14

466 56 27
                                    

Dajia Hao!!

Thanks buat yang uda vote.











A
R
I
G
A
T
O
U

Minasan!

Saya berusaha jadi penulis yang baik, agar pembacanya juga baik. :)





























Hani menatap mata Hanif dengan sayu.
Ia benar benar merasakan ketakutan yang teramat dalam pada Hanif. Ia merasa ini adalah kesalahannya, tapi satu sisi maksud dan tujuannya adalah untuk membantu Hanif.
"Maaf" ucapnya

Hanif membuang pandangan bersamaan dengan menghembuskan nafasnya kasar.
"Dangar baik baik. Lu hantu, gua manusia. Ada saatnya gua butuh waktu untuk ngga bersinggungan sama hantu seperti lu." ucapnya.

Dan ntah mengapa, ucapan yang Hanif utarakan padanya terasa begitu menyakitkan baginya.
Mungkin ada benarnya juga apa yang dikatakan oleh Hanif, tapi.. Sepertinya Hani merasa Hanif sudah berbicara keterlaluan padanya.
Ia juga bahkan tadi membentaknya.

"Maaf. Lain kali, aku ngga bakal ikut campur atau bertanya lagi." ujar Hani lalu kemudian berjalan menuju pintu kamar Hanif.

"Aku ngga bakal pergi kerumah Nadeo kok. Aku cuma mau duduk diluar" lanjut Hani.

Hanif seolah mengabaikan Hani dan kembali mencari senternya. Ketika ia melihat Hani sudah pergi dari kamarnya, ia pun duduk dilantai sambil bersandar pada sisi ranjangnya.

Terlihat Hanif seperti menyesali ucapannya pada Hani. Seharusnya tadi ia tidak membentaknya dan mengucapkan perkataan yang mungkin sekarang sudah menyakitkan bagi Hani.













..










Keesokan harinya.
Semua sudah bersiap didalam bis dan hanya tinggal menunggu keberangkatan.
"Btw, untung lu punya dua senter. Makasih ya" ucap Cantika.

Hanif hanya tersenyum membalas ucapan Cantika.
Hingga tadi pagi, ia masih merasa heran. Karena semalam ia sama sekali tidak dapat menemukan keberadaan senter itu, namun waktu subuhnya senter itu sudah berada diatas tasnya.
Ia menduga pasti Hani yang meletakkannya.

Didalam bis besar ini Hanif duduk bersama Cantika, sedangkan dibelakang mereka ada Abi duduk dengan Gavin. Dan hanya Febrilah yang terpisah dibis lain.

"Btw, hantu cantik itu ikut ngga?" tanya Abi dengan nada berbisik dari belakang Hanif.

Hanif menolehkan pandangannya kebelakang.
Ia melihat Hani duduk dengan Nadeo dikursi paling belakang.
Sekilas Nadeo juga menatap kearah Hanif lalu kembali melihat kearah luar jendela.
"Ada ngga?" Abi kembali bertanya.

"Ngga. Dia ngga ikut" bohong Hanif, kemudian kembali pada posisi semula.

Sementara itu.
Nadeo sengaja memakai Headset agar ia tidak terlalu mencolok ketika sedang berbicara dengan Hani.
Dengan begitu, teman teman bisa menganggap Nadeo pasti sedang berbicara ditelepon.

Beruntung tempat duduk yang Hani tempati sang empunya tidak dapat mengikuti acara camp ini, karena sedang sakit.

Walaupun tempat duduk mereka sangat dekat, tapi sebisa mungkin Hani melakukan jarak dengan Nadeo.
Ia ingat betul, kalau Nadeo bisa saja terkuras energinya jika bersentuhan dengannya.

"Santai aja. Kalaupun gua pingsan, gua ngga bakal ngerepotin orang lain. Karena pasti mereka berfikir gua lagi tidur" ucap Nadeo

"Kamu selalu bisa menebak apa yang ada dipikiranku."

"Karena pikiran lu mudah ditebak" balas Nadeo kemudian ia memejamkan matanya ketika bis mulai berjalan.

Hani menatap kearah tempat duduk Hanif dan Cantika yang berada didepan sana.
"Kalau bisa kuputar waktu, aku tidak akan membantumu mendekati perempuan itu" batin Hani.










..











Perjalanan sudah memakan waktu 2 jam.
Pak guru mengatakan bahwasannya sebentar lagi mereka akan tiba.
Maka dari itu, mereka diminta untuk kembali memeriksa barang sebelum turun.

Hanif yang sudah selesai memeriksa perlengkapannya, ia dengan rasa penasarannya menolehkan pandangannya kebelakang.

Ia melihat Hani tertidur sambil bersandar dibahu Nadeo.
Disaat yang bersamaan, Nadeo pun terbangun dari tidurnya dan mendapati Hani tertidur pulas dibahunya.
Ia berniat untuk membangunkannya, tapi secara tidak sengaja pandangnya justru menatap kearah Hanif yang juga sedang menatapnya.

Hanif dan Nadeo saling menatap penuh arti.
Tampaknya perang batin sedang menguasai pikiran mereka saat ini.






























Yang dipikiran Hanif.
"Saka punya gua"

Yang dipikiran Nadeo.
"Punya gua!"

Ehe :=v
Ahh.. jan gitulah. Kan akunya jadi enak direbutin 😌

Hanif Sjahbandi Lovers 💕💕

As always in ma liver :)

✅My Eyes - Hanif SjahbandiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang