XLII

23 0 0
                                    

XLII

Perasaan kesal di hati Diana belum juga berkurang. Udara sejuk pegunungan tak juga menentramkan hatinya. Masih saja hatinya merasa kesal, bila mengingat kejadian di rumah penjaga air tadi.
Tak habis pikir Diana mengira. Sebab apa Basith melakukan kekonyolan serupa itu. Niat bercanda yang terlalu berbahaya, pikir Diana.
Sambil menunggu yang lain mendaki, Diana masih saja memikirkan hal tersebut. Riko yang memperhatikan juga tak terlalu dihiraukan. Pikirannya berpusat pada Basith yang berjalan di posisi paling belakang rombongan. Dan kini mereka berpisah agak jauh, karena Basith dan Yusuf harus mengecek dulu beberapa titik menuju lembah yang mencurigakan.
"Aku tak yakin Basith akan kembali normal hari ini. Pasti ada lagi ulahnya nanti", ucap Diana yang melihat gerakan Riko menghampirinya.
Riko hanya mengangkat bahu. Sudah cukup lama ia mengenal Basith. Harus diakui, baru kali ini ia melihat Basith yang seperti ini. Konyol, tak jelas dan cenderung tak bertanggung jawab.
"Apa kau masih kesal, karena ia melemparkan ular tadi?", tanya Riko menebak.
"Siapa yang tak kesal. Sudah tahu aku paling jijik dengan ular. Dia malah ngaco begitu", ucap Diana.
"Setidaknya kita masih membutuhkan pengalamannya di gunung, untuk membantu pencarian ini", tukas Riko masih berusaha membela Basith.
"Kalau jadinya malah ngaco sih, mending tidak usah", sanggah Diana.
Basith dan Diana memang dua profil yang tak jauh berbeda. Sebenarnya dulu Riko berpikir, mereka pasangan yang sangat serasi. Tapi karena kekerasan hati keduanya, membuat mereka tak bisa menyatu.
Karena alasan itu juga, Riko berpikir tak perlu menghiraukan ketegangan yang ada. Mereka berdua memang seperti kucing dan tikus yang selalu berkelahi. Jadi seharusnya memang tak ada yang perlu dikhawatirkan.
Disaat Riko asyik dengan pikiran-pikirannya, dari kejauhan terdengar suara panggilan-panggilan. Teriakan-teriakan yang memanggil nama korban tersesat. Namun diselingi dengan nada-nada bercanda. Sebab mereka memanggilnya seperti sedang bernyanyi.
"Memang geblek si Basith ini. Mengapa pula Yusuf ikut-ikutan juga", gerutu Riko.
Diana hanya memegang kepalanya. Dia makin merasa tak tahan dengan semua kekonyolan ini. Ingin rasanya segera melabrak Basith, dan menyemburlan semua sumpah serapah yang ada dikepalanya.
Namun saat Basith dan Yusuf muncul dihadapan mereka. Betapa terperangah Riko dan Diana. Basith dan Yusuf memenuhi bagian kepala, tubuh dan ranselnya dengan dedaunan. Seperti tentara yang sedang menyamar.
Kekonyolan macam apa lagi ini, pikir Diana ingin segera berteriak marah.
"Siappp !!! Pasukan tak menemukan korban tersesat", Basith berkata setelah memberikan sikap hormat.
"Basithhh !!! Apa kau sudah gila. Buat apa pakai segala macam dedaunan seperti itu?", tanya Diana dengan gemas.
"Siappp !!! Agar tak diketahui musuh", jawab Basith seperti bercanda.
"Musuh? Gila. Memangnya kita sedang berperang?", sahut Diana merasa diremehkan.
"Siappp !!! Gila. Memang banyak orang gila di gunung ini", Basith kembali menjawab sambil nyengir.
"Sinting". Diana melempar botol air yang dipegangnya. Kemudian bergerak mendekati Basith.
"Aku sudah bosan dengan kelakuanmu. Sebenarnya apa maumu? Kalau sudah tak ingin mencari, tinggal bilang saja. Kau bisa segera turun ke bawah", omel Diana.
"Siappp !!! Lanjutkan saja. Korban menunggu untuk ditemukan".
Riko tertawa mengikik melihat kejadian itu. Tak menyangka Basith bisa melakukan perbuatan sekonyol itu. Dan sekarang ia seperti menonton adegan yang tak masuk di akal, seperti dalam sinetron. Adu mulut antara seorang tentara gadungan dan singa betina yang sedang marah.
"Ahhh...mana bisa orang gila mencari orang tersesat", kembali Diana mengoceh. Mukanya kelihatan mulai memerah.
"Siappp !!! Lebih baik kita mencari orang gila yang tersesat saja", balas Basith.
Disambut gelak tertawa Riko, yang sudah tak mampu menahannya. Yusuf yang sedari tadi terdiam, juga jadi ikut tertawa.
"Kita cari orang gila dimana Basith?", timpal Riko.
"Siappp !!! Ada di tikungan depan".
Memang sudah sinting, pikir Riko. Lalu mulai bergerak mengambil ranselnya.
"Aku pergi duluan. Kalian istirahat dulu saja", saran Riko. Kemudian mulai bergerak mendaki. Baru sebentar mendaki, terdengar teriakan Riko.
Basith segera tahu, kalau Riko sudah menemukan orang gila itu.

Novel ini telah diterbitkan di google playbooks dalam bentuk ebook. Bagi yang berminat membeli dapat menggunakan alamat situs dibawah ini:

https://play.google.com/store/books/details?id=Tju2DwAAQBAJ

com/store/books/details?id=Tju2DwAAQBAJ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SesatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang