Chapter. 14

979 158 8
                                    

Ini sudah hari ke 3 semenjak Sehun bertatap muka dengan Joohyun pada malam itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini sudah hari ke 3 semenjak Sehun bertatap muka dengan Joohyun pada malam itu. Hari ke 3 tanpa 'matahari'nya, sungguh Sehun merasa seperti orang stres. Hanya berangkat kuliah setelah itu pulang. Kegiatannya hanya itu-itu saja. Motor sport yang biasa menemaninya disita oleh Nyonya Oh akibatnya Sehun harus ditemani sopir jika ingin pergi keluar. Tentu saja harus dengan seijin Nyonya Oh. Bisa bayangkan bagaimana keadaan Sehun saat ini?

"Tuan muda, waktunya makan..."

Sederet kalimat yang baru saja diucapkan oleh Bibi Ahn seperti berlalu begitu saja. Sehun tetap diam ditempatnya seraya melihat pemandangan diluar sana melalui balkon besar utama rumahnya. Duduk bersandar di sebuah kursi kayu tanpa berbuat apapun.

Bibi Ahn merasa begitu sedih melihat keadaan majikan mudanya yang seperti itu. Selepas meletakkan nampan yang berisikan makan malam untuk Sehun, Bibi Ahn tidak berpindah tempat. Wanita itu masih berdiri mengamati Sehun dengan wajah sendunya.

Sehun mungkin tidak akan pernah menyentuh makanannya jika tidak dibawakan oleh Bibi Ahn. Sorot matanya benar-benar memperlihatkan bahwa tidak ada kehidupan disana.

"Tuan muda, makan dulu ya? Bibi Ahn sudah membuatkan samgyetang favorit Tuan muda. Rasanya lezat, sayang jika tidak dicoba!", bujuk Bibi Ahn antusias.

"Samgyetang... Samgyetang...", gumam Sehun bermonolog seolah-olah tidak ada kehadiran Bibi Ahn disampingnya. Tak lama sudut bibirnya terangkat naik. Entah untuk apa anak itu melakukannya.

Samgyetang. Menu itu akhirnya menjadi makanan favorit Sehun setelah anak itu memakan samgyetang buatan Joohyun. Ia mengatakan jika rasanya tidak akan pernah hilang. Enak dan selalu Ia ingat. Bibi Ahn mengetahuinya karena saat itu Sehun terus menerus mengoceh tentang apa saja yang sudah anak itu lakukan agar Noona-nya itu mau membuatkannya makan siang.

Mata Sehun perlahan terpejam. Ia masih tetap pada posisi sebelumnya. Hanya menggumamkan kata samgyetang tanpa berniat menyentuhnya.

Bibi Ahn sungguh mengkhawatirkan jika Sehun akan sakit nantinya jika susah makan seperti ini. Wanita itu perlahan mendekati Sehun yang masih duduk bersandar sambil terpejam.
"Tuan muda, jangan seperti ini, tolong! Apapun yang terjadi jangan menyerah, Bibi Ahn akan selalu menemani Tuan muda! Anda tidak sendiri, jangan siksa diri Anda seperti ini tolong! Tuan muda yang Bibi kenal itu kuat tidak seperti ini..."

"Ani...", sahut Sehun pelan namun masih bisa ditangkap oleh telinga Bibi Ahn yang berada tepat disisinya.

Tangan Bibi Ahn bergerak menggenggam tangan Sehun.

"Aku tidak sekuat itu, Bi! Aku lemah! Aku akan sakit jika terus mendapatkan perlakuan buruk...", balas Sehun yang sudah membuka kelopak matanya.

"Percaya pada Bibi, hal buruk tidak akan tercipta tanpa hal baik. Untuk mencapai pantai yang indah sekalipun kita harus melakukan perjuangan untuk mencapainya bukan? Mengorbankan waktu juga tenaga tentu saja. Semuanya sudah diatur, Tuan muda. Jangan menyerah, kau harus bisa bertahan ne?"

𝙃𝙚𝙮, 𝙉𝙤𝙤𝙣𝙖! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang