Akhirnya, mereka berakhir di ruang tengah sembari menonton televisi super besar milik Yewon yang sedang menampilkan drama favorit Yewon akhir-akhir ini.
"Yoongi Oppa..." Panggil Yewon.
"Hm? Ada apa?"
"Gomawo. Jinjja Gomawoyo. Walau aku yakin kau tidak menyiapkan semuanya sendiri, aku sangat berterimakasih. Kau mau menghabiskan waktu dan tenagamu yang super berharga itu untuk aku." Ucap Yewon.
Yoongi terkekeh. "Kau jauh lebih berharga dari waktu, tenaga, dan jam tidurku."
"Oppa, kau harus tahu kalau aku sangat sangat sangat bangga bisa lebih berarti dari jam tidurmu. Bahkan fans-mu tahu itu, Oppa." Balas Yewon.
"Kim Yewon, aku bahkan tidak punya fans." Bantah Yoongi.
Yewon mendengus. "Aish, semua produser di agensimu itu punya fans! Bahkan aku fans Adora Eonni!"
"Bahkan kau tidak tahu siapa nama lengkap perempuan itu..." Gumam Yoongi.
"Memangnya Yoongi Oppa tahu siapa nama lengkap idola Oppa? Kau kan sangat mengidolakan sofa di studiomu." Balas Yewon sengit.
"Ya! Memangnya sofa bisa punya nama!?" Tanya Yoongi kesal.
Yewon mendongakkan kepalanya. "Bisalah! Kan aku yang menamainya! Telinga Oppa saja yang bermasalah sampai Oppa tidak mendengar nama yang kuberi untuk sofa empuk milikmu itu!"
Yoongi memutar bola matanya. "Enak saja katamu! Telingaku masih berfungsi dengan benar tahu!"
"Ter-se-rah! Berhenti berdebat, perdebatan ini sungguh konyol." Putus Yewon final.
Keduanya terdiam sesaat, menikmati klimaks drama yang sedang mereka tonton itu.
"Yewon-ah, jujur saja aku teringat pertemuan pertama kita yang aneh itu." Kekeh Yoongi.
"Ah! Kenapa Oppa membahasnya lagi, sih? Aku kan..." Mulut Yewon sempat terhenti. Rasanya terlalu gengsi untuk bilang kalau dia malu tentang pertemuan pertama mereka yang memang aneh itu.
"Apa? Jangan dihentikan, Kim Yewon. Aku penasaran," kekeh Yoongi.
"Aku... Aku malu! Itu terlalu aneh! Tidak romantis seperti di film-film atau drama, atau buku novel! Bahkan itu memalukan! Aku... Memanggilmu Ahjussi, kan?" Cicit Yewon.
Sekarang, Yoongi ada di fase bimbang. Antara gemes sama pacarnya yang emang kelewat gemes ini, atau mau ngakak ingat masa lalu mereka yang emang... unik.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yewon dan Yoongi bertemu sekitar empat tahun yang lalu.
Kala itu, Yewon yang sudah berumur seperempat abad—alias 25 tahun—meminjam seragam milik sepupunya.
Gila? Nyatanya, Yewon sering melakukannya. Lalu Nona Kim ini suka sekali mencari diskon yang dikhususkan untuk para pelajar.
Berbekal tanda pengenal yang disertai lambang organisasi sekolah (yang sangat meyakinkan siapapun kalau Yewon adalah pelajar), Yewon mendapat banyak sekali diskon.
Hoho, Yewon suka sekali.
Kartu pelajar Yewon hanya bertuliskan nama dan jabatan. Tiap siswa siswi yang mengikuti organisasi sekolah punya kartu pelajar yang berbeda.
Dan ini sangat menguntungkan Yewon. Yewon suka.
Lalu sekarang gadis ini sedang mencari tempat yang nyaman untuk mengerjakan skripsinya, sembari memegang nomor dosen pembimbing di tangannya.
Ini terlalu klasik, tapi Yewon bertabrakan dengan seorang pria yang menggunakan masker hitam dan sebuah topi putih.
Kopi yang dibawa pria itu tumpah, tak sengaja mengenai seragam yang Yewon kenakan dan nomor dosen pembimbing.
Sialnya lagi, nomor itu sudah tidak bisa Yewon baca dan belum sempat Yewon sumpah dalam ponselnya.
"Aish, tuan, sekarang karena kopimu itu, aku tidak bisa membaca nomor dosen pembimbingku! Sial, aku belum sempat menyimpannya dalam kontakku!" Gerutu Yewon.
Yoongi mengerutkan dahinya, "Apa katamu? Dosen pembimbing? Jangan bilang kau pelajar gadungan, ya!?"
Yewon menutup mulutnya rapat-rapat. Aduh, kenapa bisa keceplosan, sih?
"E-eh, itu—"
"Begini saja. Ayo kita buat kesepakatan. Aku akan mengganti semua kerugianmu, kecuali nomor dosen itu, asal kau menyimpan nomorku," ucap pria itu santai.
"Mwoya!? Nomor dosen pembimbing itu sangat penting, asal kau ta—"
"Lalu menurutmu reputasimu tidak penting, Nona? Kau tidak akan bisa melakukan penyamaran dengan seragam itu lagi, jika aku membongkar kedokmu. Benar?" Potong pria itu.
Kim Yewon benar-benar menaruh dendam kesumat pada pria di depannya itu. Huh, menyebalkan sekali!
"Ugh, terserahlah! Kau harus mengganti seragamnya, dan... Belikan aku baju di butik yang aku mau untuk menggantikan nomor telepon itu. Bagaimana?" Tawar Yewon.
Yoongi mendelik, "Hei, kau mau membuatmu jatuh miskin? Aish, kau memanfaatkan aku, tahu!"
"Pilihannya jika kau tidak melakukannya... Maka aku akan berteriak kalau kau adalah pria cabul yang mau menculikku. Hm, bagaimana?" Kekeh Yewon.
Kim Yewon, kau sangat pandai mengancam ternyata.
Lelaki bermarga Min yang tidak Yewon ketahui namanya itu melihat keadaan sekitar. Terlalu ramai. Sama saja Yoongi mau bunuh diri.
"Baiklah. Kau menang. Kau menang, nona. Tapi kau tetap harus menyimpan nomorku. Tidak ada penolakan." Putus Yoongi final.
"Hm, baiklah. Ah iya, siapa namamu?" Tanya Yewon.
"Min Yoongi."
"Ah, Yoongi-ssi, aku Kim Yewon."
Dan siapa sangka kedua manusia menyebalkan ini kini menjadi sepasang kekasih? Kadang dunia memang penuh kejutan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.