XLVII

20 0 0
                                    

XLVII

Suara air menderu ketika mereka melewati setengah dari jalur Citeko. Basith paham, suara menderu itu adalah sungai kecil dilembah bagian kirinya. Nanti sungai itu pada akhirnya juga akan berujung di Cisarua. Di sungai belakang rumah pos penjaga air, awal pendakian Cisarua.
Basith tak terlalu khawatir, bila korban ada disekitar sungai itu. Sebab dia tahu, mereka tak akan ada disana. Jadi ketika Riko menyarankan untuk mengecek lagi bagian-bagian lembah yang mencurigakan, Basith agak enggan melakukannya.
Yang ada dipikiran Basith sekarang adalah hujan. Derai tetesan air dari langit, yang selalu datang terlalu lebat. Setelah mereka menemukan mayat itu. Hujan yang juga datang sebelum mereka menemukan orang gila.
Tanda-tanda yang tak pernah diperhatikan Basith sebelumnya. Walau ia belum mengerti apa yang terkandung didalamnya. Namun petikan ingatan itu membuatnya penasaran.
Pikiran Basith segera melayang-layang. Ia harus mengumpulkan tanda-tanda. Sebab mungkin tanda-tanda itu yang akan mengarahkannya melakukan sesuatu. Melakukan hal-hal yang seharusnya dia lakukan. Tindakan-tindakan yang bisa menjadi kunci. Pembuka jalan menuju hari berikutnya yang berbeda.
"Base camp mempertanyakan, mengapa kita mengarah ke Citeko?", ucap Riko setelah mengadakan kontak dengan base camp.
"Tolol. Memang bukti-bukti mengarah kesini. Sepertinya mereka meragukan kemampuan kita", umpat Basith.
"Sepertinya memang kita mengarah terlalu jauh dari lokasi korban", suara Riko terdengar kesal.
Memang tak ada tanda-tanda sama sekali mengenai keberadaan kedua korban tersebut. Bahkan tak ada sama sekali jejak kaki baru. Sepertinya memang tak ada orang yang pernah melewati jalur ini sebelumnya.
"Apa mungkin mereka melewati jalur ini dengan melayang?", ucap Yusuf meracau, setelah Riko memaparkan tak ada bukti jejak kaki tersebut.
"Jadi apa kalian mau kembali ke atas?", Basith berkata sambil menyunggingkan senyum mengejek.
"Bukan masalah kembali ke atas. Tapi kita sudah salah perkiraan", sesal Riko.
"Lebih baik kita teruskan saja ke bawah. Sudah terlambat untuk kembali ke atas. Setidaknya kita sudah menyusuri jalur kemungkinan ini", usul Diana.
"Meskipun terasa seperti keputusan bodoh", imbuh Riko.
"Meskipun terasa sebagai keputusan bodoh", ulang Diana dengan memegang rambutnya. Kemudian ia menatap Basith, ingin meminta pertanggungjawaban darinya.
"Tak ada yang perlu disesali. Kadang kita memang mengambil keputusan bodoh", tangkis Basith tak mau dipersalahkan.
Dengan perasaan tak menentu, mereka meneruskan pencarian di jalur tersebut. Dibawah hujan lebat yang terus mendera, dengan semua rasa kebodohan dikepala.
Sampai akhirnya mereka melihat antena stasiun penelitian Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika di Citeko. Ujung-ujung menara komunikasi dan alat penelitian instansi negara itu tampak mencuat tinggi ke angkasa.
"Akhirnya kita benar-benar menjadi yang terbodoh, dari semua tim pencari yang ada", keluh Riko.
Ucapannya itu sangat beralasan. Karena tiba-tiba terdengar kabar dari base camp. Kedua korban tersesat sudah ditemukan di jalur Pasir Arca.
Riko memukul-mukul kepalanya. Menyesali keputusannya mengikuti Basith ke Citeko. Padahal nalurinya sudah mengarahkan ke Pasir Arca. Sebab punggungan itu yang paling mungkin menjadi sasaran korban untuk turun. Karena terletak di daerah setelah pertigaan Cisarua.
Riko menatap Basith dengan perasaan serba salah. Satu sisi ia masih yakin, Basith adalah profil yang selama ini selalu bisa diandalkan. Di sisi lain, kini ia melihat Basith sebagai seorang yang sama sekali tak berkualitas, dalam urusan mendaki gunung.
Tapi Basith sepertinya tak peduli dengan semua anggapan tersebut. Ia malah sibuk kasak-kusuk mencari makanan. Bahkan ia menggunakan HT, meminta agar tim base camp menyediakan makan untuk dia.
Setelah itu Basith tertidur. Tak perduli, sambil menunggu jemputan untuk mereka. Dalam tidurnya mereka sempat mendengar Basith mengigau. Igauan yang terdengar konyol di telinga, karena Basith terdengar seperti sedang bersenggama. Entah dengan siapa.

Novel ini telah diterbitkan di google playbooks dalam bentuk ebook. Bagi yang berminat membeli dapat menggunakan alamat situs dibawah ini:

https://play.google.com/store/books/details?id=Tju2DwAAQBAJ

com/store/books/details?id=Tju2DwAAQBAJ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SesatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang