XXVII - Salah paham II

132 36 2
                                    


























Hyunbin tersenyum, merogoh sakunya untuk mengambil ponsel lalu menekan-nekan layarnya beberapa kali mencari sesuatu.

"Nih, kalo baca tuh jangan setengah-setengah."

Luna menatap ponsel Hyunbin yang kini ada di hadapannya, menampilkan sebuah aplikasi chatting.

Saat sadar bahwa yang terbuka adalah ruang obrolan bersama Moon Sua maka Luna membuang pandangannya.

"Baca dulu Lunaaaa," Hyunbin duduk di samping Luna lalu merangkul gadis itu, di letakkannya ponsel diatas meja.

Karena masih penasaran akhirnya Luna pun membaca percakapan itu.

Moon Sua

Jadi ke rumah gue bin?
Berangkat kapan?

Iya jadi
Minggu depan mungkin?
Kenapa

Trus si luna luna itu
gimana nasibnya lo tinggal?

Gue belom ngomong sama dia

Udah lo tembak belom si?

Belom
Nggak niat macarin
juga gue sebenernya

Lah? lo mainin doang itu cewe?

Ya


Padahal sebelum ini Luna sudah pernah membacanya, tapi rasa sakitnya masih sama, bahkan lebih karena Hyunbin sendiri yang menyuruhnya untuk membaca.

"Itu dibaca sampe abis, jangan nangis duluan."

Moon Sua

HAH?
GILA

YA ENGGAK LAH*
Sorry belom selesai
ngetik udah ke send

Ih udah kaget aja gue
Kenapa kok gak lo pacarin

Nggak ah

Trus?





Luna speechless, Jungmo dan Hyunbin bingung karena tangis gadis itu makin kencang.

"Lah kenapa?"

Hyunbin melirik ponselnya, tersenyum sebelum mengacak rambut Luna.

"Udah selesai bacanya?"

Luna mengangguk, menyesal sekaligus malu. Ternyata begitu kenyataannya.

Jadi sebenarnya waktu panggilan di ponsel Hyunbin terputus layarnya langsung menampilkan pesan dari kontak bernama 'Moon Sua', belum selesai ia baca Hyunbin sudah terlebih dahulu masuk ke apartment membuatnya terkejut, bahkan saat Hyunbin menghampirinya ia menghindar.

Setelah mengantar Luna pulang Hyunbin kembali ke apartment nya, menemukan ponselnya di sofa yang nenampilkan ruang obrolan dengan sepupunya yang tinggal di Jerman. Berkali-kali Hyunbin mengetik pesan untuk Luna tapi berkali-kali juga ia hapus hingga akhirnya tidak satu pesan pun ia kirim, ia kira Luna lebih memilih Jungmo.

Tapi setelah berpikir cukup lama, Hyunbin yakin penyebab Luna marah adalah salah paham. Ruang obrolannya dengan Moon Sua yang terakhir adalah saat ia membalas 'Ya'.










"Masih mau bilang gue cuma mainin lo? Makanya Lun, apa-apa tuh tanya. Ngomong langsung sama gue, kalo salah pahamnya berlanjut gimana? Kalo
gue balik lo nya udah sama yang lain gara-gara ini gimana?"

Kata Hyunbin panjang lebar, sementara yang diajak bicara hanya diam menunduk.

"Maaf kak."

Hyunbin terkekeh lalu menggulir layar ponselnya, memastikan bahwa Luna sudah membacanya hingga akhir.

Begini isinya,













Soalnya mau langsung gue nikahin
Nggak perlu lah pacar-pacaran
Kalo gue pacarin yang ada gue nggak jadi berangkat ke Jerman, bucin mulu bawaannya
Udah sayang banget gue sama dia
Udah ngomong papah mamah juga kalo kelar kuliah gue mau nikahin anak orang, katanya iya boleh gitu

Gila!!!
Undang gue ya nanti

Siap, doain aja dia nggak
nolak pas gue lamar





















































"Nggak usah terharu gitu, belom juga dilamar."

"Ih nyebelin."

"Lo bikin gue makin nggak mau pergi Lun, jahat."

Senyum Hyunbin mengembang saat Luna mengangkat wajahnya, menatap Hyunbin.

"Kebetulan banget itu orang bikin onar, jadinya gue gagal berangkat. Bisa lebih lama sama lo, dan bisa ngasih ini juga. Kelupaan tadi," kata Hyunbin sambil mengangkat tangannya yang menggenggam sesuatu di hadapan wajah Luna.

Sebuah kalung dengan bandul berbentuk bulan berwarna silver.

"Pake sendiri ya, jangan manja."

"Ck," Luna berdecak tapi tetap ia ambil kalung itu, walau sedikit kasar yang kesannya seperti menarik.

"Nggak romantis jadi cowok." Jungmo yang sejak tadi menyaksikan drama hanya bisa menggeleng.

"Sirik aja," balas Hyunbin sambil mencubit lengan Jungmo yang kebetulan ada di meja. Acara cubit-cubitan itu terhenti karena dering ponsel Luna.


"Ha--halo?"
"Aku, emmm-di..."
"Iya masih."
"Iya yah."



Jungmo dan Hyunbin reflek menoleh pada Luna yang sedang mengangkat telepon, apalagi tadi Luna menyebut kata 'yah' yang mereka yakin itu adalah telepon dari Ayahnya.

"Kak Bulan, aku ikut kakak ya?"

"Loh apa nih?"

"Tadi aku dikatain gila pas ngajak, kok sekarang?"

"Ayah nyuruh aku nyusul dia ke Jerman."

"Itu ayah lo belom balik dari seminggu lalu?"

Luna menggeleng.

"Tau gitu nggak gue pulangin lo ke rumah Lun, tinggal di apartment aja bareng gue."

"MAUNYA!!!"

Jungmo memukul kepala Hyunbin, kesal juga dia akhirnya.

"Yaudah berangkat bareng aja. Lusa?"

"Iya boleh."

"Ikut dong, masa aku ditinggal sendiri sih Lun?"

"Yau----"

"Ganggu aja lo mo."










Through The Night || Moon Hyunbin ✔Where stories live. Discover now