XXIV

34 1 0
                                    

XXIV

Tak percaya rasanya Riko pada matanya sendiri. Basith datang dari kejauhan, dengan dua orang lain. Jelas dua orang lain itu, pendaki gunung juga. Terlihat dari ransel yang dibawa, dan pakaian yang dikenakan mereka. Namun pikirannya sulit menerka. Siapa dua orang, yang kini berjalan dibelakang Basith.
Segera Riko meminta Yusuf menuangkan air panas ke dalam gelas. Sebab siapapun yang datang, pasti mereka membutuhkan kehangatan secepatnya. Dan kehangatan itu bisa mereka dapatkan, melalui air panas.
Ditengah hujan lebat yang belum juga berhenti. Ketiga sosok itu terus berjalan mendekat. Makin lama makin mendekat ke tempat berteduh Riko, Diana dan Yusuf yang serupa gazebo.
Pandangan Diana terus merekam kejadian tersebut. Dengan kameranya, ia kemudian berusaha mengenali sosok yang berjalan bersama Basith.
"Ando. Itu Ando. Aku mengenalinya dari codet di pipi kirinya", ucapan Diana mengagetkan Riko dan Yusuf.
"Ando? Yang benar kau Diana. Coba sini kulihat", ucap Riko penasaran dan merebut kamera ditangan Diana.
"Astaganaga", sontak Riko seperti tak percaya. Kemudian segera berlari menjemput. Menembus hujan, memastikan dari dekat.
Lalu terlihat Riko menyalami mereka bertiga. Tak lama kemudian, mengajak mereka menuju tempat berteduh sementara.
Yusuf yang kemudian paling awal menyalami. Lalu kemudian Diana datang, dengan air panas dalam gelas ditangannya. Memberikan gelas berisi teh manis tersebut, dan kemudian baru memeluk Basith.
Pelukan yang sama sekali tak diduga Basith. Lebih terasa sebagai pelukan antar sesama sahabat. Setelah lama tak berjumpa.
"Apapun itu. Dugaanmu yang tak beralasan itu terbukti benar", bisik Diana sebelum melepaskan pelukannya.
Setelah Diana melepaskan pelukannya. Gantian suara Yusuf yang terdengar, "Jadi bagaimana ceritanya, bagaimana kalian bisa bertemu?".
"Lebih baik kau segera melaporkan hal ini ke base camp. Minta juga mereka segera mengirimkan tim kemari", ujar Basitth.
Riko memandangi Ando dan Ciblek. Kemudian mengeluarkan HT dari ranselnya. Sambil menghubungi base camp, tak lepas kedua matanya terus memperhatikan dua pendaki yang baru ditemukan itu.
Meski terlihat kurang sehat, Ando dan Ciblek tampak serius berbicara dengan Yusuf. Perbincangan terus dilakukan diantara hujan, yang makin lama terasa makin perlahan.  Tak lama langit terlihat mulai membiru. Bercampur dengan jingga matahari sore.
Kecemasan masih memenuhi wajah Ando dan Ciblek. Dengan jelas mereka berusaha menceritakan kronologis kejadian yang menimpa. Mulai dari saat tutun dari puncak Pangrango, hingga mengarah ke punggungan Pasir Pangrango.
"Apa kalian sempat mencium bau busuk diperjalanan?" pertanyaan Diana mengusik hati kami semua.
Cibelek yang kemudian menjawab. Ia sempat mendengar Ando mengatakan seperti mencium bau busuk, seperti telur busuk. Bau itu mereka dapati tak lama setelah melewati ujung leher puncak Pangrango. Tepatnya tak lama setelah memulai jalur punggungan Pasir Pangrango.
Yusuf yang kemudian memberitahu, kalau ia menemukan mayat disana. Yang direspon Ando dengan sangat terkejut. Lalu percaya, setelah ditunjukan foto-foto mayat tersebut, yang ada dikamera Diana.
Kesimpulan Basith terakhir, kedua orang yang tersesat ini, memang tak mengetahui jalur turun melalui Cisarua. Sehingga mereka berjalan terus saat melewatinya. Bahkan melewati mayat dipinggir jalur juga. Meninggalkan kesan hanya berupa bau telur busuk.
Setelahnya mereka memasuki jalur Pasir Arca. Kembali tersesat, karena terbawa ke arah sungai Cisukabirus. Saat itulah mereka mengirimkan pesan terakhir, tentang Ando yang sakit.
Untungnya mereka berhasil cepat melintas turun, mengikuti sungai. Meski terjal, tapi bisa diselesaikan tanpa masalah. Hingga akhirnya bertemu dengan jalur keluar dipinggir sungai. Tak lama menyusuri jalur, baru mereka bertemu Basith.

Novel ini telah diterbitkan di google playbooks dalam bentuk ebook. Bagi yang berminat membeli dapat menggunakan alamat situs dibawah ini:

https://play.google.com/store/books/details?id=Tju2DwAAQBAJ

com/store/books/details?id=Tju2DwAAQBAJ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SesatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang