V

55 3 0
                                    

V

"Cibleeekkkkk....Cibleeeekkkk".
"Andooo....Andooo".
Teriakan-teriakan memanggil nama korban terdengar bersahut-sahutan. Sambil terus berjalan mendaki, bergantian Yusuf, Diana, Riko dan Basith meneriakan nama-nama tersebut. Berharap kedua korban yang tersesat, mendengar teriakan itu, dan membalasnya.
Tapi hanya ada senyap dikejauhan. Suara-suara panggilan itu menggema, kemudian hilang tertelan lembah. Tanpa ada balasan apapun. Sepertinya kedua pendaki tersesat itu, hilang lenyap ditelan bumi.
Menjelang dua jam kini mereka sudah mendaki. Seperti kesetanan, menembus lebatnya hutan hujan tropis. Terus berjalan, menelusur jalur rintisan diantara pepohonan tinggi.
Hanya sesekali mereka berhenti. Bila menemukan daerah-daerah mencurigakan yang mengarah ke lembah. Mengecek sebentar, dan kembali menemukan hasil yang mengecewakan.
Pandangan makin terbatas, karena kabut mulai menebar. Meluas menutupi, membuat pohon-pohon seperti bayang-bayang. Sebentar kemudian, gerimis kecil turun mendera.
"Kita berhenti dulu sebentar. Buka fly sheet dan masak air panas", kata Basith.
Yusuf segera menurunkan ransel. Mengambil fly sheet diranselnya, yang berupa lembaran persegi panjang berbahan parasut anti air. Membentangkannya, melewati atas sebuah batang pohon horizontal dan mengikat tiap ujungnya pada ranting. Jadilah tempat berteduh darurat, untuk mereka berempat.
Masing-masing kemudian duduk melingkari kompor yang mulai dinyalakan. Panas api menebarkan rasa hangat, yang sebenarnya sudah didapatkan semenjak mereka mengenakan jaket masing-masing.
"Kalau mereka memang cukup berpengalaman. Aneh rasanya, kalau mereka tak bisa memberikan koordinat terakhir, berada dilembah mana", sela Riko diantara perbincangan mereka, mengenai upaya pencarian yang baru dilakukan.
"Mungkin saja. Apa kau tak tahu, tadi waktu kita berada dirumah pos penjaga air, juga sulit menentukan posisi di peta", balas Diana sambil melirik ke Basith.
"Tapi buktinya, kita bisa mengira. Kemana jalur yang harus dilalui untuk didaki", sahut Riko lagi.
"Beda kondisi mungkin. Kita masih sehat, segar dan kuat karena baru mulai mendaki. Sementara mereka, dalam kondisi tertekan. Kehilangan arah, dan ada yang sakit pula", imbuh Yusuf.
"Sudahlah, banyak kemungkinan bisa saja terjadi. Yang jelas kita manfaatkan saja data yang ada", sela Diana lagi.
"Tadi kabarnya, siapa diantara mereka berdua yang sakit?", tanya Basith mengalihkan topik pembicaraan.
"Ando yang sakit", terang Yusuf sambil tangannya memcomot biskuit tersisa. "Kalau mereka tak ditemukan juga malam ini, bisa tambah parah", ucap Yusuf lagi.
"Mereka pasti memaksakan diri menembus hujan semalam. Pantas kalau jadi sakit", analisa Basith.
"Apa kira-kira makanan mereka masih cukup", Diana berucap memberikan perhatian.
"Mungkin masih ada yang tersisa. Sedikit-sedikit. Semoga masih cukup untuk mereka malam ini", suara Yusuf berkata seperti doa.
"Mereka pasti terus berusaha turun hari ini. Kita masih punya waktu seharian ini untuk menemukan mereka. Kalau tak ketemu juga, tinggal berharap mereka bisa mencapai desa terdekat malam nanti. Separah-parahnya mereka bertahan lagi malam ini dengan makanan seadanya", Basith menerka.
"Damned. Tak terbayangkan kalau mereka sampai kelaparan dan kedinginan di gunung", sembur Riko.
"Sebaiknya kita mulai mencari lagi. Hujan sepertinya sudah reda", saran Basith.
Wajah mungil Diana tampak merona merah. Mungkin karena kedinginan. Tapi dia juga yang paling cepat bergegas. Memanggul ranselnya dan siap berjalan lagi.
"Kalian lebih dulu saja lagi. Nanti kami menyusul setelah membereskan fly sheet ini",  ujar Yusuf.
Basith menatap Diana, kemudian menganggukan kepala. Memberi tanda persetujuan, dan meminta Diana mulai mengikutinya. Tak lama kemudian mereka mulai meninggalkan Yusuf dan Riko, yang masih sibuk melipat fly sheet.
Lapisan parasut fly sheet masih terasa basah, ketika dimasukan ke dalam kantong plastik. Baru kemudian masuk ke dalam ransel. Terletak diposisi teratas. Bersiap diambil diposisi paling mudah, bila diperlukan dalam keadaan darurat, seperti keadaan hujan yang tiba-tiba datang.
Usai Riko memanggul ranselnya, tiba-tiba terdengar teriakan Diana dari kejauhan. Tak terlalu jelas, tapi ada kata-kata ada orang sendirian. Kedinginan.

Novel ini telah diterbitkan di google playbooks dalam bentuk ebook. Bagi yang berminat membeli dapat menggunakan alamat situs dibawah ini:

https://play.google.com/store/books/details?id=Tju2DwAAQBAJ

com/store/books/details?id=Tju2DwAAQBAJ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SesatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang