Sagra: Coming Back

113 11 0
                                    

Lloyd membalik berkas laporan mingguan kondisi Hanun. Di sebelahnya berdiri Vina yang juga membawa beberapa laporan tentang kondisi psikologis Hanun. Sagra duduk di sofa sambil minum teh yang Lloyd sediakan.

"Kondisi fisik Hanun sudah membaik, meski setelah syok hebat, ia kehilangan sebagian besar ingatan dan kepribadiannya..." Vina menghela napas dalam. "Demensia yang semakin parah dan terutama karena Alzheimer yang dulu sudah pernah kudiagnosa," ucap Vina pelan.

"Kejang-kejang dan sakit kepalanya juga sudah diatasi dengan baik. Karena ia masih muda, regenerasi alami sel otaknya masih dapat mengikuti yang hancur karena Huntington," gumam Lloyd. "Meskipun aku tidak pernah berkunjung, bukan berarti aku tidak tahu kondisinya," Lloyd berucap tajam pada Sagra yang sudah kembali pada sosoknya yang tenang dan menenangkan.

Sagra menaruh cangkir tehnya di atas tatakan, kemudian menaruhnya di atas meja. Sagra tahu jelas Lloyd masih marah, dan masih mencoba menebak alasannya. "Baru kembali ke Indonesia, Dokter Vina?" sapa Sagra lembut.

"Ya, Nona Sagra. Begitu juga denganmu," ucap Vina. "Tidak ada yang salah, sepertinya. Karena kau terlihat sedang sibuk, aku akan menemuimu lagi di lain waktu," ucap Vina sambil kemudian berpamitan dengan Sagra.

"Sampai jumpa, Dokter Vina," ucap Sagra dengan sebuah senyum lembut. "Tolong, uruslah urusanmu sendiri dan jangan pedulikan Hanun lagi," ucap Sagra tenang.

Vina berhenti sebelum mencapai pintu, dan dengan sebuah senyum tidak nyaman ia berkata, "Sampai jumpa juga, Nona Sagra," dan benar-benar pergi.

Setelah pintu sudah ditutup, Sagra mengangkat wajahnya dan menatap tajam pintu itu. "Bukan hanya padaku, kau juga mendendam pada Dokter Vina?" tanya Lloyd.

Sagra memejamkan matanya dan melonggarkan ekspresinya. "Jika ada satu orang lain yang tahu tentang rasa sakit Hanun, maka itu adalah wanita itu. Sebagai psikolog Hanun, aku tidak bisa menerima tindakannya," ucap Sagra.

"Seperti Hanun membunuh ibuku, Hanun juga hampir membunuh adiknya. Aku, adalah orang yang membujuknya untuk bergabung dengan rencanaku. Bencilah aku semaumu," ucap Lloyd dingin.

Sagra jelas-jelas tidak suka dengan ucapan Lloyd, tapi ia tidak menggubrisnya lagi. Ponsel Sagra berdering saat keduanya mulai merasa canggung satu sama lain, dan ketika Sagra mengeceknya, nama Shimura Sorata muncul di layar.

"Moshi moshi, Honey?" Sagra mengeluarkan suaranya yang paling manis dengan wajah yang seketika menjadi cerah. Ia berdiri, tanpa peduli meninggalkan ruangan itu, sementara Lloyd sedikit bereaksi saat Sagra yang bahkan tidak pernah memanggilnya 'Sayang' itu menggunakan panggilan itu pada orang lain.

Lloyd menatap saham fisik yang Sagra bawakan untuknya dari Mizuame, dan perlahan menarik napas panjang. Lloyd mengingat-ingat dengan baik bahwa Sagra tidak mengenakan cincin pertunangan apapun di jarinya. Wanita itu bahkan tidak mengenakan perhiasan apapun.

Karena Lloyd juga mengawasi Sagra seperti Sagra mengawasinya, ia juga tahu bahwa Sagra menjalin hubungan baik dengan Sorata, meski mereka belum meresmikan apapun. Ia juga dengan rutin menerima foto kedekatan keduanya, bahkan termasuk kedekatan Sagra dan keluarga Sorata.

Pria itu bukan pria yang jahat, dan Lloyd sadar ia hanya pria normal yang memiliki ketegasan lebih dari pria biasa. Dengan kepribadian yang baik, cerah dan mengimbangi Sagra yang tenang dan anggun, mereka adalah pasangan yang sempurna. Semuanya berjalan seperti yang Lloyd perhitungkan.

Pintu ruangan itu terbuka lagi, saat Sagra masuk, sisa ekspresi cerahnya masih terlihat, dan itu membuat Lloyd tambah dingin terhadapnya. "Kau sudah selesai dengan urusanmu di Indonesia, kan? Terimakasih, kuterima saham yang kau berikan padaku. Kembalilah ke Jepang sebelum semuanya menjadi kacau lagi di sana," ucap Lloyd dingin.

Choices For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang