Lloyd and Sagra: Real Deal

122 15 0
                                    

Lloyd berpamitan dengan Daniella dan Aster. Ia segera menuju ruangannya sendiri dan bersiap untuk pergi. Mengendarai mobilnya di jalanan yang lumayan macet hari itu, Lloyd pun sampai di rumah setelah sekitar 45 menit.

Seorang perempuan yang belum pernah Lloyd lihat duduk menunggu di ruang tamu dengan sebuah koper besar di sisinya. Lloyd mengerutkan alisnya melihat itu, namun tersenyum dan menyapa wanita itu.

"Ah, Pak, maaf, tapi ada yang bisa saya bantu?" tanya wanita itu saat Lloyd akan naik ke lantai dua.

"Yah, aku sedang..." Lloyd tahu akan terlihat aneh jika seorang pria tiba-tiba masuk dan menerobos masuk ke lantai dua. Tapi baru semalam ia tidur di rumah ini bersama Sagra...

"Lloyd," Sagra menuruni tangga dengan menarik kopernya. Lloyd membeku sejenak, kemudian membantu Sagra menurunkan kopernya. "Kau terlambat," ucap Sagra pelan.

"Maaf, jalanan macet...dan aku baru menyelesaikan semua tes untuk Nyonya Daniella," ucap Lloyd cepat. "Dan maafkan aku karena tidak bisa makan siang denganmu," ucap Lloyd kemudian.

Sagra tersenyum. "Beruntung kita masih sempat bertemu," ucap wanita itu dan berjalan ke pintu depan.

"Kemarin kau tidak mengatakan apapun—kemana kau akan pergi?" tanya Lloyd dengan ekspresi yang dibuat sejenaka mungkin.

Sagra masih mempertahankan senyumnya dan menyentuh tangan Lloyd untuk menggenggamnya. "Maaf, ini tidak sering terjadi, bahkan untukku," ucap Sagra pelan. "Dan maaf, padahal harusnya kita merayakan..." Sagra menarik napas dan menghembuskannya pasrah. "...maafkan aku, Lloyd, rencana kita untuk bertemu dengan keluarga masing-masing...kurasa harus ditunda," ucap Sagra, meski mereka sebenarnya sama sekali belum membicarakan hal itu.

Ia hanya harus berakting di depan Ririn.

"Jam berapa?" tanya Lloyd, menatap Sagra pasrah juga, dengan senyum menyemangati.

"Jam sembilan lebih," jawab Sagra.

"Makan malam di mana?" Lloyd bertanya lagi.

"Di bandara saja, kurasa jam sibuk seperti ini akan sulit untuk makan selain di bandara," jawab Sagra, dengan sebuah senyum menenangkan.

Mereka menunggu sopir Sagra membukakan bagasi untuk menaikkan barang-barang Sagra dan Ririn.

"Lalu kapan kau kembali ke Indonesia?" tanya Lloyd.

Sekali lagi Sagra melihatnya dengan tatapan bersalah. "Dalam dua minggu," jawab Sagra.

Lloyd tersenyum, namun ekspresinya terlihat kecewa. "Hmm, Sagra, ini bukan salahmu," ucap Lloyd sambil meraih kepala Sagra dan menariknya lembut ke bahunya. Sagra merentangkan tangannya dan memeluk Lloyd dengan cara yang manja, seperti tadi pagi.

Ponsel Lloyd berdering. "Sialan," gumam Lloyd yang langsung mengeluarkan ekspresi kesal. Ia mengeluarkan ponselnya dan melihat nama Pak Suryo di layarnya.

"Aku sudah bilang kemarin, hari ini ada banyak pasien yang sudah membuat janji. Aku juga sudah mengatur semua yang bisa kuatur, sebenarnya, tapi apa tidak apa-apa, meninggalkan Indonesia di saat seperti ini?" tanya Lloyd.

Sagra mengangguk. "Aku menyerahkan YN Group pada Eugene," ucap wanita itu. "Dan terimakasih karena sudah membantuku untuk sisanya," Sagra bertatapan dengan Lloyd sedikit lebih lama.

"Maaf tidak bisa mengantarmu," ucap Lloyd pelan. Sagra mengangguk. Keduanya mengeratkan pelukan lagi, lalu Sagra mundur, masuk ke kursi penumpang.

"Sampai jumpa dua minggu lagi," ucap Sagra lembut.

"Dua minggu harusnya tidak selama itu," ucap Lloyd dengan suara tidak bahagia.

Lloyd menutup pintu mobil untuk Sagra, dan sopir yang sudah siap memberi hormat pada Pak Lloyd. Lloyd mengangguk dan mobil mulai berjalan.

Choices For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang