XXII - Pacar

123 42 5
                                    














Luna tidak tau alasan Jungmo datang ke apartemen Hyunbin dan ia pun memilih untuk tidak ingin tau, sekarang yang terpenting baginya adalah Hyunbin.

"Sayang banget sama gue ya Lun?"

Luna mengangguk, mempererat pelukannya pada Hyunbin.

"Kalo gue nggak sayang lo gimana?"

"Aku bakal tetep sayang kak Bulan."

"Tapi guenya nggak mau disayang sama lo tuh."

"Nggak perduli, aku tetep sayang kak Bulan."

Hyunbin mengusak rambut Luna dengan sedikit kencang, gemas sepertinya.

"Gue nggak pake pelet aja lo udah segini sayangnya, gimana kalo pake."

"Tambah sayang lah."

Hyunbin hanya menggeleng lalu melepas pelukannya, tapi tidak dengan Luna, ia masih enggan melepas.

"Lun udah, guenya nggak bakal ke mana-mana."

"Nggak mau."

"Jangan gitu ah Lun, cringe jadinya."

"Ih, nggak bisa romantis banget."

Luna melepas pelukannya dan berbaring di sofa, memunggungi Hyunbin.

"Tuh kan bocahnya keluar, lagian pacar juga bukan ngapain romantis."

Lagi-lagi kalimat 'pacar juga bukan' kembali keluar dari mulut Hyunbin.

"NGGAK TAU, KAK BULAN NYEBELIN!!"

Hyunbin jalan mendekat kemudian berlutut di depan sofa, mengusap surai Luna dengan tangannya.

"Kok marah? Lo sebel sama gue gara-gara nggak dijadiin pacar makanya nggak bisa romantis-romantisan?"

"Pake nanya lagi," suara Luna terlampau kecil sampai Hyunbin nyaris tidak mendengarnya.

"Kan lo sendiri yang bilang 'Dih males banget pacaran sama kak Bulan', lupa?"

Luna tidak menjawab, memang benar yang dikatakan Hyunbin, ia pernah bilang begitu.

"Gue juga nggak mau pacaran sama bocah kayak lo."

Entah Hyunbin serius atau tidak, tapi cukup menyakiti perasaan Luna. Gadis itu sekarang merasa dipermainkan.

Tapi kalimat Hyunbin tidak lebih menyakitkan dari kenyataan yang baru Luna tau tadi, cukup membuatnya berpikir dua kali untuk tetap bersama Hyunbin.









Hyunbin yang sedang sibuk di dapur menyiapkan makan siang terpaksa harus menghentikan aktivitasnya karena mendengar suara Luna, gadis itu menangis.

Setelah mencuci tangan, Hyunbin menghampiri Luna di sofa yang ternyata sedang memasukkan baju seragamnya ke dalam tas sambil sesekali menyeka air matanya.

Hyunbin berlutut di hadapan Luna, menyingkirkan tasnya kemudian menghapus air mata Luna dengan ibu jarinya.

"Kenapa masih aja nangis? Udah dibilangin jangan nangis, gue nggak suka."

"Terserah aku mau nangis, mau ketawa, bahkan mau deket sama kak Mogu. Kenapa sih ngatur terus? Pacar juga bukan."

Hyunbin hanya diam dan tetap menghapus jejak air mata di pipi Luna lalu melanjutkan acara beres-beres tas tadi.

"Abis makan kita pulang—maksudnya gue anter lo pulang."

Sampai suapan terakhir Luna masih enggan bicara, hanya mengunyah makanan di dalam mulutnya, badmood.















"Yaudah kalo nggak mau cerita kenapa nangis, tapi jangan gitu mukanya. Nggak enak diliat, senyum Lun."

Hyunbin yang berjalan beberapa langkah di depan Luna menoleh dan menghampiri gadis itu. Masih sakit hati, jadi Luna enggan untuk tersenyum.

"Ih bener-bener ya lo, untung sayang."

Selanjutnya yang Hyunbin lakukan adalah menggendong Luna, seperti semalam.

Hyunbin kira Luna akan protes atau bahkan akan teriak-teriak hingga memukulnya, tapi ternyata gadis itu hanya diam, bahkan memeluk leher Hyunbin dengan erat tanpa disuruh.

Aneh, tapi bukan masalah besar bagi Hyunbin, justru itu memudahkannya.

Setelah membuka pintu mobil, Hyunbin dudukkan Luna di kursi penumpang dengan satu tangannya ada di kepala gadis itu supaya tidak terbentur. Persis seperti sedang menaruh bayi. Selanjutnya Hyunbin memasang seat belt Luna kemudian menutup pintunya lalu masuk ke kursi kemudi.






💗💗💗

Update terakhir hari ini ya, 3 part lagi cerita ini tamat yey!!!

Through The Night || Moon Hyunbin ✔Where stories live. Discover now