XXXIV

28 0 0
                                    

XXXIV

Gelombang pertanyaan makin hebat, ketika isu penemuan mayat mulai menyebar. Para jurnalis bahkan mulai merangsek masuk base camp. Melewati garis batas yang sudah dibuat.
Terpaksa, untuk mengurangi dampak buruk dari pemberitaan yang mungkin muncul, dijanjikan akan digelar konferensi pers sore itu juga.
Konferensi pers yang menurut Basith akan sia-sia saja. Sebab menurut perhitungannya, beberapa jam ke depan, kalau semua tak berubah, maka korban akan ditemukan.
Basith berpikir keras untuk menggagalkan konferensi pers tersebut. Atau setidaknya menahan hingga berita korban yang ditemukan disampaikan.
Diluar, hujan teramat deras masih saja terjadi. Membuat banyak wartawan yang baru tiba masuk villa dengan baju basah.
"Berikan saja fasilitas untuk mereka membersihkan badan. Lalu hidangkan makanan. Setidaknya itu bisa membuat mereka sementara tenang", saran Basith.
"Mau sampai seberapa lama menahan mereka?", imbuh Didi.
"Sampai menjelang maghrib. Semua akan terjawab waktu itu. Kalau setelah itu mau konferensi pers, silahkan saja", ucap Basith lagi.
Sementara Didi berpikir. Untuk apa menahan informasi sampai maghrib. Sekarang sudah menjelang pukul tiga sore. Lagipula setidaknya ada informasi mengenai data diri korban, beserta rencana-rencana yang mereka tinggalkan. Selain itu, bisa juga dipaparkan mengenai rencana yang sudah dijalankan. Sehingga tak perlu menjadi polemik seperti sekarang.
"Terserah. Kalau kau ingin mengikuti saranku, itu lebih baik", kata Basith seperti bisa membaca pikiran Didi.
"Aku pertimbangkan baik-baik saranmu. Sejauh ini aku juga menunggu pendapat dari kepala taman nasional", jawab Didi. Tangannya kemudian sibuk memencet tombol telepon genggam. Mencoba menghubungi kepala taman nasional.
Saat Didi menelepon, Basith pergi meninggalkannya. Ia menuju sebuah kamar kosong, dan mencoba tidur disana. Basith mencoba meninggalkan pikiran-pikiran yang mengganggunya hari itu. Memutuskan menyerahkan semua pada takdir.
Sebentar memejamkan mata, Basith langsung tertidur. Dalam mimpinya ia telah berada di rumah. Di beranda balkon rumah, sedang menikmati kopi pagi.
Suasana pagi yang berbeda, karena tak ada orang yang hilir mudik. Jalanan di depan rumah terlihat lengang. Biasanya, jalanan itu ramai dengan orang-orang. Lari pagi, berjualan, jalan kaki, berangkat kerja.
Penasaran, Basith turun menuju jalanan. Diikutinya jalan aspal itu. Melewati rumah-rumah tetangga, yang juga tampak kosong. Sejauh-jauhnya ia berjalan, semua terlihat kosong. Sepertinya tak ada lagi orang di bumi ini. Selain dirinya sendiri.
Masih penasaran, ia menuju pasar. Sebab biasanya disana orang-orang ramai berjualan. Tapi kembali, tak ada siapapun disana. Los-los pasar melompong tanpa ada siapapun. Makin masuk ke dalam, kian sepi. Di los daging, hanya ada bau amis tertinggal. Di los sayuran, tersisa serpihan daun-daun busuk. Di los pakaian, toko-toko tutup. Menyembunyikan misteri didalamnya.
Ditinggalkannya pasar. Menuju sekolah-sekolah, yang mungkin sudah akan pulang siswanya. Tapi tak ada kesibukan mengajar juga disana. Kelas-kelas kosong tanpa penghuni. Hanya Basith sendirian, tak mengerti.
Sampai kemudian terdengar suara-suara memanggil. Namanya yang dipanggil. Kelamaan panggilan itu makin terdengar keras. Sampai terasa seperti tak jauh dari telinganya. Teriakan yang membuat kupingnya pekak, dan membuatnya memejamkan mata.
Saat ia membuka matanya lagi, kembali ia sadari masih berada di villa Cisarua. Ada orang yang memanggil namanya dari luar kamar. Ia bangun, kemudian menghampiri asal suara itu. Ditemukannya seorang berpenampilan pendaki gunung sedang mencarinya. Lelaki itu mengatakan kalau ia ingin menyampaikan pesan dari Raffi. Katanya Raffi sudah menemukan dua korban tersesat di Pasir Arca.

Novel ini telah diterbitkan di google playbooks dalam bentuk ebook. Bagi yang berminat membeli dapat menggunakan alamat situs dibawah ini:

https://play.google.com/store/books/details?id=Tju2DwAAQBAJ

com/store/books/details?id=Tju2DwAAQBAJ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SesatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang