Kini Min Yoongi dan Kim Yewon berada dalam perjalanan pulang, setelah puas bermain-main di taman bermain hampir setengah hari.
Ah, Kim Yewon suka saat-saat seperti ini.
Ia benci ketika harus mengerjakan pekerjaan hingga malam dan tidak bisa meluangkan waktu untuk Yoongi. Gadis punya pekerjaan yang dikejar waktu. Yewon harus menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu.
Tapi Yoongi juga mengerti. Yoongi tahu rasanya dikejar deadline, Yoongi tahu betapa beratnya semua itu. Tentu saja, pria itu tidak ingin menambah beban pikiran Yewon dan mau mendukungnya.
Aduh, pengertian sekali. Tolong berikan laki-laki seperti Yoongi untukku.
"Nona Kim, kau mau makan ramyun? Kita belum makan dari siang. Aku tidak mau diomeli ibumu karena membuat anak gadisnya sakit," ucap Yoongi yang sedang fokus menyetir.
"Em? Makan ramyun di mana?" Tanya Yewon.
"Terserah," balas Yoongi. "Tapi kalau kau mau, kita akan mampir di supermarket. Sekali-sekali, kau harus mencoba sesuatu yang sederhana. Sesuatu yang mewah tidak selalu baik, dan sesuatu yang sederhana tidak selalu buruk."
Sungguh bijak, Tuan Min.
"Tuan Min, kalau kau mau makan ramyun dan malas membuatnya, tolong bilang saja. Kebetulan aku juga sudah sangat lapar, dan sepertinya aku juga sudah tidak bisa menahan rasa lapar ini, jadi ayo!"
Keduanya memperhatikan sekitar, mencari supermarket terdekat agar bisa makan dengan nyaman. Kalau dilihat-lihat, mereka seperti murid SMA yang sedang tidak punya uang di akhir bulan.
Kasihan sekali.
"Aku akan masak ramyun-nya, lalu kau cari telur rebusnya. Dan... Ah, kau cukup duduk di sana saja dan mengupas telur rebusnya, oke?" Yewon memberi instruksi.
Yoongi hanya mengangguk. Perutnya sudah tidak bisa diajak berkompromi. Ia terlalu lapar.
Sebenarnya sih, mengupas telur saja rasanya malas sekali. Tapi tidak apa-apa, yang penting dirinya tidak perlu bergerak banyak, begitu pikir Yoongi.
Baru saja akan mengupas cangkang telur kedua, ponsel Yoongi bergetar, menandakan seseorang menelepon pria berkulit pucat itu.
Min Yoonhee Menyebalkan is calling....
Yoongi memutar bola matanya malas, wanita ini mengganggu dirinya lagi. Mana menggunakan fitur video call, sungguh menyebalkan!
"Oppa! Kau dimana?" Tanya suara dari seberang.
"Nona Min, tidak ada niat untuk berbasa-basi? Aku ini kakakmu, Min Yoonhee. Sejak kapan kau jadi tidak sopan kepadaku begini?" Balas Yoongi.
"Sejak kau tidak pernah sopan kepadaku. Ah sudahlah, kenapa kita membahas topik ini?"
"Entahlah. Jadi maumu apa?"
"Heh, Oppa yang jelek dan seperti mayat! Ini bukan keinginanku, ini keinginan Eomma yang ribet. Katanya kau harus cepat pulang."
"Mwo? Enak saja, aku sedang berkencan!"
"Kau sedang melawak ya? Mana ada orang yang mau dengan pria pemarah dan angkuh sepertimu? Aish, jangan buat aku dimarahi Eomma!"
"Min Yoonhee! Tolong dengarkan aku. Aku. Sedang. Berkencan. Paham atau tidak, sih?"
"Aku tidak tuli, Oppa. Aku juga masih mengerti bahasa manusia. Tapi kata-katamu terlalu meragukan bagiku. Sungguh. Bahkan jika aku menyerahkan telepon ini ke Eomma, aku berani bertaruh kalau kau dia tidak akan percaya."
"Cepat beri teleponnya kepada Eomma! Sepuluh detik! Ppali!" Putus Yoongi.
Tak lama, Yoongi mendengar suara yang dulu sering membangunkan Min Kebo Yoongi ketika masih sekolah.
"Yeoboseyo?" Ucap suara dari seberang.
"Eomma, ini anakmu. Min Yoongi."
"Aku tahu. Aku ingat. Dan karena aku ingat, aku merindukanmu. Pulanglah."
"Eomma... Bukankah kau selalu khawatir tentang urusan cinta? Sekarang aku sedang berkencan, dan jangan sampai ibuku sendiri yang merusak kencanku."
"Min Yoongi, aku tidak percaya padamu. Kalau kau memang punya pacar, kenapa kau tidak pernah membawanya ke rumah?"
"Hah... Ibuku memang ribet sekali, ya. Tolong siapkan makanannya yang banyak, aku dan pacarku belum makan dan dalam setengah jam, aku akan datang di rumah. Bersama pacar sesuai keinginan kalian." Lalu Yoongi dengan santai mematikan ponselnya.
"Kim Yewon, ayo kembali!" Ucap Yoongi ketika Yewon baru saja sampai dengan dua cup ramyun dengan asap yang masih mengepul.
"Loh, kenapa? Kita bahkan belum memakan satu suap, Oppa." Tukas Yewon bingung.
Yoongi tersenyum. "Ibuku tidak percaya kalau aku punya kekasih. Jadi aku akan membawamu ke rumah, dan mengenalkanmu pada ibuku. Kau tidak masalah, 'kan?"
"Aku sudah sampai!" Teriak Yoongi dengan lantang ketika sudah berada di depan rumahnya.
Ibu serta adik Yoongi yang ada di rumah langsung membuka pintu menyambut anaknya yang dikira berbohong itu. Dan tentu saja, mereka kaget melihat seorang perempuan dengan tas ransel yang ugh—mirip seorang siswi SMA.
"Min Yoongi, jangan bilang kepada ibumu kalau kau seorang pedofil," ucap ibunya pelan.
Yoonhee mendengus. "Oppa! Apa-apaan ini? Aku menyuruhmu membawa pacar, bukan seorang perempuan yang umurnya jauh dibawahku dan—"
"Berapa umurmu, Nona?" Selak Yewon.
"Aku?" Tanya Yoonhee sembari menunjuk dirinya sendiri yang dibalas anggukan oleh Yewon. "Dua puluh lima."
"Ehm, Tante, Nona Min. Namaku Kim Yewon, kekasih Min Yoongi, dan... Umurku dua puluh sembilan tahun." Jelas Yewon.
Dan di detik itu juga, tawa Yoongi pecah. Sungguh, Yoongi akan selalu mengingat hal ini, pasti keluarganya itu malu sekali.
HAHAHAHAHA.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DISCONTINUED] The Fact : She's (Not) A Student
Fanfiction[Gfriend Umji ft. BTS Suga] Sepertinya, Min Yoongi yang terkenal galak itu harus banyak-banyak bersabar. Pasalnya, dia mengencani wanita karir berumur 29 tahun yang terlihat seperti siswi SMA. - eunrarara present, The Fact : She's (Not) A Student ©2...