XXIII

36 1 0
                                    

XXIII

Basith menatap jalan setapak dikanan tubuhnya. Jalur itu mengingatkannya pada trek menuju ke Cisukabirus. Jalur itu seingatnya akan berbelok ke kiri kanan mengikuti punggungan. Pada akhirnya jalur akan menemui sungai Cisukabirus.
Sungai itu sendiri memiliki tempat tersendiri dikepala Basith. Pernah dua kali ia menyambangi sungai kecil itu. Pertama saat mengantarkan yunior-yuniornya latihan navigasi darat. Kedua saat ia nekat ingin mendaki sendiri ke puncak Pangrango, melalui jalur Pasir Arca.
Pada pengalaman pertama, Basith sebenarnya tak secara sengaja menemui sungai Cisukabirus. Awalnya mereka ingin berlatih peta dan kompas saja. Lalu seingat Basith dipertigaan ini, arah mengecoh menuju puncak. Sehingga sebagian besar anggota tim mengikuti arah itu. Hasilnya, selama dua hari mereka hanya berkutat dilembah. Semakin jauh ke dalam, semakin sulit jalur mendaki menuju puncak. Sampai akhirnya menyerah dan kembali ke jalur awal.
Kesempatan kedua, Cisukabirus malah membuat Basith merinding. Karena ketika dia nekat mendaki seorang diri,
tak sengaja mendengar cerita penduduk sekitar. Kalau mereka pernah menemukan mayat di sungai Cisukabirus. Mayat yang tersangkut pada dahan pohon. Sepertinya mayat itu merupakan pendaki, yang dikabarkan tersesat beberapa hari sebelumnya.
Namun konyolnya, tetap saja ia terkecoh dan masuk ke sungai Cisukabirus, pada pengalaman kedua. Untung ia berhasil keluar dari lintasan sungai, yang seperti perangkap tersebut.
Karena kedua pengalaman tersebut, membuat Basith tak merasa terlalu asing, dengan suasana disekitar sungai Cisukabirus. Temasuk pertigaan jalan setapak, yang kini berada dibagian kanan tubuhnya. Jalan setapak itu terlihat tertutup kabut. Tak jelas melihat kejauhan, karena hujan terus turun.
Basith termangu dipertigaan itu. Ketiga rekan yang tadi menemaninya, sudah melaju lebih dulu ke depan. Sedari tadi mereka memang tampak tergesa-gesa turun. Mungkin mengejar keinginan mencapai desa terdekat dalam waktu secepatnya. Agar bisa melepaskan diri dalam siksaan hujan yang terus mendera.
Namun, hati Basith berkata lain. Seperti ada sesuatu yang menahannya untuk terus berjalan. Seperti ada benda berat yang menahan langkah kakinya. Membuat tubuhnya berhenti dipertigaan tersebut.
Hatinya sekarang bimbang. Terbersit pikiran dikepalanya untuk menembus jalur itu. Menuju ke Cisukabirus, untuk menjawab penasaran hatinya. Sebentar ia berpikir diantara kebimbangan hatinya. Sampai akhirnya, matanya menangkap sosok bergerak. Sosok yang melangkah terburu-buru, dari arah jalur yang menuju sungai Cisukabirus. Kelamaan, sosok itu terlihat makin jelas. Diikuti sosok kedua dibelakangnya.
"Andddooo..!!! Cibleeekkk...!!!", teriak Basith saat sosok itu tambah mendekat.
Tak ada jawaban. Kembali Basith memanggil memastikan.
"Hoiii..!!!", teriak salah satu dari dua sosok asing itu.

Novel ini telah diterbitkan di google playbooks dalam bentuk ebook. Bagi yang berminat membeli dapat menggunakan alamat situs dibawah ini:

https://play.google.com/store/books/details?id=Tju2DwAAQBAJ

com/store/books/details?id=Tju2DwAAQBAJ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SesatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang