XXI - Mau marah tapi sayang

130 43 4
                                    









Hal pertama yang Luna lakukan saat bangun tidur adalah mencari keberadaan Hyunbin, karena ia ingin meminta penjelasan bagaimana ceritanya ia bisa ada di tempat tidur.

"Kak Bulan?"

Luna keluar dari kamar, mencari di ruangan lain tapi tidak menemukan Hyunbin.

Dering ponsel membuatnya kembali masuk ke kamar, ponsel milik Hyunbin.

unknown

Saat masih menimang antara angkat atau tidak kini suara bel interkom berbunyi, membuatnya berpikir mungkin itu Hyunbin.

Gadis itu melangkahkan kakinya menuju pintu, saking terburu-burunya membuat tangannya tidak sengaja menggeser tombol angkat di ponsel Hyunbin.

"Kak—








































—Kak Mogu?"

"Luna? Kok kamu—Hyunbin. Kalian?"

Sekarang Luna bingung harus menjelaskan mulai dari mana, ceritanya terlalu panjang dan rumit untuk ukuran orang yang tidak tahu apa-apa seperti Jungmo.

"Kak Mogu anu, aduh gimana ya jelasinnya. Tapi jangan salah paham dulu ya kak, ini tuh—aduh gimana jelasinnya aku bingung banget."

Jungmo yang awalnya terlihat syok kini perlahan tersenyum, ia usap kepala Luna.

"Pelan-pelan aja jelasinnya, aku dengerin. Tapi, aku nggak disuruh masuk?"

"Eh iya—"



"Nggak usah, pulang aja lo."

Hyunbin berlari dari ujung lorong, mendorong Luna masuk ke dalam dan menutup pintu apartmentnya.

Sementara Luna di dalam bingung harus melakukan apa, takut Jungmo salah paham.

Gadis itu baru sadar jika ponsel Hyunbin di genggamannya tersambung teleponnya dengan orang di sebrang sana yang ternyata adalah—

"Kenapa sih nggak angkat telepon gue?"

"HP gue ketinggalan di apart."

"Trus kenapa Luna—"

Panggilan terputus.

Jujur saja Luna ingin keluar sekarang, tapi melihat wajah Hyunbin tadi membuatnya berpikir dua kali.
































Kedua kaki Luna otomatis melangkah mundur saat pintu apartemen terbuka, menampilkan Hyunbin masih dengan raut wajah menyeramkannya, ditambah keringat yang mengalir di dahi dan pelipisnya.

Hyunbin menutup pintu apartemennya lalu melangkah mendekat ke arah Luna, ia tau gadis itu sedang ketakutan sekarang—karena kepalanya tertunduk sejak Hyunbin masuk.

Hyunbin melangkah maju dan Luna melangkah mundur, begitu yang terjadi sebelum akhirnya Hyunbin tarik tangan Luna.

Perlahan Luna angkat kepalanya menatap Hyunbin, ternyata ekspresi Hyunbin masih sama menyeramkannya seperti tadi.

Tapi rasa takutnya kini berubah menjadi rasa terkejut dan kemudian menjadi rasa nyaman.


















Hyunbin memeluknya, erat.





Sangat erat bahkan.








Ia biarkan Hyunbin menghirup aroma shampo dari rambutnya, ia biarkan Hyunbin mengusak rambutnya, ia biarkan Hyunbin menenggelamkan wajah di ceruk lehernya. Karena ia juga menikmatinya, ia nyaman ada di pelukan Hyunbin.

"Kak?"

"Tanpa gue ngomong, gue harap lo tau Lun kalo—"










































"Aku sayang kak Bulan."


"Nah itu maksud gue."

"Itu apa? Kak Bulan sayang diri kakak sendiri?"

"Lun, bodohnya tunda dulu dong. Gue lagi nggak mau emosi nih."

"Siapa yang bikin emosi?"

Hyunbin menghela napas, mau marah tapi sayang.







💗💗💗

Kalian nggak lupa kan kalo ada karakter Jungmo di cerita ini? Keasikan sama Luna-Bulan jangan-jangan?

Through The Night || Moon Hyunbin ✔Where stories live. Discover now