17

449 53 21
                                    

Dajia Hao!!

Thanks buat yang uda vote.
Lopyu.











A
R
I
G
A
T
O
U

Minasan!!

Saya berusaha jadi penulis yang baik, agar pembacanya juga baik.































Keesokan harinya.
Para murid mendapat pencerahan dari para guru di acara camp ini.
Mereka semua mendengarkan dengan cara seksama.
Ada yang fokus.
Ada yang fokusnya setengah.
Ada yang nguap.
Ada ada saja kelakuan murid +62 ini.

Setelah sesi ceramah selesai, mereka pun dibebaskan untuk melakukan aktifitas selama tidak berada jauh dari tenda.
Hanif, Abi, Febry serta Gavin kembali memainkan gitar. Ditengah alunan, Cantika datang menghampiri dan duduk disamping Hanif.
Ia terlihat begitu cari perhatian dengan Hanif.
Lihat saja, sekarang ia pura pura kelilipan. Dan dengan sigap, Hanif membantu meniup mata kiri Cantika.

Sementara diseberang sana, Hani menatap dengan tatapan cemburu.
Ya.. Mau bagaimana lagi. Hanif sudah terang terangan mengatakan bahwa ia tidak menyukai hantu, pupus sudah.

"Gua besok mau ikut olimpiade matematika" ujar Nadeo tiba tiba.

"Wahh.. Kamu pintar ternyata." balas Hani.

"Tch.. Gua kasih tau ya. Ni anak peringkat satu se satu sekolahan." ucap Rendy.

"Aku kira, si Cantika" Hani terlihat tidak percaya dengan jawaban Rendy.

"Ckckc.. Cantika itu pintar sih. Dia cuma pintar dibidang seni. Kalo ngga salah dia itu selalu menang olimpiade menggambar" jelas Rendy.

"Wait. Kok lu lebih tau dari gua sih? Kan lu hantu pindahan disekolah gua" protes Nadeo.

"Ya jelas dong. Gua ini peringkat satu se tingkatan hantu yang ada di Indonesia. Terimakasih ngga usah muji, nanti gua terbang" ucap Rendy.

Nadeo menatap kesal Rendy. Demikian juga dengan Hani.
Ingin rasanya Nadeo memukul Rendy, tapi dia tidak ingin membuang energinya untuk aksi yang tidak penting.













..















Acara camp telah berakhir kemarin.
Pagi ini mereka sudah harus kembali memasuki sekolah.
Tetapi, kondisi Hanif sedang tidak memungkinkan. Dia sakit.

Sepertinya Hanif sangat kelelahan kerena acara Camp itu.

Kini ia hanya berbaring diatas ranjangnya, sebelumnya ia sudah diberikan obat oleh sang Mama.
Sekarang Hani hanya duduk disisi ranjang Hanif seraya menatapnya.
"Manusia kelelahan bisa sakit ternyata" ucapnya.

Hani mencoba untuk menyentuh kening Hanif, tetapi.. Ia mengurungkan niatnya itu. Karena ia tidak ingin Hanif semakin jatuh sakit karena terkuras energinya.
"Cepat sembuh Hanif" ucapnya.

Kemudian Hani bangkit dari posisinya namun Hanif justru menarik tangan kanannya.
Hingga yang terjadi adalah, Hani terjadi tepat diatas Hanif.
Dan.. Bahkan sekarang mereka tidak sengaja berciuman berkat tarikan Hanif tersebut.

Hani terlihat terkejut!
Sementara Hanif tetap memejamkan kedua matanya.

Hani mencoba untuk menjauh, tapi Hanif semakin menahan punggung Hani.

Perlahan Hanif membuka kedua matanya.
Dan menuntut mereka untuk saling bertatap mata untuk beberapa detik.

Mendadak Hani menghilang dari pandangan Hanif dan muncul kembali disisi ranjang.
"Kamu pasti berfikir, kalau aku adalah Cantika. Iyakan?" ucapnya.

Mendengar ucapan Hani, perlahan Hanif mencoba memposisikan dirinya untuk duduk bersandar.
"Kenapa lu mikirnya gitu?" tanyanya.

"Iya. Bukannya kamu sendiri yang bilang, kalau kamu suka Cantika" balas Hani.

Hanif menghembuskan nafasnya kesal. Ia menatap Hani dengan tatapan yang selalu berhasil mengintimidasinya.
"Gua bahkan ngga ngerti sama perasaan gua sendiri"

"Mungkin awalnya gua ngerasa senang pas dekat sama Cantik. Tapi.. Gua juga ngerasa kesel ngeliat lu dekat sama Nadeo"

"Dan gua rasa, perasaan gua ke Cantik cuma sebatas rasa kagum"

Hani mendengarkan semua ucapan Hanif. Hanif bahkan tidak memberikannya kesempatan untuk berbicara.

"Jadi, jangan dekat dekat lagi sama Nadeo" pinta Hanif

"Tapi.. Nadeo bukanlah seburuk yang kamu duga. Dia baik. Dan dia, juga butuh teman" ucap Hani.

"Untuk saat ini gua ngga mau berdebat dan berakhir ngebentak lu lagi. Jadi gua minta, pikirkan baik baik ucapan gua tadi" setelah mengatakan itu, Hanif kembali membaringkan dirinya dan menutup matanya menggunakan lengan tangan kanannya.

Melihat perubahan emosi Hanif, Hani paham betul bahwasannya Ia menghindari pertikaian diantara mereka.
Perlahan Hani membalikkan tubuhnya dan menghilang begitu saja.




























Hanip jan sakit ya.
Berat.
Kamu ngga akan sanggup.
:)

Ttd, Saka.

Hanif Sjahbandi Lovers 💕💕

✅My Eyes - Hanif SjahbandiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang