XX

32 2 0
                                    

XX

Belum pernah Yusuf merasa sangat ingin kencing seperti sekarang. Bukan diwaktu yang tepat sebenarnya. Saat mereka sedang melaju, melintas jalur Pasir Pangrango, menuju Pasir Arca.
Yusuf mengutuk dalam hati. Kenapa ia tidak dari tadi saja buang air kecil. Sesudah makan dan sebelum bergerak seperti sekarang. Sebab rasanya canggung, meminta yang lain untuk berhenti, disaat kondisi tubuh sudah mulai panas seperti ini.
Tapi rasa ingin itu seperti sudah diujung kepala. Tinggal menunggu muntahnya saja. Sementara berusaha menahannya, sama saja dengan cari penyakit. Dan memang tak ada yang lebih baik, daripada melepaskannya saja.
Masalahnya sekarang, Yusuf menjadi orang terdepan dalam barisan. Riko dan Basith sepakat menaruh Yusuf didepan. Karena dia yang paling tak berpengalaman di jalur itu. Harapannya agar Yusuf lebih cepat paham, pada kondisi jalur. Sementara resiko tersasar lagi, sebenarnya sangat minim terjadi. Mengingat Riko dan Basith selalu menyertai dibelakang.
Ketika Yusuf akhirnya mengangkat tangan mengepal. Memberi kode agar berhenti sebentar, membuat Basith dan Riko bertanya-tanya.
Mereka baru saja mulai berjalan. Belum ada sepuluh menit. Ada apa gerangan? yang membuat Yusuf memutuskan untuk berhenti.
Awalnya Basith berpikir ada halangan berupa semak tebal, atau batang pohon melintang yang menghalangi jalur. Hingga membuat Yusuf membutuhkan waktu untuk melewatinya.
"Tunggu sebentar, aku ingin kencing", suara Yusuf seperti terdengar menahan sesuatu.
Riko menepuk jidatnya. Tertawa menahan senyum. Turut bersimpati, karena pernah merasakan hal yang sama. Sementara Diana, lebih memilih duduk diam. Seperti mengatur energi. Mungkin karena berpikir akan menempuh perjalanan cukup jauh, disisa hari ini.
Hanya Basith yang merasa berat hati. Melihat tubuh Yusuf menembus rerimbunan disisi kanan jalur. Sebab ia tahu, akan makin banyak waktu terbuang percuma. Namun setelahnya Basith merasa pasrah. Menyadari tak ada yang bisa dirubah, segala yang pernah terjadi sebelumnya.
Benar saja, tak lama teriakan Yusuf terdengar. Membuat kaget semua orang. Serentak semua segera memburu ke arah Yusuf. Mencari tahu penyebab teriakan Yusuf.
Mereka mendapati Yusuf berdiri dengan wajah panik. Ia tampak berjalan mondar-mandir. Tangannya menunjuk ke sebuah arah. Dimana ketika mata menoleh ke arah itu, tampak sesosok mayat telentang terbujur kaku.
Sesosok mayat yang serupa, seperti yang dilihat Basith hari sebelumnya. Telentang dengan kaki terangkat ke atas. Kepalanya mendongak, dan bola mata hilang berganti belatung.
Pakaian yang dikenakan mayat itu juga masih sama. Bercelana hitam dan berkaus gelap. Kaus itu tampak tersingkap dibagian perutnya. Memperlihatkan kulit perut yang mengeluarkan lendir, dan mulai agak gemuk.
Diana yang kemudian terlihat agak shock melihat mayat itu. Di otaknya berkeliaran berbagai macam asumsi tentang asal-usul mayat, dan penyebab kematiannya. Namun yang paling menjengkelkan, ingatan tentang kejadian yang menimpa Basith. Yang sialnya menurut Diana, selalu tepat sama seperti yang akan terjadi kemudian.
"Tak ada apapun yang dapat kita lakukan untuk mayat ini. Selain mendokumentasikan fotonya dan menentukan posisi terakhir", saran Basith termangu.
Kali ini meski tanpa disuruh, Diana langsung mengeluarkan kamera dari dalam ranselnya. Kemudian mengambil foto kondisi mayat, dari berbagai sudut berbeda.
Sementara Riko menghubungi base camp untuk mengabarkan penemuan tersebut. Setelah Yusuf bisa menguasai diri, ia kemudian segera menentukan titik geografis penemuan mayat tersebut.
"Iya..iya. Kau catat saja posisi penemuan mayat itu. Kalau bisa segera kirim tim kesini untuk mengurusnya. Kami segera bergerak lagi mencari Ando dan Ciblek", urai Basith melalui telepon genggam satelit. Ia baru saja berbicara dengan Didi, seperti sebelumnya.

Novel ini telah diterbitkan di google playbooks dalam bentuk ebook. Bagi yang berminat membeli dapat menggunakan alamat situs dibawah ini:

https://play.google.com/store/books/details?id=Tju2DwAAQBAJ

com/store/books/details?id=Tju2DwAAQBAJ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SesatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang