XIX

30 2 0
                                    

XIX

Puncak Pangrango berdiri kukuh dikejauhan. Kabut menutup tipis punggungan-punggungannya. Menjadikan warna hijau hutan, berubah memutih.
Diana menatap puncak itu sekali lagi. Seperti tersisa hanya dari leher menuju kepala. Menanjak tanpa jeda, tak menyisakan sedikitpun tempat datar hingga ke puncak.
"Apa kau pernah ke puncak Pangrango dari sini?" Diana bertanya sambil terus menatap puncak.
"Kau belum pernah? Enak mendaki ke puncak Pangrango dari sini. Paling lama dua jam sampai ke puncak. Mendaki terus, sedikit tempat buat istirahat. Tapi hutannya alami sekali. Bersih, mungkin karena sedikit pendaki yang lewat sini. Beda dengan jalur Cibodas atau Gunung Putri", urai Basith.
"Apa ada kemungkinan orang tersasar, dari arah puncak kesini?" Diana bertanya dengan halus. Berusaha mengembalikan pada tujuan mereka berada di gunung ini.
"Hampir tak mungkin. Selama mereka tepat menemukan jalur turun. Setelahnya lintasan pasti akan membawa mereka kesini. Kemungkinan sesat hanya ada di sebelum pertigaan ini. Sebab ada pertigaan serupa menuju ke jalur Citeko", papar Basith, menceritakan itu semua diluar kepala. Seperti menghafal saja.
"Berarti seharusnya kita mencari juga ke jalur Citeko?"
Basith menatap kompor, dengan panci kecil berisi beras yang sedang dimasak. Kemudian mengusapkan kedua telapak tangan, berusaha mengusir dingin.
"Tak perlu. Aku yakin sekali mereka ada di Pasir Arca", ucap Basith masih berkutat dengan apa yang dirasakannya, tentang pengulangan hari.
Diana terdiam. Menyesali, karena topik pembicaraan kembali pada diri Basith. Diana bukan tak peduli pada apa yang dialami Basith. Namun situasi dan kondisi menurutnya tak mendukung. Sasaran utama mereka adalah mencari Ciblek dan Ando. Dan itu harus dilakukan bukan berdasarkan perasaan, atau pengalaman aneh yang pernah dirasakan seseorang.
"Bagaimana kalau kali berikutnya dugaanmu salah? Lagipula bukannya kita harus mencari sesuai dengan prosedur standar pencarian orang hilang di gunung? Bukan berdasarkan feeling atau pengalaman aneh saja", akhirnya Diana mengeluarkan uneg-uneg dikepalanya.
Dengan tawa kecil Basith merespon ucapan Diana. Dia tahu, perempuan itu masih saja tak percaya padanya.
"Sampai saat ini sudah lebih dari limapuluh persen semua kejadian hari ini sama dengan hari kemarin. Bahkan ketika aku berusaha merubahnya, tetap saja garis besar kejadian tetap seperti sebelumnya. Tadi, bukan sembarangan bahkan aku melarang Riko dan Yusuf mencari ke lembah. Aku ingin melihat apa mungkin bisa merubah semua kejadian ini. Sebab, kalau Yusuf dan Riko suudah bersama kita sekarang. Mungkin kita bisa lebih cepat mencari Ando dan Ciblek, di Pasir Arca. Tapi kenyataannya, kau lihat sendiri. Mereka tetap memutuskan ke lembah, dan membuat kita menunggu disini. Sama seperti sebelumnya. Harus makan siang dulu, baru setelah itu mengarah ke Pasir Pangrango. Dan menemukan mayat itu lagi", urai Basith panjang lebar.
"Tetap tak menjawab pertanyaanku. Kita mencari tak sesuai prosedur. Segala hal bisa saja terjadi", sanggah Diana.
"Apa yang tak sesuai prosedur? Semua yang dilakukan hari kemarin, sama seperti hari ini. Hari kemarin seingatku sudah sangat sesuai dengan prosedur. Kalau hari ini kita melakukan hal yang sama dengan hari kemarin, berarti kita sudah sesuai prosedur juga", balas Basith mengeluarkan argumentasinya.
"Tapi kau memasukan hasil perasaan-perasaan dan pengalaman-pengalaman anehmu. Membuat semua ini menjadi seperti tak yang diharapkan", Diana mengucapkan itu dengan menghentakan kaki. Seperti anak kecil yang sedang kesal.
"Kita seharusnya bersyukur. Karena diberikan kesempatan seperti ini. Kesempatan kedua. Kesempatan kita bisa menyelamatkan dua orang pendaki yang tersesat itu. Atas dasar itu juga aku tetap mencari sekarang. Ketimbang memutuskan pulang, dan hanyut dalam kebingungan. Sebab setidaknya, aku sekarang bisa menyelamatkan dua pendaki itu", Basith berkata berusaha meyakinkan Diana.
Perempuan itu kembali menatap puncak Pangrango. Pandangannya menerawang. Terasa sulit baginya memahami lelaki didekatnya itu kini. Frustrasi itu makin hebat, tatkala menyadari ia telah kalah dalam berargumentasi. Diantara kebekuan yang tercipta, suara Yusuf dan Riko terdengar dari arah Cisarua.
"Hooiii..sisakan makanan buat kami", teriak Yusuf. Yang sebentar kemudian muncul sosoknya dari balik pohon. Diikuti dengan tubuh Riko dibelakangnya.
Selesai melempar ranel, mereka segera bergabung diatas selembar fly sheet yang dijadikan alas duduk. Dengan langit membentang diatas kepala, mereka mulai menyantap makanan bersama.
Riko menatap Diana dan Basith bergantian. Sebelum menyendokan nasi ke dalam piring. Pikirannya mencoba menerka apa yang terjadi. Namun hatinya merasa pesimis, karena melihat muka kusut Diana.
"Apa kita akan melakukan evaluasi?" suara Riko memecahkan kesunyian. Matanya menatap ke arah Basith.
Sambil mengunyah, Basith terlihat berpikir. Bola matanya melihat ke atas, setelah baru saja menelan suapan nasi pertama. "Kupikir tak perlu, laporkan saja apa yang sudah kita lakukan ke base camp. Selain juga rencana kita berikutnya", ucap Basith tegas. Seperti berusaha menghapus ketidakyakinan di hati teman-temannya.
"Memang rencana kita selanjutnya apa?" tanya Riko.
"Kita langsung ke Pasir Arca", jawab Basith.
"Heh...tunggu dulu. Kalau kau memang yakin dengan kejadian yang menimpa dirimu kemarin dan hari ini, bagaimana dengan mayat yang kemungkinan akan kita temukan nanti?" Riko bertanya dengan nada tak yakin.
"Kita tinggalkan mayat itu. Aku yakin, kesempatan ulang yang diberikan ini adalah untuk menyelamatkan Ando dan Ciblek di Pasir Arca".
Mendengar keputusan itu, Diana hanya menundukan kepalanya. Makin berat hari rasanya.

Novel ini telah diterbitkan di google playbooks dalam bentuk ebook. Bagi yang berminat membeli dapat menggunakan alamat situs dibawah ini:

https://play.google.com/store/books/details?id=Tju2DwAAQBAJ

com/store/books/details?id=Tju2DwAAQBAJ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SesatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang