Chapter. 09

1K 176 25
                                    

Lagi-lagi Joohyun terpaksa harus duduk di jok belakang motor Sehun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lagi-lagi Joohyun terpaksa harus duduk di jok belakang motor Sehun. Jika bukan karena rasa takut yang masih menghantuinya, sesungguhnya Ia akan lebih memilih untuk pulang sendiri meski harus berjalan kaki. Motor Sehun berhenti tepat di depan apartemennya. Setelah Sehun mematikan mesin motornya, dengan sigap Joohyun segera turun dari sana tanpa harus menunggu berlama-lama.

"Terima kasih atas pertolongannya.", kata Joohyun seadanya kemudian hendak masuk kedalam namun pergelangan tangannya ditahan oleh Sehun.

"Apa perlu aku mengantar jemputmu, Noona?", tawar Sehun.

Dahi Joohyun mengernyit, "Tidak perlu. Kau tidak perlu melakukan apapun!", balasnya masih dingin. "Dan bisakah kau melepaskan tanganku?"

"Kalau kujawab tidak bisa, apa kau akan marah?"

Sehun tetaplah Sehun. Anak itu tidak akan berhenti membuat Joohyun kesal.

"Aniyo! Tapi, aku akan langsung memukulmu! Lepaskan tanganku!", titah Joohyun dengan mata menyorot tajam.

Akhirnya bocah itu membebaskan pergelangan tangan milik Joohyun. Senyum yang sama ketika menggoda Joohyun, Ia tampakkan. Lelaki 20 tahun itu masih setia duduk diatas motornya setelah melepaskan helm nya.

Tidak mempedulikan Sehun, Joohyun bergegas untuk naik ke lantai 3. Dimana rumahnya berada. Joohyun sudah mengucapkan terima kasih jadi, tidak ada yang perlu disesali. Biarkan saja! Nanti anak itu pasti akan pulang dengan sendirinya!

Mata Sehun terarah keatas. Ke lantai 3 tepatnya. Dari tempatnya, Ia dapat memandang gadis pujaannya tengah berjalan dibalik balkon yang hanya sebatas dada orang dewasa disana. Baiklah, tugasnya sudah selesai untuk mengantar tuan puteri sampai di rumah dengan selamat! Anak itu akan melakukan tugasnya kembali besok. Apalagi jika bukan merecoki kehidupan tuan puterinya itu!
Hari semakin malam, udara pun terasa begitu dingin. Sehun segera meninggalkan tempat, memacu motornya agar cepat segera tiba dirumah.

🌼🌼🌼

"Berhenti main-main, Oh Sehun!"

Meski suara Ibunya kian meninggi tidak membuat Sehun merasa terusik. Anak itu masih duduk santai di ruang tengah. Disana juga ada sang Ayah.

"Hmm Appa sudah mau mengalah soal pilihanmu atas fakultas, sekarang cobalah untuk menurut...", jelas Tuan Oh lebih tenang dari Nyonya Oh yang selalu akan terbawa emosi jika Sehun tak segera menurut.

"Untuk apa aku melakukan hal yang tidak aku sukai? Appa bisa mewariskan perusahaan pada saudara Appa!", sahut Sehun ringan seperti kapas.

Mendengar perkataan yang Sehun lontarkan tak pelak membuat Nyonya Oh semakin geram, "Bicara apa kau ini? Bagaimana bisa kau mengatakan hal itu dengan begitu mudahnya?"

𝙃𝙚𝙮, 𝙉𝙤𝙤𝙣𝙖! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang