XXIX

33 0 0
                                    

XXIX

Kantor taman nasional tak terlihat ramai. Hanya ada beberapa pegawai tampak mondar-mandir. Ada seorang penjaga yang kemudian menerima Didi dan Basith. Menanyakan maksud dan tujuan kedatangan. Kemudian menunjukan arah ruangan, dimana niat mereka bisa segera direspon.
Seorang lelaki dengan kumis tebal, yang kemudian menerima mereka diruangan itu. Dari tulisan didadanya, Basith mengenal petugas itu bernama Agus Suparman.
"Kami menghargai niat anda, melaporkan kejadian itu kesini. Memang sudah menjadi ranah kerja kami, untuk urusan pencarian seperti ini", tukas Pak Agus, setelah mengecek keberadaan surat-surat dokumentasi perjalanan kedua rekan yang hilang itu, di arsip milik taman nasional.
"Apa bisa proses pencarian secepatnya dilakukan Pak Agus?", tanya Didi cemas.
Lelaki yang ditanya, kembali melihat arsip. "Menurut prosedur. Dua hari setelah hari terakhir rencana mereka turun, bila tak juga kembali baru operasi pencarian bisa dilakukan", jelasnya.
"Bagaimana bila ada kiriman pesan darurat?".
"Apalagi dengan adanya pesan darurat. Tanpa menunggu dua hari itu, seharusnya segera direspon. Karena menyangkut nyawa manusia", jawab Pak Agus.
Basith memperhatikan ke sekeliling ruangan. Mungkin ada orang-orang yang ia kenal. Beberapa pegawai lain, yang tampak serius didepan meja kerja mereka.
"Baiklah. Kalian isi formulir ini. Formulir laporan pendaki yang dianggap hilang atau tersesat. Dengan bukti laporan ini, kami bisa segera mengajukan adanya operasi pencarian kepada kepala taman nasional", ujar Pak Agus sambil menyodorkan selembar kertas rangkap dua kepada Didi.
Setelah melihat isi arsip itu, kemudian Didi mulai menuliskan hal-hal yang perlu didalamnya. Sambil menunggu Didi selesai mengisi formulir, iseng Basith bertanya pada Pak Agus.
"Apa Pak Agus kenal dengan Raffi? Terakhir ia menjadi volunter di taman nasional ini".
"Raffi yang rambutnya panjang? Orangnya tinggi kurus?", balik tanya Pak  Agus.
"Iya benar. Seperti itu. Dimana dia sekarang?".
"Ooh...dia biasanya ada di rumah singgah untuk volunter. Itu rumahnya diseberang kantor taman nasional, dekat lapangan golf", urai Pak Agus.
Usai Pak Agus menjelaskan keberadaan Raffi, Didi ternyata sudah selesai juga mengisi formulir. Kemudian memberikan formulir terisi itu kembali kepada Pak Agus.
"Oke, kalian bisa menunggu sebentar. Saya akan menghadap kepala taman nasional. Meminta persetujuannya untuk segera menggelar operasi SAR", imbuh Pak Agus mulai bergerak meninggalkan meja.
Setelah Pak Agus pergi, Basith mengajak Didi keluar sebentar. Mereka segera menuju ke rumah singgah untuk volunter taman nasional.
"Untuk apa mencari Raffi?", tanya Didi agak bingung.
"Sudahlah, kau tenang saja. Ia pasti akan berguna untuk membantu kita mencari keponakanmu itu. Kita masih memerlukan banyak regu pencari", kata Basith yang berjalan cepat.
Rumah singgah volunter berdiri dengan asri. Rumah kayu dengan kebun berbagai tanaman didepannya. Ada sebuah jalan batu, yang mengantar langkah kaki hingga mencapai depan rumah.
Mereka kemudian melewati tiga anak tangga. Sebelum akhirnya menginjak beranda rumah. Suasana didalam rumah terasa sepi sekali. Tak ada gerakan orang didalamnya.
"Assalamualaikum", berulang kali Basith mengucap kata-kata salam, untuk memanggil orang didalam rumah. Setelah panggilan kelima, terdengar suara dari belakang rumah. Tak lama terdengar suara langkah kaki mendekati pintu depan. Dari dalam rumah keluar seorang lelaki, dengan rambut terkuncir sebahu.
"Bro Raffi, sibuk sekali sepertinya", sambut Basith melihat orang itu.
Yang dipanggil melihat Basith sesaat. Kemudian senyumnya melebar. "Basith, pendaki legendaris yang selalu melapangkan rezeki", ucap pria bernama Raffi itu.
Basith tersenyum mendengar balasan sapaan dari Raffi. Teringat saat pertamakali mereka bertemu. Hanya Raffi yang bisa menerangkan makna nama Basith. Sebab nama menurut Raffi tidak sembarangan diberikan. Ada guratan nasib didalamnya. Mungkin kita berpikir orangtua hanya sekejap saja memikirkan sebuah nana untuk anaknya. Tapi ada pesan Tuhan yang dititipkan pada nama yang diilhami orangtua. Dari nama itu tersimpul nasib anak yang telah digariskan. Dan Basith adalah salah satu nama Allah, yang berarti maha melapangkan. Termasuk melapangkan rezeki, begitu penjelasan Raffi. Hingga sampai sekarang, Raffi mengenang Basith karena arti nana itu.
"Aku ada pekerjaan untukmu", kata Basith kemudian. Yang dibalas anggukan kepala Raffi, karena makin yakin dengan arti nama Basith.
"Sepertinya penting sekali. Ada apa memangnya?", respon Raffi berusaha ikut serius. Kemudian mereka duduk bersama di lantai kayu beralas tikar.
"Keponakan temanku ini, sudah dua hari belum turun gunung dari rencana yang dijadwalkan. Sempat juga kirim pesan darurat. Kau harus membantuku mencarinya", urai Basith.
"Apa kau sudah melaporkan ke petugas taman nasional?".
"Barusan kami ke kantor taman nasional. Minta agar operasi SAR segera dilakukan. Apa orang-orangmu cukup banyak, untuk membantu kami?".
"Volunter yang lain bisa dihubungi, kalau memang ada keadaan darurat. Biasanya ada saja yang bisa cepat datang membantu", ucap Raffi, mulai melihat-lihat telepon genggamnya.
Kemudian Basith menyodorkan data-data korban, serta semua catatan yang ada. Raffi membacanya dengan seksama. "Mereka akan turun di Cisarua", kalimat itu satu-satunya yang keluar dari mulut Raffi.
"Oh ya, kami sudah mengirimkan tim pencari ke Cisarua tadi pagi. Itu tim pertama yang mencari", ungkap Basith.
Raffi memandangi Basith, setelah mendengar jawaban itu. Kemudian ia seperti berpikir kembali. "Oke. Tapi masih ada kemungkinan mereka turun di jalur yang salah", balas Raffi.
"Apa kau punya orang untuk mengecek beberapa jalur turun lain, yang mungkin mereka lalui?", kali ini Didi yang menyela.
"Sulit mengerahkan banyak orang dalam waktu cepat. Paling cepat hanya untuk satu tim pencari", perkiraan Raffi.
"Kirimkan tim itu ke arah Pasir Arca", tiba-tiba Basith berkata.
"Mengapa kesana?", tanya Didi.
Basith terdiam. Mencari alasan yang tepat, agar kedua orang didepannya tak curiga. "Campuran antara feeling dan logika. Kalau mereka tak turun di Cisarua, punggungan turun berikutnya adalah Pasir Arca", jawab Basith setelah berpikir cepat.
Alasan yang tepat, pikir Basith. Dan semua akan berjalan sesuai dengan yang ia ketahui. Tanpa harus menjelaskan hal-hal yang tak masuk akal pada kedua orang ini.
Namun firasat Raffi lebih kuat. Ia melihat hal-hal yang janggal dalam diri Basith. "Sepertinya kau bisa melihat masa depan", gumam Raffi.
Hanya dibalas Basith dengan tatapan mata. Nanti akan kujelaskan, jauh dalam hati Basith menyampaikan pesan tatapan mata itu kepada Raffi.

Novel ini telah diterbitkan di google playbooks dalam bentuk ebook. Bagi yang berminat membeli dapat menggunakan alamat situs dibawah ini:

https://play.google.com/store/books/details?id=Tju2DwAAQBAJ

com/store/books/details?id=Tju2DwAAQBAJ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SesatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang