X - Habit

150 42 9
                                    







Hari berganti, Luna dan Hyunbin pun menjadi semakin dekat, sementara Jungmo sibuk dengan ujiannya.

Sebenarnya jadwal Luna untuk masuk bimbingan belajar adalah tiga kali seminggu yang artinya ia juga akan mengunjungi minimarket sebanyak tiga kali seminggu—

"Kenapa lo jadi masuk tiap hari?"

—namun kini sudah menjadi sebuah rutinitasnya untuk datang ke minimarket menemui Hyunbin.

Gadis itu menatap Hyunbin yang sekarang sedang bermain game di ponselnya.

"Pengen ketemu kak Bulan."

"Ada yang mau diceritain? Dari tadi lo diem doang."

Tentu saja ada hal yang ingin Luna ceritakan, tapi rasa ingin bertemu Hyunbin lebih besar daripada itu.

"Enggak juga sih, cuma pengen main aja sama kak Bulan."

"Lah ini mah gue yang main game sendirian."

Luna tersenyum lalu meneguk kopi susunya hingga tandas.

















"Gue kalo main game biasanya sampe batrenya abis, sekarang masih 82%. Lo mau nungguin gue main?"

"Iya."

Jawaban Luna membuat Hyunbin langsung menekan tombol power di ponselnya.

"Ada apa sini cerita," Hyunbin mengubah posisi duduk yang sebelumnya bersandar menjadi tegak.

Ekspresi Luna yang awalnya ceria kini berubah menjadi murung, mata Hyunbin yang terlihat sangat tulus itu selalu berhasil membuatnya nyaman dan menjadi dirinya sendiri—yang rapuh.

Jika boleh jujur Luna punya banyak masalah hari ini, terlebih di sekolahnya. Tapi saat ia melihat wajah Hyunbin ia merasa seakan semua masalahnya hilang.



"Cerita atau gue marah."



Akhirnya Luna menceritakan masalahnya, dimulai dari ayahnya yang memarahinya karena ia semalam kepergok main ponsel bukannya belajar, buku tugasnya yang tertinggal sampai ia harus menyalin tugas itu sebanyak tiga lembar HVS, lututnya yang terluka karena jatuh saat pelajaran olahraga, hingga tangannya yang terkena air panas saat menyeduh kopi di minimarket tadi.

"Trus—eh ngapain kak?"

Luna dibuat terkejut karena Hyunbin yang tiba-tiba berlutut di hadapannya lalu menyingkap rok sekolahnya hingga sebatas lutut.

"Nggak lo obatin ya?"

"Udah dicuci kok tadi, tapi emang nggak dikasih obat merah. Perih pasti."

"Ya nggak sembuh dong Lun nanti, bentar."

Luna menatap punggung Hyunbin yang menghilang di balik pintu minimarket dan kemudian keluar sambil membawa plastik di tangannya.

"Siniin kaki lo."

Hyunbin mengobati kaki Luna dengan hati-hati, kemudian ia beralih pada tangan Luna, ditelitinya kedua tangan Luna.

"Kanan atau kiri yang kena air panas?"

"Kiri."

Luna merasa ada yang aneh di dalam dirinya saat tangan kirinya dibaluri salep oleh Hyunbin. Mata keduanya bertemu membuat Luna sedikit terkejut, bahkan Hyunbin melepaskan tangannya.

"Lanjutin sendiri nih," katanya seraya menyodorkan salep ke arah Luna.

Through The Night || Moon Hyunbin ✔Where stories live. Discover now