahku.

Terus aku bisanya apa?

Tidak ada.

Untuk lari aku lemas banget. Baru satu menit putaran, sudah pengin pingsan rasanya. Apa aku punya kutukan, ya?

"Hari ini olahraganya bebas. Bapak ada rapat."

Tanpa sadar, aku mengulas senyumku. Itu adalah angin segar di cuaca panas seperti ini. Setelah kelasku disuruh ganti baju dan berkumpul di lapangan, seperti biasa kami melakukan peregangan. Awalnya, aku sudah pasrah duluan kalau mau olahraga berat-berat. Paling kayak biasa, selalu berakhir di UKS atau jadi posisi terbelakang kalau lari.

Dan ketika Pak Aryo bilang begitu, aku senang bukan main.

"Ca, main basket yuk bareng yang lain," ajak Indah sambil memegang pundakku. Lapangan sudah dibagi dua. Setengah untuk cewek main basket dan cowok main sepak bola.

"Nggak ah, aku duduk aja di pinggir," tolakku membuat Bila mendelik.

"Ini tuh jam olahraga, Ca. Harusnya olahraga bukan santai-santai," katanya bijak. Iya sih, cuma aku tidak mungkin melakukan hal yang kubenci di saat ada kesempatan untuk pergi.

"Nggak deh, kalian kayak nggak tau aja aku soal olahraga," jawabku sedikit memelas. Mereka malah tertawa. Sepertinya baru ingat ketika minggu lalu, saat bermain kasti aku gagal memukul bola dan saat pukulan terakhir malah kena mataku. Sampai saat ini, warna ungunya sudah mulai pudar, tapi sakitnya masih keterlaluan.

"Kamu lemah banget ah!" ujar Indah terkekeh. Mereka berdua pun pergi ke arah cewek-cewek yang sepertinya sudah membentuk tim. Aku berjalan ke sisi lapangan lain, tepat di tengah pembatas lapangan karena di sini pohonnya adem.

Aku ditinggal sendiri, hanya menonton mereka. Sekilas, aku melihat ke arah lapangan bola dimana cowok-cowok sudah mulai bermain. Aku melihat teman mejaku, Regal, duduk di pinggir bersama Jaka dan Nando. Sepertinya mereka jadi pemain cadangan untuk menunggu giliran.

Jaka ditaruh terakhir karena seingatku, cowok itu memang rusuh. Kata cowok-cowok, dia mainnya nggak selow. Dorong sana-dorong sini. Kadang mereka terpaksa mengajak Jaka kalau bermain karena kurang pemain. Hanya saja, karena kerusuhannya itulah Jaka suka cetak goal.

Kalau Nando, aku kayaknya tahu kenapa dia dijadikan cadangan. Hidupnya nolep begitu, bagaimana tahu masalah bola? Kalau nggak game online, dia nge-wibu.

Untuk Regal, aku masih tidak tahu cowok itu terlalu dalam. Maksudku, dengan sikap diamnya begitu membuatku enggan untuk bertanya banyak. Badannya tegap seperti cowok biasa. Tampilannya rapi, nggak kayak cowok lain yang suka cuek sama seragam sendiri. Kentara sekali kalau Regal tipe cowok yang beda.

Ah, tapi aku nggak boleh percaya cepat sama Regal yang seperti itu. Muka bisa menipu, kan?

Seketika aku tersentak saat seseorang menepuk bahu kananku. Menoleh ke samping, aku mendapati Fia ikut berjongkok di sampingku.

"Eh, Ca. Kamu lagi kosong, kan?" Aku mengangguk dan menyerongkan diri ke arah cewek ini.

Fia ini satu ekskul denganku. Sama-sama jurusan IPS, cuma aku lupa IPS berapanya. Kami sama-sama ikut ekskul tari. Tari tradisional. Nggak percaya ya aku bisa menari? Mungkin itulah satu-satunya bakatku yang bisa kusombongkan. Syukur sekali Mamaku memasukkanku ke les tari sejak kecil. Katanya, sewaktu balita aku lincah sekali. Saat dengar lagu, tidak segan aku menari. Setiap ada panggung di lingkungan RT, aku tidak akan absen membuat ricuh.

Reply Me! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang