2.2 : Normal Again

676 103 10
                                    

Yewon berusaha mati-matian untuk tidak marah-marah. Di depannya ada anak kecil, dia harus menjadi contoh yang baik. Lagipula gadis itu bisa salah paham kan?

”Namamu Seojun ya? Seojun mau makan dan minum apa? Biar noona yang pesankan.” Tanya Yewon ramah.

Anak laki-laki itu tersenyum senang. ”Aku mau pasta karbonara dan milkshake stroberi! Boleh kan?”

Yewon terkekeh. ”Tentu saja boleh! Noona tidak akan melarangmu makan apapun kok, selama tidak berlebihan. Sebentar ya, noona pesankan dulu.”

Gadis itu memilih berjalan ke kasir, memesan makanan sendiri ketimbang memanggil pelayan. Dia juga menunggu hingga makanannya jadi, baru kembali ke mejanya.

”Nah, ini milkshake Seojun dan pasta karbonara Seojun! Selamat makan!” Ucap Yewon seraya menaruh hidangan milik Seojun.

Seojun tersenyum gembira. ”Kamsahamnida, noona!”

Yewon terkekeh gembira, melupakan Yoongi yang sedari tadi jantungnya tidak bisa berdetak dengan normal.

”Ah, Yoongi Oppa, apa yang mau kau jelaskan?” Tanya Yewon sembari menyiapkan peralatan makannya.

”Hm? Pertama-tama, Seojun bukan anak kandungku. Dia keponakanku. Ibunya pergi bekerja ke luar kota untuk beberapa waktu sementara ayahnya meninggal ketika dia bayi,” Yoongi menjelaskan dengan pelan, tak ingin membuat Seojun sedih dengan fakta tersebut.

”Maaf, aku tidak tahu.” Cicit Yewon.

”Tidak apa-apa. Lalu adegan ber—”

”Tahan dulu. Masih ada Seojun di sini. Nanti saja jelaskannya.” Potong Yewon. Jangan sampai anak sepolos Seojun mengerti hal-hal dewasa sebelum waktunya.

”Appa, noona! Kok tidak makan? Aku merasa tidak enak makan sendirian,” ujar bocah kecil itu pelan.

Yewon tersenyum gemas  ”Ani, Seojun tidak makan sendiri kok. Noona makan kok, lihat!”

”Seojun-ah, bukankah dia terlalu tua untuk dipanggil noona?” Tanya Yoongi, meledek.

”Aniyo, noona masih terlihat menggemaskan. Berbeda dengan appa!” Balas Seojun polos.

Yewon tertawa puas. ”Seojun-ah, coba tebak, berapa umur noona sekarang! Kalau benar, nanti akan noona belikan permen yang banyak.”

Yoongi menatap kekasihnya gemas. ”Bagaimana kalau nanti dia sakit gigi, Yewon-ah? Nanti ibunya akan memarahi aku!”

”Tidak akan! Coba, berapa umur noona, Seojun?” Tanya Yewon lagi.

Seojun berpikir sejenak. ”Enam belas atau tujuh belas?”

Yoongi tertawa terbahak-bahak, sementara Yewon hanya terkekeh pelan. Ini sudah terlalu biasa.

”Umurku tahun ini tiga puluh, sayang.”

Tadi, Yoongi sudah menjelaskan semuanya dengan detail

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tadi, Yoongi sudah menjelaskan semuanya dengan detail. Tentang insiden di dalam studionya, tentang Seojun, dan tentang insiden di rumah sakit. Semuanya jelas.

Yewon merasa bersalah karena bersikap kekanak-kanakan dan memilih pergi jauh. Harusnya kan, dia bisa lebih dewasa dan memilih mendengarkan Yoongi.

Sebagai gantinya, Yewon mengajak Yoongi dan Seojun ke arkade bersama-sama. Bocah itu tentu saja gembira, ibunya terlalu sibuk untuk sekadar mengajaknya bermain.

Seojun juga tidak memilih untuk mengganti panggilannya. Katanya Yewon Noona terlalu menggemaskan untuk dipanggil imo.

Mereka memainkan banyak permainan, sampai akhirnya Seojun mengeluh lapar dan ingin makan. Tanpa ragu, Yewon langsung menggandeng Seojun ke restoran yang ia ingin datangi.

”Noona... Tapi kata ibuku restoran ini makanannya mahal. Apa tidak apa-apa? Aku pasti merepotkan noona,” ujar Seojun sedih.

Sejak kepergian mendiang ayahnya, ibunya harus bekerja sendirian dan menghemat uang. Makanya, Seojun diajarkan untuk tidak memboros sejak kecil.

Yewon tersenyum kecil. ”Tidak apa-apa. Kebetulan noona juga habis mendapatkan penghargaan, jadi bukankah kita harus merayakannya?”

Jinjja? Gomawo, noona!

Ketiganya langsung masuk ke dalam restoran dan mengambil meja pojok. Seojun memilih duduk bersama Yewon, sedangkan Yoongi duduk di depannya.

”Yewon-ah, kau benar-benar memenangkan penghargaan?” Tanya Yoongi berbisik, tak ingin Seojun tahu apa yang keduanya bicarakan.

Bocah laki-laki itu masih sibuk dengan mobil-mobilan baru yang ia dapatkan dari paket makan untuk anak-anak.

Yewon menggeleng pelan. ”Hanya ingin mentraktir Seojun tanpa rasa bersalah. Kalau dia tahu tidak ada apapun, pasti dia akan merasa bersalah.”

Yoongi tersenyum senang. Yewonnya yang dewasa tetapi tetap menggemaskan sudah kembali.

”Ah, gemasnya. Begini terus ya, aku tidak mau kita salah paham lagi.”

bonus ;

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

bonus ;

bonus ;

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[DISCONTINUED] The Fact : She's (Not) A StudentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang