XXXII

32 0 0
                                    

XXXII

Mereka menyelesaikan hidangan makan siang dengan perasaan tak menentu. Kabar mengenai orang gila yang ditemukan sendirian. Ditambah belum jelasnya jejak dua korban hilang. Sementara tim pencari di Cisarua terakhir mengabarkan, mereka sudah mencapai pertigaan Pasir Pangrango siang ini.
Itu berarti, tim tersebut sudah menyisir keseluruhan jalur pendakian melalui punggungan Cisarua. Namun tak ada jejak dari korban, jelas membuat banyak kepala bertanya-tanya. Kemana dan dimana mereka? Padahal jelas-jelas jalur rencana turun mereka adalah melalui Cisarua. Kemudian bila tak ada jejak mereka disana, berarti ada dimana mereka sekarang?
"Jelas korban tak ada di punggungan. Korban jelas-jelas sudah memberi kabar berada di lembah. Apa tim pencari juga sudah menyisir lembah punggungan Cisarua?", analisa Raffi.
Basith menatap Raffi usai mendengar komentar tersebut. Dalam hatinya berteriak, ingin menjelaskan. Tapi logikanya menahan nafsu yang liar ingin dikeluarkan.
"Tidak mungkin tim di Cisarua melewati lembah yang mencurigakan. Mereka orang-orang yang bisa diandalkan. Fisik dan emosinya juga bagus", sanggah Basith. Dia tak ingin tim pendahuluan itu diremehkan keberadaannya. Selain juga karena ia sebenarnya sudah tahu, bagaimana akhir dari cerita pencarian ini.
"Kalau memang seperti itu, apa mungkin kedua korban tersesat di jalur lain?", timpal Raffi.
"Harapanku kau bisa menemukan jawabannya nanti", balas Basith.
"Cukup lama aku tak pernah melewati jalur Pasir Arca", Raffi mengatakan hal itu seperti ingin menjabarkan, kalau mungkin saja ia juga gagal dalam mencari korban disana.
"Apa kau pernah ke Cisukabirus?", tanya Basith.
Raffi menghentikan gerakannya merapihkan ransel. Kemudian sebentar terdiam mengingat. "Bukannya itu nama sungai?".
"Iya, sungai Cisukabirus. Di bagian kiri jalur Pasir Arca, kalau kita ke arah puncak Pangrango", terang Basith.
"Sungai yang menjebak, seingatku".
"Benar. Jangan lupa mengecek sungai itu kalau kau nanti ikut mencari di Pasir Arca".
"Masuk akal juga kalau mereka ada disana. Kalau sudah masuk, susah keluar di sungai itu", ulang Raffi, memaparkan apa yang ada dikepalanya tentang sungai Cisukabirus.
"Tak perlu terburu-buru. Daerah Cisukabirus harus menjadi target area utama pencarian. Kalau perkiraanku tepat. Seharusnya sudah dari kemarin sore, mereka tersesat disana", Basith mengatakan itu semua, seolah sesuai logika.
"Sepertinya kau yakin sekali? Bagaimana kalau mereka ada di lembah lain? Atau di jalur lain?", balas Raffi kritis.
"Sepertinya kau memang sudah agak lupa jalur Pasir Arca. Tak ada lembah lain yang menjebak disana, selain lembah menuju Cisukabirus. Jadi kemungkinam besar, mereka memang berada di Cisukabirus. Kalau berada di jalur lain, itu berarti bukan tanggung jawab kalian", ujar Basith jelas. Cukup membuat Raffi terdiam dan menyetujui pemikiran tersebut.
Raffi kemudian terlihat sibuk mempersiapkan ranselnya. Ransel penuh berisi peralatan pendakian, logistik, air dan keperluan darurat. Ia mencoba ransel itu dibahunya. Menyeimbangkan tali-tali bahu, dan mencoba besaran pengikat dibagian pinggang. Setelah ia merasa nyaman, kemudian melepaskan ransel itu lagi.
"Jadinya berapa orang yang berangkat ke Pasir Arca?", suara Basith terdengar memastikan.
"Berempat. Tim kecil yang ringkas, tetapi taktis", urai Raffi menggambarkan kelebihan tim yang akan dibawanya.
Basith hanya memegang kepalanya. Dilirik jam ditangannya lagi. Tak lama lagi, seharusnya akan ada laporan dari tim Cisarua. Tentang penemuan mayat, pikirnya.
"Sebaiknya kau cepat bergerak. Nanti keburu terlalu sore sampai di Pasir Arca", Basith berharap kabar penemuan mayat itu baru diketahui Raffi, setelah ia berada di Pasir Arca. Sebab jika ia tahu sejak masih di base camp Cisarua seperti sekarang, bisa jadi Raffi menggagalkan rencana ke Pasir Arca. Dan lebih memutuskan mendaki lewat Cisarua. Dengan alasan kembali mengulang pencarian dan mengurus mayat yang baru ditemukan.
Raffi hanya menatap puncak Pangrango. Sebelum akhirnya terdengar teriakan dari orang-orang. Ternyata kendaraan yang akan membawa Raffi dan tim sudah siap berangkat.
Tepat saat kendaraan yang membawa Raffi keluar dari gerbang. Suasana base camp menjadi heboh, karena laporan penemuan mayat di jalur Pasir Pangrango.

Novel ini telah diterbitkan di google playbooks dalam bentuk ebook. Bagi yang berminat membeli dapat menggunakan alamat situs dibawah ini:

https://play.google.com/store/books/details?id=Tju2DwAAQBAJ

com/store/books/details?id=Tju2DwAAQBAJ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SesatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang